Notes

-Untitled-
©himawarigurl21

。Ｐｒｏｌｏｇｕｅ

"Appa aku pulang~"

Teriakan itu tak berbalas. Namun orang yang berteriak itu tidak berusaha mengulangi kegiatannya. Ia sudah lelah berjalan menghindari kerumunan orang yang bergiliran berorasi di dekat pusat kota, beberapa ratus meter dari rumahnya. Kakinya langsung melangkah ke arah dapur. Ia membuka kulkasnya dan meraih botol transparan yang diisi penuh oleh air mineral. Menenggak isinya hingga habis, ia lanjut berjalan ke arah basement rumahnya—ralat, laboratorium tepatnya—.

"Appa?" Ia mengetuk pintu ruangan itu. "Kau di dalam?" Bahkan setelah meluncurkan pertanyaan kedua, ia masih tidak mendapat jawaban. Lama tak mendapat jawaban dan diselimuti rasa khawatir, ia masuk ke dalam ruangan itu. Ia disambut oleh punggung seorang lelaki parubaya yang sedang merenung di depan sebuah meja besar, penuh dengan alat-alat laboratorium.

"Appa?" Ia bertanya sekali lagi, kali ini sambil mendekati pria parubaya itu. Pria tadi berbalik perlahan dan tersenyum melihat siapa yang memanggilnya.

"Taehyung-ah.. Kau sudah pulang ternyata.." Pria tadi—appa dari Taehyung—menggerakkan tangannya, membelai surai hitam anak sematawayangnya dengan penuh kasih sayang. Menyadari ada yang salah, Taehyung menghentikan gerakan tangan appanya.

"Appa, kau tidak apa-apa?"
"Appa? Baik nak. Kau sudah makan?"

Taehyung mengernyitkan dahinya.

"Ayo kita makan bersama."

Anak lelaki itu masih terpaku. Ia mengamati raut wajah appanya. Lingkaran hitam menggantung di bawah matanya, seolah mencoba menambahkan warna pada kulit pucat wajah pria itu. Lama terdiam, Taehyung mengangguk. Barangkali dengan makan bersama appa akan menceritakan masalahnya, pikirnya sebelum berjalan mengikuti appanya keluar dari laboratorium.

•°•°

Dugaannya benar, memang ada yang salah dengan appanya. Acara makan malam mereka benar-benar sunyi. Hanya terdengar nafas serta dentingan alat makan yang beradu dengan mangkuk dan piring mereka.

"Appa, aku tahu kau ada masalah. Ceritakan padaku.." pinta Taehyung yang sebenarnya lebih terdengar seperti memohon. Ia bisa mendengar appanya menghela nafas keras.

"Appa... Dipecat nak." Sebuah kalimat yang sukses membuat Taehyung terbelalak. Bagaimana tidak, appanya adalah salah satu ilmuwan yang sangat dipercaya oleh pemerintah.

"Bagaimana bisa? Appa tidak membuat kesalahan bukan?" Nada panik dalam pertanyaan Taehyung justru membuat appanya tersenyum, kecil dan samar.

"Satu-satunya kesalahan appa adalah tidak menuruti keinginan wali kota. Tapi tak apa, appa menolak demi kebaikan banyak orang.."

Pria parubaya itu bangkit dan menumpuk alat makan yang mereka gunakan.

"Karena tidak akan ada yang tahu seberapa berbahayanya permintaan itu." Appanya berjalan membawa semua alat makan itu ke tempat cuci piring. Sebuah kalimat lain yang membuat Taehyung terdiam. Aku harus mencari tahu.

•°•°

24 jam berlalu dengan cepat. Sama seperti hari sebelumnya, Taehyung pulang saat senja mulai datang. Tapi, sebuah keanehan terjadi. Ia tidak lagi menjumpai kerumunan orang di dekat pusat kota, benar-benar sepi. Seolah orang-orang takut untuk keluar rumah.

"Appa aku pul-" . "Bereskan barangmu nak, kita akan pindah."

Taehyung dikejutkan suara appanya yang tertutup oleh tumpukkan kardus, ia bisa memperkirakan kardus-kardus tadi berisi perkakas penelitian appanya.

"Pindah?" Pertanyaan yang terdengar seperti membeo itu tidak mendapat jawaban. Ditinggal appanya membereskan barang, anak lelaki itu justru berjalan berkeliling. Berusaha mencari tahu mengapa pindahan ini begitu mendadak. Hingga headline sebuah surat kabar membuat Taehyung menjulurkan tangannya dan membaca surat kabar tersebut.

'Sebuah Kota Berubah Nama menjadi The Deathly Silence District dalam Waktu Semalam

Distrik yang merupakan pusat perekonomian kota mendadak berubah sunyi seolah tak berpenghuni. Disinyalir hal ini terjadi akibat jatuhnya sebuah benda berasap ke tengah kerumunan massa. Ada kemungkinan-'

Taehyung tak melanjutkan kegiatan membacanya. Ia menaruh surat kabar itu dan berjalan menuju kamarnya, masih berpikir keras.

"Karena tidak akan ada yang tahu seberapa berbahayanya permintaan itu.."

Kalimat itu menggema terus dalam benak Taehyung. Semua ini ada kaitannya? Entahlah. Setelahnya Taehyung hanya mengikuti instruksi appanya untuk memindahkan barang-barang tadi ke mobil dan kendaraan itu menghilang di telan kabut dan dinginnya senja hari itu.

•°•°