Notes

@interluxde

Gadis kesayanganku yang masih asyik masyuk dengan ponselnya. Kulirik layar yang cukup redup tersebut: sudah kuduga, apa lagi kalau bukan webtoon misteri favoritnya. Atensiku segera teralih saat kepala sekolah mulai mengumumkan hal penting satu persatu, termasuk perihal staff kesehatan yang baru.

Sementara itu, Yoorae masih tak bergerak disisiku, memaksaku untuk menyenggol lengannya perlahan dan berbisik.

“Dokter sekolah yang baru.”

@interluxde

---

@MgnanSound

Saat pandanganku kembali terarah pada Yoorae setelah perkenalan sang dokter tadi, ternyata ia masih saja terpekur di atas layarnya. Sebuah ide iseng mendadak muncul di benakku.

"Ya!" aku berbisik, memanggil gadisku ini.

@interluxde

---
@interluxde

Tak berpengaruh.

"Ya..."

Sekali lagi aku memanggilnya, masih dengan suara pelan namun sedikit lebih keras. Yoorae memang tak bisa diganggu gugat kalau ia sedang fokus pada entah webtoon entah riddle entah apapun itu.

@interluxde

---

@interluxde

Masih tidak mendapat respon yang berarti, aku memanggilnya sekali lagi. Tak mungkin ia bakal mengabaikanku sedemikian rupa. Bukankah dia yang naksir padaku duluan?

"Ya, Yoorae-yaa—"

@interluxde

---

@interluxde

Suara Yoorae lebih keras dari dugaanku, membuatku sedikit kaget pula. Tak ayal hal itu membuatku mengatupkan mulut erat-erat, menahan tawa yang hendak pecah.

@interluxde

---

@interluxde

Akhirnya kami dibubarkan bertepatan dengan bel istirahat. Bersama Yoorae dan anak-anak lain aku langsung berjalan menuju ke kantin.

Sesampainya disana, aku hendak mengambil beberapa potong makan siang tepat ketika beberapa pukulan ringan muncul bertubi-tubi.

"Yak! Yah, yah! Sakit!"

Aku berusaha menghindar. Siapa lagi kalau bukan Yoorae.

Dengan satu tangkisan kutangkap pergelangan tangan Yoorae dan menggenggamnya erat.

"Arraseo, arraseo, arraseo," kuucapkan kata-kata tersebut dengan sebuah senyum yang terulas, menatap langsung ke pasang mata yang kini menjadi favoriteku. "Maafkan aku, hm?"

@interluxde

--

@interluxde

Aku menahan tawa kecil ketika Yoorae lepas dari genggamanku dan mendahului untuk menhambil makanan.

"Hm?" kunaikkan alisku saat ia meminta izin untuk menghampiri seseorang yang ternyata adalah Ahra.

"Hm, arrasseo," ujarku akhirnya menanggapi Yoorae sambil mengambil lauk yang ada di depanku.

@interluxde

---

@interluxde

Setelah mengambil beberapa potong lauk dan nasi, kususul dua gadis di salah satu meja. Yang kudapatkan bukan dua orang yang tengah mengobrol asyik, namun saling diam menatap tray makanan masing-masing.

"Kalian kenapa? Bertengkar?" Kusapa keduanya sambil mulai kumamah makanan yang ada di depanku.

@daisyfeels

---

@daisyfeels

Ucapan Ahra hanya kutanggapi dengan beberapa anggukan karena mulutku sibuk mengunyah. Kulihat Yoorae yang hanya mengaduk-aduk supnya.

"Makan," aku segera menegurnya diantara kunyahan makan siangku. "Kau belum makan dari tadi malam."

Hanya tebakan asal.

@interluxde

---

@interluxde

Dan tebakal asalku sepertinya benar.

"Ternyata benar,” aku berseru lalu memukul kepala Yoorae dengan sendok yang tengah kupegang, dengan intensitas yang pelan tentu saja. "Aku cuma menebak dan ternyata tebakanku benar. Kebiasaan."

Kalau seorang Yoorae sudah asik dengan website dan cerita kesayangannya, semua hal menjadi tak berarti termasuk makan malam dan Yoorae sangat senang membaca cerita-cerita misteri sebelum tidur.

@interluxde

---

@interluxde

Sejujurnya obrolan kedua gadis itu membuatku sedikit tidak nyaman. Kembali ke kala itu, seandainya aku menangkap Ahra tepat waktu, segalanya mungkin bakal lebih baik untuk Ahra.

Kukunyah makananku dengan cepat demi mengalihkan pikiranku dari hal-hal yang tak perlu. Itu semua masa lalu. Tak ada lagi yang perlu diingat.

"Kajja." Aku berdiri sesaat setelah menyelesaikan makan siangku, mengajak Yoorae untuk kembali ke kelas.

@interluxde

---

@interluxde


Aku baru saja berganti dengan kaus olah raga favoritku ketika ponselku berdering. Tanpa melihat layarnya dapat kuketahui Yooraelah yang tengah menelepon karena aku telah memasang nada dering yang berbeda untuknya. Alisku tertaut naik, mengungkapkan sebuah tanya.

"Eoh? Wae?" Sahutku santai sesaat setelah mengangkat telepon.

@interluxde

---

@interluxde

Ucapan Yoorae agak sedikit sulit untuk kutangkap dengan fokus yang kini terbagi pada tali sepatu futsalku. Apalagi suaranya yang hanya berupa bisikan. Mengikutinya pulang? Memang siapa?

"Hah? Siapa?"

Tanpa sadar kulontarkan pertanyaan terakhir yang seharusnya hanya dalam pikiranku saja.

@interluxde

---

@interluxde

"Yah!"

Aku memprotesnya sambil menarik kencang tali sepatuku, ketika Yoorae menyebutku bodoh. Kutahan segala komentarku dan alih-alih mencoba menenangkan gadis paranoid ini.

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Cobalah menoleh ke belakang, pasti tidak ada apa-apa."

Secara refleks aku menggelengkan kepalaku. Dasar maniak cerita detektif, beginila akibatnya.

@interluxde

---

@interluxde

Ucapan Yoorae berikutnya membuatku tak tahan untuk melontarkan komentar yang baru saja kupikirkan.

"Ck, kau terlalu melebih-lebihkan. Mana ada orang yang mau menyerang tubuh papan sepertimu."

Bohong. Sejujurnya kalau boleh berkata jujur Yoorae memiliki lekuk yang bisa dibilang lumayan

"Berhentilah membaca cerita-cerita misteri itu, pikiranmu jadi tidak karuan."

@interluxde