Notes

Tiba-tiba seseorang mendatangimu dengan wajah datarnya.

"Hei, siapa kau?"

Menatap wajah gadis itu dan tersenyum.

"Perkenalkan, aku Juju."

"Juju? Perkenalan yang singkat sekali." Ia berjalan mendekatimu, "Hm- darimana asalmu?"

"Ah-iya, hehehe," menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku dari asrama hufflepuff, bagaimana denganmu?" tanya Juju kembali.

"Dan ... namamu? Aku belum mengetahuinya," tambahnya penasaran akan sosok di hadapannya.

Salah satu alisnya terangkat heran, untuk apa ia bertanya mengenai asrama?

"Asrama? Memang kau sendiri darimana?"

Terpelatuk, "Ah, iya. Aku Kanade."

Terdiam mendengar pertanyaan puan di hadapannya.

"Aku dari hogwarts ... dari asrama hufflepuff itu," jelasnya pelan.

Tersenyum, "salam kenal Kanade!"

Lagi, kali ini kedua alisnya saling bertautan, "Hogwarts?"

Ia sejenak berpikir.

"Aah, aku tau! Kau pasti bagian dari mereka, bukan? Orang-orang aneh itu, 'kan?" Tebaknya.

Keningnya berkerut mendengar kata 'aneh' oleh Kanade.

"Yah, menurutku kami tidak aneh. Kami hanya berbeda dengan orang-orang pada umumnya," jawab Juju menampilkan senyum simpulnya.

Kanade mendecih ketika melihatmu tersenyum, ia kemudian menarik satu buah kursi kayu yang tua, entah darimana ia dapatkan itu.

"Berbeda? Ah! Kutebak. Pasti kau adalah bagian dari- apa, sih, itu namanya. Auror? Pfft."

Melihat Kanade menarik sebuah kursi kayu yang tampak tua sempat membuatnya bingung namun memilih tak terlalu memikirkannya

"Ya, berbeda," jawabnya singkat.

Menarik napas sejenak lalu menatap Kanade, "apa ada yang salah dengar Auror?"

Ia menyerahkan kursi itu padamu, "Duduklah. Aku tidak ingin berbicara dengan keadaan berdiri seperti ini."

"Tidak sopan, Nona pirang. Aku yang terlebih dahulu bertanya, kenapa kau malah balik bertanya?"

Melihat kursi itu lalu kembali melihat Kanade, "apa ... itu aman? Kursinya terlihat tua dan sedikit rapuh."

"Aku hanya sekedar bertanya karena kau tampak ... seolah tak suka dengan auror sepenglihatanku," jelasnya.

Melirikmu dengan tatapan kasihan, "Aman. Jangan berlagak seperti tuan putri kau ini!"

"Tidak ada yang perlu kau tau, aku suka atau tidak dengan organisasi itu. Tebakanku benar, 'kan? Kau bagian dari, ah, susah sekali, pokoknya organisasi itu!"

Menghembuskan napas perlahan, "aku hanya bertanya saja. Lebih baik bertanya bukan?"

Setelahnya ia duduk di kursi tersebut dan menatap Kanade, "maksudmu SAS?"

Kanade memutar bola matanya malas, ia sejenak berpikir, bagaimana, sih, membuat orang didepannya ini langsung paham dengan topik yang ia usung?

"Menurutmu? Apalagi?"

Menarik napas pelan, "baiklah, maaf jika aku banyak bertanya ...."

"Jadi, benar, ya, kau ini..." Telunjuknya berayun menunjukmu yang duduk tidak jauh dari tempat ia berada.

"Salah satu dari mereka?"

Mengangguk mendengar pertanyaan gadis itu, "benar."

"Apa yang membuatmu ingin menjadi bagian dari mereka? Memangnya kau ini bisa apa?" Tanyanya bertubi-tubi sembari menggeser kursinya mendekat.

"Yang membuatku ingin menjadi bagian dari mereka? Aku ingin menjadi salah satu orang yang ikut turut serta dalam melaksanakan agenda-agenda sekolah bersama yang lainnya dan yah, belajar mengenai kepemimpinan dan kebersamaan dalam menjalankan tugas," jawabnya menatap Kanade.

"Aku ... memiliki sedikit kegemaran di bidang editing dan ya, aku rasa aku cukup mudah beradaptasi dengan lingkungan baru," jelasnya lalu tersenyum.

Sorot bola mata Kanade nampak bersinar, "Gotcha! Memangnya, apa, sih, yang kau ketahui tentang pemimpin? Lalu, apa kaitannya Auror Squad?" alisnya terangkat bertanya, "dengan pemimpin, eh?"

Kanade sedikit mendekatkan lagi tempat duduknya, kemudian memangku dagunya yang lancip sembari menatapmu. "Edit? Tunggu-tunggu, kau ini ingin menjadi anggota organisasi atau tukang edit?"

"Pemimpin menurutku seorang yang menjadi kepala di sebuah tim dimana ia memiliki jiwa kepemimpinan yang menurut pendapat pribadiku adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi serta memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan bersama," jawabnya dengan pendapat pribadi.

"Kaitannya? Auror Squad ini kan organisasi kesiswaan di Hogwarts yang memiliki tugas-tugas dalam agenda sekolah. Kegiatan sekolah tersebut rasanya tak akan lancar jika tak ada yang mengkoordinir. Jika auror squad ini tak dapat memimpin dirinya maka bagaimana bisa ia memandu yang lainnya," jelasnya.

