Notes

Nama Lengkap : Naoki Kazuyoshi
Faceclaim : BTS's V / Seventeen's Jun
username :

Biodata
Nama lengkap : Naoki Kazuyoshi
Nama panggilan : Naoki, Oki
Jenis kelamin : Laki-laki
TTL : Tokyo 21 Januari 1995
Kewarganegaraan : Japanese

UHH
Fakultas : Business Administration, Naoki dan adiknya Naoko adalah satu-satunya penerus usaha resort sang ayah angkat di Sapporo. Ia mempelajari ilmu bisnis yang akan sangat berguna saat ia akan menjabat sebagai pemilik Resort nanti.

-

Moosweg51

Kertas kertas dengan beragam tulisan tertempel di mading fakultas tempat lelaki berambut dark brown menuntut ilmu. Sedangkan sosok itu nampak terpaku, netranya seolah tidak dapat berpaling dari sebuah kolom dengan namanya tertera disana.

"Shit. Mati aku." Umpatnya seraya mengacak rambut halusnya.

Beberapa 'kawan' yang tidak ia kenal menatap lelaki bernama Naoki itu heran. Namun sang adam tidak menggubris tatapan mengganggu dari 'kawan'nya itu. Baginya, tidak lulus walau hanya dalam satu mata kuliah ia tahu pasti sang Ayah akan mendeportasi dirinya segera.

Justru dengan cepat ia mengeluarkan benda kotak berwarna silver dari saku celananya. Mengabaikan pesan-pesan tidak penting dari teman wanita sepermainannya dan mencari kontak sang ayah angkat, lalu menekan tombol telepon.

"Dengar, aku bisa mengatasinya."

"....."

"Tidak! Aku akan mengatasinya, kau juga tahu nilaiku tidak pernah buruk."

"....."

"Aku akan memperbaikinya."

Tanpa ada ucapan akhir, Naoki segera menutup sambungan teleponnya dan segera berlari ke ruang sang dosen. Ia yakin ada kesalahan, dirinya tidak pernah mendapat nilai buruk selama hidupnya walaupun ia tidak belajar.

"Harusnya aku tidak tidur dengan gadis sialan itu." racaunya tak jelas namun kedua kakinya masih bergerak kearah ruang sang guru.

"Miss! Pasti ada kesalah-" ucapannya tergantung. Netranya menangkap sosok yang baru saja ia sebut sialan.

"Kau pantas mendapatkannya, ya kan Mama?"

Petir tak kasat mata menyambar tubuh sang adam. Mama katanya?

"Kau tidak boleh meninggalkan seseorang yang sudah kau tiduri sembarangan, Naoki." Sang Dosen angkat bicara.

'Oh shit. Apalagi ini.' batinnya, raganya masih terpaku di ambang pintu.

"Kau tidak lulus! Ulang lagi semester depan!"

Saran :
Event menarik, keaktifan admin dan warga dan rasa kekeluargaan yang baik.


Short pot :

"Junyoung, kau masih belum selesai juga?" Sebuah suara pelan menyapa rungu pemuda yang masih sibuk 'mengobrak-abrik' tubuh pucat dihadapannya.

"Belum, Sire. Saya belum menemukan inti permasalahannya." Suara husky lelaki yang dipanggil Junyoung menggema diruangan gelap.

"Baiklah, segera selesaikan dan pulang." Ucap pria berkulit pucat dengan rambut orange menyalanya.

Derap langkah si bos perlahan terdengar samar dan akhirnya menghilang.

"Baiklah Nona Belle, apalagi yang perlu aku periksa?" Ujarnya pada gadis dengan tubuh terbuka dan kulit yang pucat.

"Hati? Usus? Jan-"

KLANG

Suara besi terjatuh membuat fokus lelaki bermata runcing itu buyar. Kepalanya bergerak kesana kemari. Nihil. Tidak ada apapun atau siapapun diruangannya.

"Padahal aku tidak menyenggol apapun." Ia kembali berujar pada dirinya sendiri.

Namun entah sejak kapan bulu kuduknya berdiri dengan gagah. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal seperti ini.

"Nona Belle, kau bukan pelakunya, kan?" Monolognya, tentu saja mayat dihadapannya tidak akan menjawab.

"Fokus Junyoung, fokus!" Ucapnya, ia kembali meraih pisau bedahnya dan kembali membuat sayatan tipis di bagian paru-paru sang wanita tak berdaya.

tap tap tap

Lagi-lagi fokusnya buyar. Siapa yang akan datang kemari larut malam begini? Tangannya menaruh pisau bedah kembali ke tempatnya. Dengan jantung yang berdebar, Ia memberanikan diri untuk bangkit dan memeriksa lorong.

'Tidak akan ada apa-apa.' Otaknya meyakinkan jiwa lemah sang pemuda. Langkah demi langkah membawanya semakin dekat dengan lorong gedung kepolisian. Kepalanya menengok kanan kiri, tidak ada apapun.

Helaan napas lega terdengar kencang ditempat kosong ini.

"Imajinasimu bagus juga, otak." Ucapnya, entah hinaan atau pujian.

Raganya kembali bergerak menuju meja bedah, lalu duduk disamping Nona Belle yang masih setia menemani. Tangannya kembali meraih pisau bedah. Dingin. Benda besi itu terlampau dingin, padahal belum sampai dua menit ia menaruhnya.

Tangannya dengan hati-hati meraba benda yang ia sentuh. Ini jelas-jelas bukan pisau bedah. Ia enggan menoleh, namun entah apa yang mendorongnya untuk melihat benda apa yang ia pegang.

Perlahan kepalanya memutar 90 derajat. Tangan.

'Oh sial.' Sempat-sempatnya ia mengumpat. Lelaki itu segera menarik tangannya mendekat ke pangkuannya. Sedangkan netranya bergerak mengikuti tangan dan berakhir dengan gambaran keseluruhan sang pemilik tangan dingin itu.

Seolah terkena serangan jantung, jangankan berteriak, bernapas saja rasanya sulit. Sosok dengan senyum terlewat ramah, rongga mata kosong tubuh hancur serta kapak yang bersarang tepat di ubun-ubun itu diam 'menatap' Junyoung yang masih terpaku.

Merasa tidak kuat menatap sosok itu lama-lama, lelaki sipit itu mempersempit pengelihatannya dengan memejamkan mata erat-erat. Pandangannya menggelap dan tubuhnya terasa lemas.

'Hantu Hamburg jauh lebih menyeramkan dari hantu Korea.' Batinnya disertai sumpah serapah serta doa-doa yang entah ia panjatkan pada siapa.

"Hei! Hei! Bae Junyoung!"

Jiwanya seolah ditarik dari tempat antah berantah kembali kedalam raganya. Mata runcingnya terbuka lebar.

"Sire...?" Baru saja satu kata terucap dari bilah bibirnya, Kedua netranya sudah berlari kesana kemari guna memastikan sosok kapak tadi sudah hilang. Hembusan nafas lega keluar dari bibirnya.

"Mengapa kau tidur disini hah?" Pertanyaan dari sang bos membuat fokusnya teralihkan. Disini?

teriakan tanpa suara serta gerakan bangkit secara tiba-tiba menjadi refleks yang dihasilkan tubuh Junyoung saat menyadari ia tertidur tepat disamping sosok menyeramkan semalam.