NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Keberisikan yang kau buat membangunkan seseorang yang telah terlelap, mungkin seharian ini.

"Ah, Siapa kau?" tanyanya lembut. Ia masih dalam posisinya yang terduduk.

Tersentak mendengar suara lembut seseorang, Rose menoleh dan mendapati seorang pemuda duduk tak jauh darinya.

Pasti keributan yang ia buat selama merangkak di lorong 'buatan' tadi telah membangunkan sang adam.

"Ah, maaf mengganggu tidurmu– a-aku Rose," jawabnya tergugu, sedikit heran melihat seseorang tertidur di tempat seperti ini.

Ia menguap lebar sambil beranjak dari kursinya. Matanya masih terlihat sayu namun ia berjalan mengelilingimu sambil menguap sesekali. "Kentucky. Namaku Kentucky."

"Ku lihat kau tersesat, ya? Darimana asalmu?"

"Ah, Kentucky–" ulang Rose, mengeja perlahan nama si pemuda. Matanya mengikuti langkah pemuda yang mengelilinginya tersebut, merasa sedikit was-was.

"Y-ya, aku terpisah dengan teman-temanku yang sekarang entah dimana," memberi jeda, Rose menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku berasal dari Wynegard,"

Ia membiarkan jawabannya cukup singkat.

Si pria berhenti secara tiba-tiba, "Teman-teman?" ia menekan kata-kata tersebut,"Kau dari organisasi yang disebut dengan kue sus itu, ya?"

"Kau," ia mencolek bahumu dan menunjukkan sebuah kursi. "Duduklah. Ku lihat kau tampak lelah?"

"It's SAS, Ken.." ucap Rose seraya menghela napas pelan. Masih merasa lelah setelah merangkak di lorong yang sempit, entah berapa lama.

Raganya kembali tersentak mendapat sentuhan ringan di bahu. Ia mengikuti arah tunjukan Kentucky, lalu dengan keras berusaha menahan senyumannya.

"Terima kasih," dengan senyum tipis, Rose perlahan bangkit menuju kursi yang tadi ditunjuk Kentucky, lalu duduk setelah membersihkan kotoran di celananya.

"Sedikit nyaman.." gumamnya seraya bersandar guna mengistirahatkan ototnya yang terasa kaku.

"Oh, SAS. tapi ada yang megatakan itu kue sus," celetuknya. Kemudian sang pria mengambil kursi entah darimana dan duduk tepat dihadapanmu. Sambil melihat dengan teliti. "Jadi, kekuatan apa yang dapat kau perlihatkan padaku? dan Kue sus itu? Kau bukan orang yang biasa-biasa saja, kan?"

"Apa yang kau ketahui tentang kue sus itu, hm siapa namamu tadi?"

"Eh, SAS. Dengan huruf A, mulut terbuka," ujar Rose seraya mengeja satu persatu huruf dari organisasi yang sedang ia ikuti pelatihannya tersebut. Maniknya tak lepas mengikuti gerakan Kentucky yang mengambil kursi lain dan duduk di hadapannya.

"Eum, sebagai penyihir, tentu saja aku bisa melakukan sihir," ucapnya seraya menunjukkan tongkatnya dan mengedikkan bahu.

"Untuk SAS, sejauh yang aku tahu, itu adalah organisasi yang 'mengurus' segala hal di Hogwarts, dan namaku Rose," lanjutnya, menatap wajah pemuda pucat tersebut.

"Maaf, tapi tongkat konyol itu tidak berguna disini." Ia menunjuk lorong tersebut sambil tersenyum datar. "Jadi, ku pastikan kau itu lemah. Ya, tanpa sihir kau tidak bisa berbuat apa-apa."

"Karena kau tidak memiliki kemampuan apa-apa," ucapnya terpotong. "Apa yang akan kau berikan kepada kue sus? Maksudku, ya, kau tidak bisa menyihir pula, kan? Dan Mengurus segala hal? Jadi, seperti pembantu rumah tangga?"

"Tentang hal itu, aku tau. Setiap penyihir juga tidak diperbolehkan melakukan sihir apapun diluar wilayah yang sudah ditentukan Kementrian Sihir," jawabnya tenang, merasa sedikit terintimidasi melihat ekspresi wajah sang lawan bicara.

Rose memiringkan sedikit wajahnya ke arah kanan, sebelah alisnya naik mendengar ucapan Kentucky yang terkesan meremehkan.