"Anggota organisasi yang dapat mengedit sesuatu. Seperti poster untuk agenda kegiatan? Atau hal-hal lainnya," Juju menatap Kanade.

Memiringkan kepalanya, agak jengah menatapmu. "Lalu, memang kau siap apa dengan peraturan mereka? Ah, pasti tidak, ya. Aku ragu."

"Jika aku mendaftarkan diri tentu aku sudah siap menerima peraturan-peraturan mereka bukan?" tersenyum simpul.

Kanade tersenyum kecut, "Yakin? Peraturan mereka sangat tidak masuk diakal, lho. Lihat saja, yah, walaupun aku tidak tau betul, tapi kudengar mereka tidak pernah menggaji anggotanya. Kau mau hidup luntang-luntung nantinya?"

"Yah, memang cukup berat tapi bukan berarti berat juga untuk dipatuhi, asalkan sudah berniat pasti bisa," ujarnya tanpa ragu.

"Luntang-lantung? Rasanya tidak. Selama Juju masih aktif kelas, aktif event ... ya, aktif di sekolah ini, tentu saja tak begitu masalah. Dari kegiatan-kegiatan itu juga bisa mendapatkan uang saku setahuku," tersenyum pada Kanade.

Mengernyitkan dahinya, "Lalu bagimana dengan salah satu peraturan mereka yang berkata, 'dahulukan organisasi kemudian asrama'? Memamgnya kau bisa?"

Membuang muka menatap ke arah yang lebih menarik perhatiannya, "Kau sepertinya tipe yang susah untuk percaya dengan orang-orang, ya?" tebaknya.

"Menurutku ini mengenai bagaimana kita melihat suatu masalah bukan sebagai orang dalam."

"Sebaliknya, aku mudah percaya pada orang-orang yang kutemui. Hanya saja aku tak mudah memaafkan orang yang memanfaatkan atau menghancurkan kepercayaanku. Kalaupun aku memaafkannya, aku tak akan bisa mempercayai orang itu sepenuhnya kembali," jelasnya.

Kanade nampaknya tertarik dengan jawabanmu, ia kembali menyulutmu dengan pertanyaannya. "Sekalipun orang yang berkhianat adalah teman se-organisasimu? Yang juga mengkhianati organisasimu? Yakin?"

Nada suara Kanade agak direndahkan.

"Kalau misal bukan orang dalam bagaimana, uh? Siapa yang akan kau bela? Tentu asrama, dong, ya." Terkekeh.

"Yah-bagiku orang yang berkhianat itu orang-orang yang menyiakan kepercayaan yang berharga. Dan sekalipun dia teman organisasiku." menatap Kanade.

"Jika memang asramaku melakukan kesalahan tentu tetap akan disalahkan. Aturan tetap aturan dan anggota sas bertujuan membantu penegakan peraturan di hogwarts sendiri," jawabnya.

"Bagimana untuk masalah, eh? Memang kau bisa mengeluarkan semua masalahmu kepada semua anggota organisasi?"

Kanade berjalan menjauh untuk mengambil semangkuk sup usus yang ia buat. "Yang kutau, semua yang menjadi masalah internal maupun eksternal, akan dibicarakan oleh semua anggota. Mengapa? Karena mereka menganggap semua keluarga."

"Karena keluarga tak akan menyembunyikan masalahnya dan keluarga akan senantiasa membantu keluarga yang sedang kesusahan ...," ujarnya pelan.

"Ya, jadi? Kau bisa apa tidak mengeluarkan keluh kesahmu itu kepada semua anggota?" Mendecih, "Mari kita berandao-andai. Jika, kau diterima sebagai anggota organisasi, dan ternyata terjadi keributan, apa yang akan kau perbuat? Diam saja, ya? Duh, jangan useless, dong." Berkipas-kipas dengan tangannya.

"Bisa," jawabnya singkat.

Melirik Kanade, "tentu aku akan bertanya pada orang-orang yang membuat keributan itu. Apa sebab dari keributan itu dan berusaha membantu menyelesaikannya," tambahnya.

"Dan dengan bantuan seperti apa yang akan kau kerahkan? Menjadi sosok pahlawan kesiangan? Oh, ayolah. Kita tidak hidup di negeri dongeng.." Kanade nampaknya tidak ingin kembali memakan supnya. "Jika pendapatmu ditentang bagaimana? Padahal itu benar, tch."

Menarik napas pelan mendengar perkataan Kanade, "aku tak mengatakan aku menjadi pahlawan kesiangan. Bantuan dapat berarti bantuan saran bukan? Apa bantuan hanya selalu di berikan oleh pahlawan? Aku rasa tidak."

"Aku akan berusaha memperkuat pendapatku dan jika ternyata timku tetap mengatakan bahwa pendapatku salah, aku akan menerima pendapat tim," jawabnya.

"Wah, mengalah, ya?" Kanade menguap, merasa kantuk melandanya ketika mendengar omonganmu, "Pergi sana. Aku sudah muak dengan semua obrolan ini. Dan, ingat, anggap saja jika tidak pernah bertemu." Kanade lalu berjalan menjauh darimu. Dan kebulan asap tiba-tiba membawanya pergi.