Notes

( Sarang : Mengikuti Junhyung dari belakang sembari mengamati sekitar untuk mencari Jehan. )

Sarang bersama Junhyung dam tim bersenjata mereka kini sudah tiba di lokasi dimana Jehan berada. Sarang yang takkala itu berada di samping selangkah di belakang Junhyung hanya sibuk mengamati. Di sisinya selalu ada beberapa pria berseragam hitam dan bersenjata. Netra cokelat itu nampak menelusuri ruangan demi ruangan yang ada. Berharap dengan matanya itu, ia dapat menemukan sosok Jehan yang selama ini menghilang entah kemana.

----
( Sarang : Langsung mengerti dan menghampiri Jehan, namun dia sangat terkejut karena menemukan sosok Jieun di sana. )

"Baiklah." Setelah mendapatkan perintah dari Junhyung, Sarang mengangguk dan menatap beberapa pria berseragam hitam tersebut.

"Kalian bertiga ikut denganku." Ucapnya dengan tegas sembari kuasanya memberikan sebuah gesture. Melangkah memisah dari kelompok Junhyung untuk mencari Jehan.

Nampak Sarang menemukan tiga orang yang di katakan Junhyung padanya, salah satunya adalah Jehan.

"Kim Jehan!" Sarang sedikit berjalan hati-hati karena berantakannya tempat tersebut dan menghampiri Jehan.

"Gwenchaㅡ eoh?" Arah pandang Sarang tertuju pada sesuatu yang ada diatas ruangan itu. Tepatny tubuh seseorang yang wajahnya amat ia kenal.

"Jieun?" Gumamnya lalu kembali menatap Jehan, menyorotkan pandangan bertanya pada lelaki tersebut.

"Jeㅡjehan.. Kau?"

------
( Sarang : Sembari berjalan menyusuri lorong dari bangunan laboratorium tersebut, dia mulai bertanya tentang Jieun. )

Sarang melangkahkan tungkai jenjangnya, tentu ia saat ini bersama dengan Jehan, Shin Ae dan Marvin, yang di ketahui kedua orang itu adalah rekan kerja Jehan juga.

Nampak dara bersurai hitam kecokelatan yang berprofesi sebagai seorang IT itu terdiam. Membisu sesaat sebelum menatap kearah Jehan.

"Apa kau melakukan riset yang beresiko tinggi itu untuk membangunkan Jieun disini?" Suara sang puan nampak tegas dari biasanya, namun wajah Sarang terlihat begitu tenang, meski ia cukup khawatir dengan kondisi rekan kerja lamanya ini.

------
( Sarang : Tidak menyangka bahwa Jehan benar-benar akan melakukan tindakan yang penuh resiko. Sarang pun menjelaskan bahwa mereka sudah tahu sejak awal ke mana Jehan pergi. )

Helaan nafas itu dapat ia keluarkan, benar-benar tak menyangka jika Jehan melakukan hal yang penuh resiko tersebut. Bahkan ia juga bisa mendengar Jehan menyindirnya dan juga Junhyung yang mengetahui lokasinya. Sarang hanya tersenyum tipis.

" aku dan Junhyung sudah tahu kemana kau pergi, meskipun kau keluar negeri sekalipun. Kami akan tetap menemukanmu.." Sarang langsung membuka sebuah benda berbentuk kotak yang ada di sakunya. Seperti alat pelacak dan menunjukkannya pada Jehan.

"Aku sengaja membuat chip alat pelacak berbentuk pin sekecil ini dan menempatkannya pada kerah baju kalian. Aku tahu kau tak mungkin tidak menggunakan pakaian laboratorium itu, Kim Jehan.." Ungkap Sarang.

"Ini cukup berguna saat aku tahu kau akan melarikan diri membawa benerapa hasil yang ku miliki." Sarang meletakkan alat tersebut di saku pakaiannya sebelum mengalihkan pandangannya kedepan.

"Setidaknya aku juga cukup pintar untuk mengawasimu dan juga Junhyung jika kalian pergi jauh."

-----
( Sarang : Sarang yang berdiri di dekat Junhyung mengikuti arah pandangan sang pemuda dan segera menuntunnya
untuk ikut meninggalkan tempat tersebut. Meski dia ingin menghibur Junhyung, tapi Sarang pun sangat memahami
bahwa Junhyung tidak bisa begitu saja memaafkan dirinya.
Dalam hal ini, Sarang sangat berharap bahwa dia bisa lebih berguna daripada apa yang dia lakukan selama ini. )

Sarang terus mendengar setiap cerita Junhyung ikut merasakan kesedihan sang pemuda, mengatakan jika ia gagal dalam bertanggung jawab atas Jehan dan juga Jieun, serta penyesalan amat mendalam karena tak bisa melindungi keduanya.

"Junhyung-ah.. Sudahlah.." kedua kuasa Sarang kini merengkuh kedua bahu Junhyung, mengusapnya dengan pelan. Berfikir untuk membawa Junhyung menjauh dari makam kedua kakak beradik yang sudah ia anggap keluarga itu.

Untuk sesaat, Sarang menatap abu milik Jieun dan Jehan. Jujur, Sarang belum bisa menerima kepergian keduanya. Namun takdir sudah menentukan nasib dan maut keduanya. Inilah takdir mereka.

"Junhyung.. Ayo kita pulang," Sarang benar-benar harus membawa Junhyung pergi dari sana. Menuntun lelaki itu menjauh dari pemakanan.

'Seandainya aku bisa lebih berguna untukmu dan juga Junhyung.. Aku sangat berharap aku mampu kuat dan pintar seperti kalian berdua, berdiri bersama kalian. Aku bisa menyelamatkan mu dan juga Jieun, Kim Jehan..'

Sarang menundukkan kepalanya, ia benar-benar tak bisa berbuat lebih dari apa yang ia punya sekarang. Ia hanyalah seorang IT, bukan seseorang sepintar Jehan dan Junhyung. Ini cukup menyakitkan untuknya.