Notes

[ @artxstically ]

Dexter mengangkat kepalanya mendengar celetukan kak Ruby, lalu melihat meja sang pengajar yang tidak berpenghuni.

Dexter dengan cepat membawa tubuhnya maju kedepan, bahkan sedikit menyinggung bahu seniornya itu tanpa sadar. Lalu meletakkan beberapa kotak berisikan coklat disana.

"Tugasku selesai." Gumamnya.

Dexter masih berdiri disana, memperhatikan dan mengamati dalam diam benda benda di meja Professor pengajar ramuan tersebut.

Matanya tertuju pada beberapa deret botol berisi cairan yang berbeda warna, lalu mengangkat alisnya.

[ @artxstically ]

---

[ @artxstically ]

Entah dimana mereka sekarang berada, Dexter tidak yakin ramuan apa yang ia teguk tadi.

"Kak Ruby?" Bisik Dexter sembari menganalisis lingkungan sekitar mereka.

"Ya Tuhan berada dimana aku sekarang?" Gumam Dexter mengusap wajahnya pelan.

Tak lama, perhatiannya teralih ke pakaiannya.

Seingat Dexter, tadi ia memakai kaos hitam polos ukuran besar dan celana santai berwarna coklat.

Ia menyentuh baju itu meraba rabanya sambil keheranan.

Pakaiannya berganti, menjadi lebih kuno. Celana panjang berwarna coklat pudar, atasan kemeja yang warnanya juga sudah mulai pudar.

[ @artxstically ]

---

[ @artxstically ]

Dexter berbalik dan memperhatikan Ruby yang memberinya instruksi. Tanpa banyak bicara, Dexter mengangguk cepat dan membawa tubuhnya memasuki lemari yang ditunjuk oleh Ruby.

"Apa yang sebenarnya terjadi sih?" Bisik Dexter didalam lemari itu entah pada siapa.

Dexter bertahan disana entah berapa lama, kakinya pegal, dan ia mulai lelah. Dexter sedikit membuka pintu lemari tempatnya menyembunyikan diri, guna melihat apa yang terjadi di luar sana.

Terlihat olehnya profil samping seorang paras keibuan disana, wajahnya masih cantik untuk ukuran seorang ibu ibu menurut Dexter. Lalu mengalihkan pandangannya pada Ruby yang berdiri menghadap lemari.

[ @artxstically ]