"Eum, tidak juga. Kurasa, pekerjaan di SAS tidak terlalu banyak melibatkan pekerjaan fisik, dalam hal ini, yang kumaksud adalah sihir–" jedanya seraya menegakkan postur duduknya dan melanjutkan ucapannya, "Lagipula, menjadi seorang SAS tidak perlu mementingkan apa pekerjaannya. Kau harus siap melakukan apapun sebagai anggota SAS, sekalipun itu hanya tugas kebersihan,"

Setelah menyelesaikan ucapannya, Rose kembali menyenderkan punggungnya ke belakang.

"Wah," serunya geli. "Kau baru saja memberitahu rahasia terbesar kebangsaanmu, Nona Rose." Kentucky menggosok tengkuknya, "Aku bisa saja musuhmu, kan?"

"Jadi seperti budak yang siap melaksanakan perintah dari atasan, ya?" tanya Kentucky datar. Matanya sayup-sayup tertutup lalu ia bergumam, "Kenapa begitu tertarik dengan kue sus, itu?"

"Yah, meskipun tidak memiliki sifat yang terlalu baik, aku tidak pernah diajarkan untuk langsung menandai seseorang yang baru ditemui sebagai musuh– setidaknya, harus memahami sedikit sifat orang tersebut," jawab Rose pelan, lelahnya masih bersarang di tubuh.

"Tidak juga– ah, bagaimana menjelasakannya ya?" ujarnya sembari mengusap pergelangannya yang ia rasa sedikit terkilir, lalu melanjutkan kalimatnya yang terpotong, "Kami tidak diperintah, namun juga tidak memerintah,"

"Jadi, kau itu mudah percaya dengan orang baru, ya?" matanya terbuka dan tersenyum ganjil. "Apa kau akan terbuka kepada kue sus mengenai masalahmu?"

"Kau tidak benar-benar tahu tentang kue sus, itu ya? Mengecewakan." Ia menggelengkan kepala sambil melipat tangannya. "Apa kau masuk karena mereka mampu membayarmu dengan banyak emas? uang?"

Sudut bibirnya tertarik, sesaat ia memejamkan mata sebelum kembali menatap pemuda di hadapannya, "Sepertinya pembicaraan kita semakin serius, ya," gumamnya, kembali memperbaiki postur duduk.

"Aku tentu tidak bodoh dengan mencari-cari kalimat untuk mengelak setelah kau melihat sendiri tongkat sihirku, dan juga pakaianku ini," ucapnya dengan intonasi yang jelas, menatap tepat di kedua bola mata Ken.

"Dan, di SAS, aku sudah diperingati untuk tidak memiliki rahasia antar sesama anggota, agar tidak merusak kesatuan organisasi ini. Tentu saja, aku akan berpikir banyak untuk membagi masalahku dengan anggota lain," ia menyelesaikan kalimat panjang tersebut dalam satu tarikan napas, "Itu jika aku diterima,"

"Mengorbankan poin akademik hanya untuk memasuki sebuah organisasi? Tentu saja tidak, aku sudah memikirkan konsekuensinya dari awal,"

"Apa kau anggap ini serius?" tanyanya datar. "Aku bahkan tidak tahu pakaian apa yang kau kenakan, Nona Rose." Lagi-lagi datar, sudut bibirnya tidak naik sama sekali.

"Oh, 100% akan terbuka, ya?" Kentucky menguap sesekali dan membuka pembicaraan lagi. "Berarti peratusan di kue sus sangat ketat. Apa kau bisa menjalaninnya? Kau tampak pasrah."

"Hmm, orang tipikal sepertimu sudah sering keluar masuk organisasi. Dan ku percayakan, mereka tidak membutuhkanmu juga. Karena, kau benar-benar bukan orang yang pantas, kau saja tidak tahu kemampuanmu. Bertingkah seperti pembantu."

"Tentu saja, aku tidak mungkin bermain-main dengan pelatihan memasuki sebuah organisasi satu-satunya di sekolah, kan?" Mengabaikan nada suara sang adam, Rose kembali bersandar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Ah, tidak masalah jika kau tidak mengetahui ini pakaian apa," ucapnya santai seraya menunduk, menepuk debu yang menempel di jubahnya seraya mengibas kain tersebut pelan.

