Notes

Setelah dipersilakan oleh yang bertanggung jawab, Ian beranjak dari bangku dan melangkahkan kedua tungkainya untuk berjalan ke depan dan menjelaskan visi dan misi-nya. Ia menghela napas panjang dan membungkuk sebelum bersiap dan memberi sapaan kepada seluruh raga yang berada di dalam ruangan ini, "Selamat malam, semuanya!" serunya, lalu secara intuitif ia menarik kedua sudut bibirnya berlawanan arah, hingga terwujud simpulan senyum kecil.

"Sebelumnya, saya berterima kasih kepada pihak DSNo telah memberikan waktu untuk menyampaikan visi misi saya." Ian menyematkan senyum tipis sebelum melanjutkan, "Visi. Jika mendengar visi, kita akan mengetahui sebuah tujuan atau gambaran untuk masa depan. Visi saya sendiri secara singkat, ingin menjadikan DSNo sebagai organisasi yang aktif, berkualitas, serta berkontribusi bagi DSP. Dimana DSNo membimbing siswa dan siswi untuk menjadi seorang pribadi yang berkualitas, kreatif, berprestasi, dan mampu berpikir kritis."

Berdeham, ia kali ini lebih berkonsentrasi, "Mengapa saya membuat visi seperti itu? Karena, selama beberapa bulan lalu dari pandangan saya, kondisi DSP atau lebih spesifiknya murid-murid, tidak bisa dibilang sangat aktif maupun ada rasa inisiatif untuk menjadi yang terbaik dan menonjolkan kualitas seorang siswa/siswi Durmstrang Institute. Tetapi, tidak semua, ya."

Dengan ayunan tangan yang mantap nan tegas seraya menjelaskan, ia kembali melanjutkan dengan imbuhan metafora, "Cencang dua segeragai," ia mengambil jeda sejemang, "Sekali jalan, dua tiga pekerjaan selesai. Dari situ, visi ini tidak bisa dijalankan tanpa adanya misi. Misi saya antara lain yaitu," jari telunjuk di bagian kanan ia naikkan, dan seterusnya hingga tujuh dari sepuluh jari naik.

"Pertama, jika ingin murid berkualitas, tentu saja kita juga harus menjadi contoh. Tanpa ada contoh, siapa yang ingin dijadikan inspirasi? Nah, kedua, memotivasi murid-murid agar lebih berkualitas dan sesuai dengan visi yang ada. Tanpa adanya motivasi, usaha hanya kosong, dan raga pun semakin malas." Ian menarik napas sejemang, kalakian berujar, "Ketiga, menumbuhkan rasa kekeluargaan. Untuk mengadakan motivasi tersebut, maka kita membutuhkan adanya rasa kekeluargaan tanpa harus memandang faktor-faktor yang ada seperti jurusan dan asrama. Ke-empat, meningkatkan kualitas sekolah. Kualitas seperti sarana, ataupun perangkat lainnya."

Entah sudah beberapa menit berlalu, ia tetap menyelesaikan. "Kelima, mempertahankan solidaritas antar anggota DSNo. Tanpa adanya solidaritas, visi pun tidak akan terlaksana sebaik mungkin. Ke-enam, meningkatkan keoptimalan organisasi. Dan terakhir, mengayomi dan menghormati seluruh warga DSP, juga Wynegard."

Setelah selesai, Ian membungkuk beberapa derajat. "Sekian pemaparan visi dan misi dari saya, terima kasih banyak atas perhatiannya!" Kedua kaki jenjangnya mengambil langkah cukup lebar dan kembali duduk di bangku.