Notes

Sore itu, Joohyuk dan Joonyoung sedang berada di ruangan unit tujuh. Sesekali tawa renyah lolos dari mulut mereka. Tetapi itu tak bertahan lama sampai salah satu dari mereka--Joohyuk--kembali menaruh fokus pada lembaran kertas yang berserakan di mejanya.

"Hyung, kau meminta aku datang hanya ... untuk menontonmu kerja?" Joonyoung mengeluh, menghampiri Joohyuk untuk duduk disebelahnya.

"Hm ... Joonyoung," Joohyuk menunjukan selebaran kertas yang berisi daftar nama.

"Menurutmu--"

"Hyung!" Joonyoung membentak.

Menanggapi seruan sang teruna, Joohyuk menoleh, "Apa?" sahutnya.

Joonyoung menghela napas, pasrah akan respon Joohyuk. Setelahnya, lelaki bermarga Seo itu menepuk bahu pemuda di sisinya pelan.

Sebelum lelaki membuka mulut, Joonyoung terlebih dulu merebut selebaran dari tangan Joohyuk, "Sudah aku periksa," ujarnya, lalu tersenyum simpul.

Joohyuk termenung beberapa saat, sebelum kembali menatap kertas yang berserakan di hadapannya. Sang adam kemudian memijat pelipis, memukul keningnya sesekali seraya bergumam, "Kukira anak itu akan menyemburku."

Dengan wajah polos, Joonyoung meringankan kepalanya, "Ya, hyung?" Nada bicaranya kembali ceria.

Joohyuk menoleh, ia terlihat kikuk. "Ah, tidak." sahut sang adam diiringi kekehan yang dipaksakan.

Di tengah momen kikuk itu, seorang gadis cantik bersurai panjang dengan seragam khas SWAT muncul dibaliknya, senyum menghiasi wajah sang dara.

"Noona! Apa yang kau bawa?" Joonyoung berseru. Sorot matanya mengarah pada kantung yang digenggam Sora.

Sora terkekeh melihat antusiasme si teruna. "Pancake, sebagai perkenalkanku pada kalian." jelas Sora.

"Aku ambilkan tempat," usul Joonyoung yang langsung melipir ke meja belakang dengan semangat.

Di meja, sang adam langsung meraih piring porselen dan sedikit mengelapnya. Sesekali ia melirik ke arah Sora dan Joohyuk yang sedang berdiskusi akan sesuatu. Tetapi ia tak terlalu memusingkannya dan tetap membersihkan piring porselen itu. Selesai membersihkan, Choi Joonyoung kembali menaruh piring dengan hati-hati. Saat ingin menghampiri Sora dan Joohyuk, si pemuda tak sengaja menendang tumpukan tisu sisa pembersihan piring.

"Ah, aku lupa," Joonyoung menaruh piring itu di meja dan hendak memungut tisu-tisu itu kalau saja pintu tidak diketuk.

Sang adam terlonjak dan menoleh setelah pintu dibuka. Ia begitu khawatir jika sang ketua yang masuk, sehingga memutuskan untuk berjongkok bersembunyi di balik meja belakang. Dengan bagian kepalanya saja yang menyembul.

Tetapi, dugaan si pemuda salah. Seorang dara yang begitu familiar dimatanya, dengan surai panjang yang dikuncir kuda muncul dibalik pintu.

Melihat itu, mata Choi Joonyoung membulat, ia tampak terkejut setangah mati. "Mati kau Choi Joonyoung!" bisiknya.

Setelahnya, sang teruna memilih berlindung di bawah meja. Tetapi karena kegugupan yang menyelimuti, ia bertindak sembrono.

Prang!

Kerusuhannya itu sukses membuat piring yang berada di atas meja tersenggol dan jatuh ke lantai. Joonyoung semakin gelagapan, lalu memaksa tubuhnya masuk lebih dalam ke bawah meja.

"Argh," erangnya, saat telapak tangan lelaki itu tak sengaja menekan pecahan porselen.

"Joonyoung? Hei, Choi Joonyoung!" Joohyuk berseru, lalu berjalan cepat ke meja belakang dengan Sora dan Yera yang mengekor.

"Argh...." Ia meringis, masih tak sadar dengan kehadiran tiga orang di sana.

Joohyuk berkacak pinggang, "Aish, berandal ini!" rutuknya.

Joonyoung langsung menoleh kala mendengar suara Joohyuk. Ia terkejut ketika melihat bukan hanya Joohyuk yang berada di sana. Sedetik kemudian, sang pemuda membuang mukanya.

Sesaat setelah itu, Yera muncul di hadapannya. Kemunculannya membuat Joonyoung terbelahak kaget. Raut Yera tampak khawatir, ia mencoba meraih si teruna tetapi anak itu langsung menepis lengannya.

"Joonyoung-ah, apa yang kau lakukan?" tanya Yera lembut.

Joonyoung tak berani menatap Yera. Apalagi menjawab pertanyaan sang dara, lidahnya kelu.

Usai diacuhkan, sang puan mundur dari hadapan pria itu. Berjalan menghampiri Sora dan Joohyuk, lantas bergumam sesuatu pada keduanya. Selang beberapa detik, Joohyuk bergantian menghampiri Joonyoung.
Mengetahui dengan siapa ia berhadapan, Joonyoung merunduk. Joohyuk berdecak, lalu menariknya keluar. Tanpa perlawanan, sang teruna menurut. Walau sudah keluar, si pemuda masih merunduk.

Menyaksikan momen canggung itu, Seo Joohyuk menghela napas kemudian menoleh ke arah Yera.

"Yera-ssi, tolong bersihkan lukanya," titahnya, lalu menunjuk tangan Joonyoung yang terkena pecahan, "Sementara aku mengambil kotak P3K."

Joonyoung terkejut lantas menoleh ke arah Seo Joohyuk, "Apa?! Ti-tidak hyung!" Si pemuda spontan menolak.

Joohyuk menghela napas kasar, melirik Joonyoung sejenak.

"Biar aku yang mengambil," saran Sora, lalu menepuk bahu Yera pelan. "Antarkan aku ya?"

Yera tersenyum simpul lantas mengekor Sora yang sudah berjalan lebih dulu.

Setelah pintu di tutup, Joohyuk menyisir rambutnya ke belakang. "Konyol, payah!" bentak sang adam sambil berjalan ke kursi.

Joonyoung memperhatikan lelaki itu. Bukannya merasa bersalah, ia malah memelas pada Joohyuk.

"Hyung...."