Pandangannya kembali pada Ken saat mendengar pertanyaan lelaki tersebut. "Tentu saja aku akan menjalaninya, peraturan memang ada untuk dijalankan dengan baik bagiku," jawabnya, mencoba tidak tersulut emosi mendengar ucapan terakhir pemuda di hadapannya tersebut.

"Wah, kau memiliki kemampuan menerka yang buruk, ya?" Ucapnya diantara kekehan kecil, "Ini pertama kalinya bagiku mencoba memasuki sebuah organisasi. Aku hanya terbiasa mengorganisir diriku sendiri, atau lingkungan kecil di sekitarku,"

"Ku katakan, jika terjadi kegaduhan di koridor sekolahmu (timeline) dan kau jelas-jelas melihat mereka. Apa yang akan kau lakukan, hm?" menyenderkan diri dikursi,

"Budak." Celetuknya sebentar. "Dahulukan asrama lalu kue sus, apa yang akan kau lakukan? Pilihan?" bertanya dengan nada remeh.

"Perhatikan perkataanku." Mengucapnya sambil menunjukkan bibir, "Orang tipikal sepertimu sudah sering keluar masuk organisasi. Which mean orang yang bertipikal sepertimu. Bukan kau, terlalu pede, ya?" ia menambahkan lagi. "Terlalu mengikut campur urusan orang lain, eh?"

Menghela napas pelan, kembali menekan emosinya agar tidak lepas kendali, dan terus menatap Ken dengan ekspresi datar.

"Sebagai anggota SAS, aku akan memberi teguran kecil pada pihak yang membuat keributan, dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalahnya sebagai penengah. Jika masih belum selesai, aku akan menyerahkan mereka kepada masing-masing Kepala Asrama, karena merekalah yang lebih berhak memberikan tindakan lanjutan," ucapnya lalu menyugar rambut yang jatuh menutupi wajahnya, "Sebagai siswa biasa, aku juga akan menegur mereka yang membuat keributan tadi, setidaknya aku melakukan hal tersebut agar suasana koridor ( timeline ) kembali kondusif,"

"Dan oh, apa maksudmu? Dahulukan asrama lalu SAS? Tentu saja tidak, seorang anggota SAS haruslah netral, tidak memihak asrama manapun," ujar sang dara seraya memejamkan mata, mengusap tengkuknya yang terasa pegal.

"Dan kau tidak bisa menilai seseorang hanya berdasarkan 'tipikal' seseorang tersebut, Ken," Rose memberi jeda sebelum membuka kedua mata, menatap tepat pada manik pemuda di hadapannya, "Menilai seseorang haruslah dari bagaimana ia bekerja, karena setiap orang tidaklah sama hanya berdasarkan 'tipikal' bagaimana orang tersebut," kalimat panjang tersebut diakhiri senyuman tipis sebelum ekspresinya kembali datar.
Rose.

"Tukang ikut campur, ya?" celetuk Kentucky. "Hmm, bagaimana jika sahabat terbaikmu, berkhianat?"

"Kau tahu, dia sahabatmu, orang yang kau percaya. Berkhianat. Terlebih, berkhianat kepada kue sus. Kau mengetahui niat itu, karena kau sahabatnya. Bagaimana? Apa kau punya sahabat, Rose?" sindir Kentucky.

"Apa kau sudah bekerja disini?" tanya Kentucky yang tidak bersalah. "Dan, tidak selamanya pendapatmu itu benar, kan?"

"Oh, jadi aku harus membiarkan mereka membuat keributan, lalu akan berdampak pada asrama kami?" tanyanya sedikit sarkastik, menatap Kentucky dengan sebelah alis terangkat. "Atau, aku harus membiarkan mereka membuat keributan, lalu membiarkan semua orang menganggap SAS hanya sekumpulan orang yang tidak berguna? Ohh, sepertinya obrolan ini akan jadi melelahkan," gerutunya pelan seraya menunduk, memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut pelan.

