Notes

-Postremo Litteras-
Cast: Jang Da-Hye (Heize), Kwon Hyuk (DEAN)

Bau yang tajam menusuk hidungku. Aku membuka mataku dan dapat kulihat ibu menangis didepanku.

***

Tanganku menggenggam sesuatu yang hangat. Itu adalah tangan Kwon Hyuk, pria yang aku cintai. Tangannya lebih besar dariku dengan jemarinya seakan dapat meretakkan jari-jariku.
“Nuna” panggilnya sambil tersenyum menatapku.
Aku membalas senyumannya dan mengelus kepalanya yang terbaring di pahaku. “Sudah kubilang jangan panggil aku nuna. Panggil aku Da-hye”
“Tapi kau lebih tua dariku” balasnya sambil terkekeh.
Kami tertawa sedikit lalu dia menarik pelan rambutku. Aku mencium bibirnya yang manis itu.

Hyuk hanya setahun lebih muda dariku. Kami pertama kali bertemu saat dia masih menjadi murid baru di SMP-ku. Saat itu yang kulakukan hanyalah menjadi mentornya tapi diantara para murid baru yang lain, dia lah yang lebih sering menempel padaku. Kami semakin dekat karena memiliki kesamaan dibidang musik. Setelah itu kami masuk di SMA yang sama dan disaat itulah dia menyatakan perasaannya padaku. Tahun ini adalah tahun ketigaku di SMA dan sebentar lagi aku dan Hyuk merayakan hari jadi kami yang setahun.

“Da-Hye, apa permintaanmu?” tanya Hyuk.
“Aku ingin keluar dari rumah terkutuk itu..” jawabku.
Hyuk memelukku dengan erat dan berbisik di telingaku. “Tinggallah denganku”

***

Aku membuka pintu rumahku dan dapat kulihat ibuku mabuk didepan meja makan bersama ayah tiriku.
“Da-Hye, kemana saja kamu?” tanya ibu.
“Bersama Hyuk” jawabku lalu langsung ke kamar dan mengunci pintu.
Pria itu selalu saja memanfaatkan ibuku. Aku yakin dia membuat ibu mabuk dan diam-diam menyelipkan tangan liciknya itu. Krena pria itu juga hidupku hancur. Aku hanya bisa menangis manatap langit berbintang lewat jendelaku. Aku harus cepat-cepat keluar dari sini. Ponselku berbunyi tanda pesan masuk. Hyuk mengajakku pergi ke tempat karaoke sepulang sekolah. Aku pun mengiyakan ajakannya itu. Aku ingin mendengar suara nyanyian Hyuk.

***

Pelajaran hari ini sudah selesai. Aku membereskan barang-barangku dan dapat kulihat Hyuk sudah menunggu di depan kelasku. Setelah selesai membereskan tasku, aku menggandeng tangan Hyuk dan langsung bergegegas keluar sekolah untuk pergi karaoke bersama.

Setelah menyanyikan beberapa lagu, kami memutuskan untuk beristirahat sebentar. Aku duduk di sofa panjang dan Hyuk duduk disampingku sambil meminum susu kotak rasa strawberry. Aku memeluk erat dirinya dan bersender pada dadanya yang bidang.
“Berjanjilah padaku kau akan bersamaku selamanya”
“Da-Hye, kau bisa bersandar padaku kapanpun kau mau”
Dia menciumku. Kali ini lebih panas dari biasanya dan apa sesuatu yang aneh. Dia memasukkan lidah dan memainkannya di dalam mulutku. Aku tentu membalasnya dengan lidahku. Rasanya udara disekitar kami makin panas. Lumatan Hyuk juga semakin ganas. Aku semakin memeluknya dengan erat. Tanpa kusadari aku menitikkan air mataku. Aku sangat mencintainya. Hanya dialah satu-satunya harapanku.
Hyuk sadar aku menangis dan menyeka air mataku. “Apa rasanya sakit?”
Aku hanya menggeleng.
“Malam ini bereskan barang-barangmu, aku akan segera menjemputmu”

***

Aku mengirim pesan kepada Hyuk bahwa aku sudah selesai membereskan barangku. Aku mengangkat tasku dan langsung keluar dari kamar. Aku tersentak karena ayah tiriku tepat berada didepanku. Aku memalingkan wajah dan bergegas keluar dari rumah namun pria itu menarik tanganku.
“Mau kemana kau malam begini?”
“Menginap di rumah teman” jawabku singkat.
Pria itu menatapku sejenak lalu menyunggingkan senyuman liciknya. Dia membuatku menjatuhkan tasku dan mendorongku merapat pada dinding. Dia menggenggam erat pergelangan tanganku. Dirinya terlalu kuat bagiku untuk melawannya. Sekujur tubuhku langsung lemas karena diselimuti rasa takut. Pria itu menjilat leherku.
“Kau pikir kau bisa pergi hah?”
Aku memejam mataku berharap semua ini cepat berakhir. Kemudian aku dapat merasakan bajuku disobeknya dan jilatannya menurun pada dadaku. Aku ingin berteriak tapi yang keluar dari mulutku hanya suaraku membisikkan nama Hyuk. Lalu pintu rumah kami didobrak oleh seseorang dan orang itu langsung memukul keras pria itu. Aku melihat sosok orang itu tanpa henti memukul wajah ayah tiriku sampai pingsan. Lalu dia mengenakkan jaketnya pada tubuhku dan menarik tanganku keluar dari rumah.

***

Hyuk menghela nafasnya. “Harusnya aku datang lebih cepat..”
Aku terus-terusan menangis disampingnya dan dia memelukku, berusaha menenangkanku. Dia menyeka air mata di pipiku dan menciumku.
“Mari kita akhiri semua ini” bisiknya.
Hyuk menggenggam erat tanganku. Aku berjalan disampingnya mengikuti kemanapun dia membawaku. Kami berjalan dan terus berjalan. Sampailah kami di jembatan sungai Han. Hyuk tidak melepaskan genggamannya. Dia menatap mataku dan mencium bibirku dengan lembut. Kami naik keatas jembatan melewati pembatas dan melompat bersama tanpa melepaskan tangan satu sama lain.

***

Bau yang tajam menusuk hidungku. Aku membuka mataku dan dapat kulihat ibu menangis didepanku. Aku menatap Hyuk disampingku. Kami tidak melepaskan genggaman kami sama sekali. Aku kembali menapat ibu. Beberapa polisi, kerabat, bahkan keluarga Hyuk mencoba menenangkan dirinya. Aku tidak melihat ayah tiriku dimanapun. Aku dan Hyuk menghampiri peti mati kami dan saling melihat tubuh tak bernyawa kami. Hyuk melepas tanganku dan menunggu didepan pintu keluar. Aku menghampiri ibuku dan mencoba untuk memeluknya.
“Maafkan aku” bisikku.
Lalu aku menghampiri Hyuk. Kembali menggenggam tangannya. Kami berciuman untuk yang terakhir kalinya. Aku menyenderkan kepalaku pada bahunya dan kami berjalan menuju pintu keluar.