Notes

[Yoorae's POV]

Pagi itu cerah seperti biasanya, dan hatiku sedang senang karena semalam aku berhasil memecahkan sebuah riddle case di online community genre detective.

Aku melangkah dengan langkah riang, senyumku merekah ketika memasuki gerbang sekolah. Beberapa siswa dan siswi yang berpapasan denganku menyapaku dengan ramah.

Sejak kasus waktu itu, aku memang jadi sedikit lebih populer di kalangan siswa. Tidak jarang ada beberapa siswa yang datang menemuiku untuk sekedar meminta bantuanku untuk mencari barang yang hilang, bercerita tentang keanehan A dan B, dan lain sebagainya. Belum lagi, beberapa koran sempat mewawancaraiku. Aku merasa seolah mendadak menjadi 'selebriti sekolah'.

"Yoorae sunbae !" Seorang junior mendatangiku dengan sepucuk surat ditangannya.

"Eoh ?" Aku menyahut, bingung dan agak kaget.

"Ada titipan untukmu, pengirimnya ada di balik amplop, mohon dibaca !" Ujar dongsaeng ku itu buru-buru. Ia lalu berbalik dan langsung kabur, meninggalkan aku yang masih bingung sendiri.

Masih linglung, kuletakkan barang bawaanku ke loker siswa ketika saat itu aku merasakan bisikan samar dari beberapa gadis yang lokernya bersebelahan denganku.

Nama Kim Ahraa sampai ke telingaku.

"Ahraa !" Aku memekik, lalu segera menutup lokerku dan bergegas mengejar Ahraa yang berjalan ke arah kelasnya.

"Ahraa-ya~~!" Aku memanggilnya sejenak, namun ia seperti tidak mendengarku sama sekali dan masuk ke kelasnya begitu saja.

Sudah lama kami belum bertemu lagi sejak ia keluar dari RS sebulan yang lalu. Aku harap kami bisa berbicara lebih banyak sekarang.


[Kim Ahraa POV]

Langkah kakiku terhenti di depan gerbang sekolah yang terlihat baru saja dicat baru. Maklum, tahun ajaran baru telah dimulai sejak hari ini, sehingga pastilah sekolah melakukan beberapa perbaruan. Ditambah lagi sejak kasus tahun lalu, sekolahku menjadi 'terkenal', dan mungkin itu juga yang membuatnya mendapat sorotan.

Tidak. Kali ini, tidak seperti dulu, aku lebih dulu sarapan di rumah dengan masakan eomma yang ala kadarnya, dibanding sarapan sendirian di kantin sekolah.

Meskipun tubuhku telah pulih seutuhnya, namun tidak dengan batinku. Terapi pasca-trauma yang kudapatkan dari RS hanya bisa meringankan insomnia akutku, tapi tidak lebih.

Kulangkahkan tungkaiku memasuki area sekolah. Sudah cukup ramai, ternyata.

"Bukankah dia Kim Ahraa yang itu... ?"

"Hei, lihat. Kau tahu cerita tentangnya ?"

"Iya, terjun atau apa ya... itu loh, kasus Park ssaem..."

Kudengar beberapa bisikan sepanjang koridor.

Semakin lama kepalaku semakin tertunduk. Ini sangat tidak menyenangkan, dan memalukan.

Sambil menarik nafas pendek, aku pun membuka pintu kelas. Seisi kelas sontak sunyi barang sedetik ketika aku muncul di ambang pintu, lalu seakan dikomando, semuanya kembali ke kesibukan masing-masing detik berikutnya.

Di kelasku ini tidak lagi ada Yoorae, tidak ada lagi teman-teman sekelasku dulu. Mereka semua sudah naik kelas dan hanya aku yang terpaksa tinggal kelas.

Aku ragu entah sampai kapan aku akan betah dengan situasi seperti ini.