"Kau ingin jawabanku dari sisi apa? Sebagai anggota SAS, atau sebagai siswa biasa?" Setelah menyampaikan pertanyaan tersebut, Rose kembali menegakkan kepalanya dan berhadapan dengan wajah Ken yang menurutnya sedikit menyebalkan, "Sebagai seorang anggota SAS, tentu saja aku tidak akan membiarkan adanya pengkhianatan di dalam organisasi, maupun di lingkungan sekolah. Dan aku tidak boleh terbawa perasaan, karena seorang anggota SAS tidak memihak siapapun, kan? Sebagai siswa biasa, tentu saja itu akan sangat menyakitkan, dan aku akan melaporkannya pada merek yang bisa menangani hal tersebut, dan seperti kebanyakan dilakukan pada pengkhianat, mungkin akan ikut mengucilkannya sebelum ia bisa membuktikan bahwa dirinya akan menjadi lebih baik dari itu," jawabnya tenang. Sekejap berhenti, kesekian kali menghela napas, "Dan aku tidak memiliki sahabat di Hogwarts, hanya beberapa teman dekat. Tidak ada yang benar-benar bisa membuatku mempercayai mereka," lanjutnya, menumpukan dagunya dengan tangan, siku bertumpu pada lututnya yang sedikit naik ke atas.

"Disini? Di pulau ini? Tentu saja tidak, aku hanya memiliki satu pekerjaan di kota dimana Hogwarts berada. Dan ya, itu hanya pendapatku, tidak bisa dikatakan benar dengan mutlak, karena pendapat orang pastilah berbeda-beda,

"Begitu ya, nona cerewet?" salah satu alis mata Kentucky terangkat, ia tersenyum licik. "Kau benar-benar besar kepala ya. Padahal kau hanya bermodalkan omongan besar dan juga pengetahuanmu yang, yah, sempit?"

"Ah, apa bisa? Mengingat kau sangat terbawa perasaan sekarang?" celetuk Kentucky, ia beranjak dari kursi dan mendatangi almarinya. Mencari sesuatu. "Ikut mengucilkan? Apa itu tindakan seorang yang mengatakan : orang yang memimpin suatu organisasi, memastikan segalanya berjalan dengan baik di bawah kepemimpinannya dan juga bertanggung jawab atas apapun yang terjadi dibawah kepemimpinannya." ucap Kentucky, ia seperti mengetahui sesuatu.

"Bahkan kau jauh dari kata Pemimpin. Mengucilkan? Bukankah itu kenak-kanakan?" tambahnya lagi. "Jadi, kue sus, apa kau percaya dengan mereka? Kau ini bimbang."

"Kalau kau berpendapat dalam suatu pertemuan di kue sus. Dan lagi-lagi, kau tidak didengarkan padahal kau benar. Masih tetap akan beranggapan, ah ya, pendapat orang kan berbeda-beda. Tsk. Lemah."

"Aku tidak akan secerewet ini jika lawan bicaraku tidak senyinyir dirimu.." bisa-bisa semua keberuntungan menjauh darinya, karena tak terhitung sejak tadi berapa kali Rose menghela napas. "Ya, kau bebas berkata jika aku hanya memiliki modal omong besar dan pengetahuanku yang sempit, setidaknya aku berani mencoba memasuki organisasi ini sengetahuanku, daripada hanya diam seperti orang bodoh saat seorang asing mencoba memojokkan dan mengintimidasi,"

"Lagi-lagi, menilai seseorang yang baru kau temui tanpa mengetahui yang sebenarnya," ucap Rose diiringi kekehan kecil, dan menjawab ucapan panjang sang pemuda, "Lalu, aku harus apa? Itu jawabanku dari sisi seorang siswa biasa, omong-omong, bukan dari siaupun sisi seorang pemimpin. Lalu, apa aku harus menjadi seorang pahlawan kesiangan, dan melakukan tanggung jawab dilakukan orang lain? Meskipun sudah 2017, pikiran orang-orang tidak seluas itu hingga mereka akan membiarkan seseorang berteman dengan pengkhianat– dan setidaknya, pengkhianat ini akan memikirkan kembali kesalahan perbuatannya jika ia mendapatkan treatment seperti itu. Bahkan, di beberapa belahan dunia, seorang pengkhianat diperlakukan lebih hina dari itu," Rose berdiri, menegakkan punggungnya yang kaku. Terdengar bunyi derak samar saat ia memutar tubuhnya, lalu mendesah lega.

"Kau tidak bisa hanya bersikeras memaksakan pendapat orangmu dalam suatu pertemuan, karna itu hanya akan memperkeruh suasana. Bukannya lemah, aku hanya menjadi orang yang bersikap logis,"

"Lebih tepatnya egois." Celetuk Kentucky semakin meremehkan. "Kau katakan logis, kan?"

"Oh, ya?" Kentucky memutar badannya dan berkacak pinggang. "Kau benar-benar tidak tahu terima kasih. Seharusnya kau bisa saja mati kalau aku tidak menyelematkanmu. Disini, ya, di pulau ini."

"Ah, kau punya banyak topeng ya? Sifat bermuka dua, hmm?" celetuk Kentucky. Ia masih menatapmu dengan senyum kepuasan. "Jadi kau tidak berpikiran luas seperti yang kau ucapkan, ya? Ikut mengucilkan adalah hal yang terbaik dan paling kau banggakan. Hah, ku yakin kau memang tidak pantas di kue sus."

"Kau sama saja dengan si Pengkhianat itu. Melakukan hal-hal yang menjijikkan. Kau hanya mnyalin kata-kata : melakukan sesuatu bersama-sama, dalam segala kondisi baik susah maupun senang, tanpa pandang bulu dengan siapa kita berjuang bersama. Ya?" ujar Kentucky.

"Kau benar-benar tampak menyedihkan sekarang, Rose."

"Hmm, jadi bagimu, tidak memaksakan pendapat sendiri adalah sebuah keegoisan? Baiklah, kalau memang begitu bagimu," jawab Rose dengan tenang, menyenderkan punggungnya pada dinding -atau batu- yang terasa dingin, seraya kembali menatap ke arah Kentucky. Mengabaikan omelan pria tersebut yang menurutnya tidak perlu diladeni.

"Huft, aku hanya menjawab dari berbagai sisi, lalu disebut sebagai bermuka dua? Menyedihkan sekali.." lirihnya tanpa gentar menatap wajah Ken yang entah kenapa, tampak semakin menyebalkan. "Sebelumnya sudah ku akui, kan? Aku akui, aku memang belum memiliki wawasan seluas itu. Itulah kenapa mencoba memasuki organisasi ini, mencoba memperluas pandangan. Dan aku tidak mengatakan dan membanggakan tindakan mengucilkan seorang pengkhianat, aku hanya mengatakan itu adalah hal yang bisa dilakukan masyarakat umum untuk menyadarkan seorang pengkhianat, bukan sesuatu yang harus dilakukan,"

"Ya, aku menyedihkan karena melakukan obrolan dengan orang asing yang sama sekali tak ku kenali, kelelahan, dan tampaknya akan berakhir disini?" Ucapan sarkastik tersebut diikuti kekehan rendah.

Dengan spontan Kentucky melempar benda tersebut dan mengenai dinding yang berada didekatmu. Benda itu bergulir dilantai, dan terlihat seperti bom.

"Ah, Late respond," komentarnya sinis. "Ambil!" perintahnya. "Jadi, kau sekarang memutarbalikkan kata-katamu tadi, ya? Menggelikan."

Sejenak Rose tersentak, terkejut saat melihat gesture Kentucky yang hendak melempar sesuatu padanya. Sekian milisekon menunggu, tidak ada apapun yang mengenai tubuhnya. Hanya debuman sesuatu yang menghantam dinding cukup keras.

'Ambil!'

Hanya itu yang dapat ia dengar. Sang dara lekas membuka kedua mata dan melihat pemuda tersebut tampak tertawa sinis. Sesuai perintah, ia mengambil benda -entah apa- tersebut dan menggenggamnya erat.

"Kau bebas menilaiku bagaimana, serius. Aku bosan menanggapi segala keanehan ini.." gumamnya seraya menimang benda yang berada di tangannya.

"Ambillah kalau kau mau pulang." Kentucky berwajah datar dan menepuk-nepuk punggungnya yang tidak terasa sakit. Pura-pura pegal lebih tepatnya.

"Aku sudah capek. Kau tahu, ambil bom itu dan kau bisa pergi darisini. Cepatlah!" usirnya sambil memejamkan mata.

Ia berjalan meninggalkanmu. Dan menoleh lagi,"Tunggu apa lagi? Kau masih mau berbicara denganku?" tanyanya datar.

Seketika senyuman terukir di bibirnya. Sang juita menggenggam benda berupa bom itu dengan erat, lalu melangkah menjauh dari tempat tersebut.

"Terima kasih, dan selamat tinggal!"
     
 
what is notes.io
 

Notes is a web-based application for online taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000+ notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 14 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.