Notes

Background story :

Katanya, dendam adalah perasaan yang merugikan. Namun siapa sangka rasa dendam mampu membuat seseorang bangkit dari keterpurukkan dan justru menjadi lebih kuat dari sebelumnya?

Sebuah keluarga kecil di pinggiran kota Tokyo nampaknya tengah berbahagia. Bagaimana tidak? Sang buah hati yang mereka nanti kini tengah tertidur pulas didalam box dengan kelambu.

Bayi kecil itu diberi nama Hideo Nakamura. Sedari kecil, Hideo memang pendiam. Ia tidak banyak bicara dan tidak memiliki banyak keinginan.

1998, Keluarga Nakamura nampaknya tengah merencanakan sebuah liburan kecil. Korea. Negeri dengan banyak destinasi liburan didalamnya.

2 hari telah mereka habiskan di negeri ginseng. Namun nampaknya dewi fortuna tidak berpihak pada mereka.

Ditengah padatnya jalanan kota Seoul, genggaman sang budak di ujung baju sang ayah terlepas. Nampaknya bocah itu tersihir dengan kios permen warna warni.

Setelah puas memandang gula gula, ia berpaling. Namun siapa sangka kini ia hanya dikelilingi orang asing yang tak acuh akan keberadaannya.

Tangis serta teriakan pilu Hideo seolah tidak terdengar. Anak berusia 5 tahun itu akhirnya hanya bisa terisak disebuah gang kecil nan gelap.

Dalam hatinya tumbuh perasaan benci kepada kedua orangtuanya. Ia merasa dibuang dan ditinggalkan.

'Mereka orang jahat. Aku benci mereka!' Batinnya kuat-kuat. Tangannya terkepal.

Hideo berusaha bertahan hidup di negara orang, tanpa tahu bahasa yang mereka gunakan. Tampang polosnya berhasil membuat Hideo bertahan selama 5 hari.

Hingga suatu hari, seorang gadis kecil menghampiri Hideo yang tengah terduduk lesu.

Saat itu, Hideo tidak tahu bahwa gadis menyebalkan itu akan membawa keajaiban di hidupnya.

Ia masih ingat, tangisan manja sang gadis disertai gerakan jari mungilnya yang berulang kali menunjuk Hideo. Sedangkan sang bocah hanya menatap gadis itu dengan kesal. Ia tidak mengerti apa yang gadis itu katakan. Dalam pikirannya, sang gadis kecil itu tengah mengolok penampilan 'gelandang' Hideo.

Namun sebuah tangan hangat mengangkatnya, menangkupnya dan menggendong tubuh kecilnya.

Tangisan di wajah gadis kecil tadi berubah menjadi senyuman paling cerah yang pernah ia lihat.

'Aku suka senyumnya.' Batin Hideo yang kini bersandar nyaman dipelukkan Ibu barunya.

Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Hideo atau yang kini bernama Junyoung tumbuh menjadi pemuda gagah nan tampan. Bukan hanya fisik, ia merasa beruntung dikaruniai otak yang cukup encer.

Walau IQnya sedang-sedang saja, namun usaha kerasnya membuahkan hasil. Ia mendapatkan beasiswa dan akhirnya melanjutkan pendidikannya di bidang Otopsi. Sebuah pekerjaan yang cocok untuk individu penyendiri dan tidak banyak bicara seperti dirinya.

Setelah lulus di usia yang masih cukup muda, Junyoung mengajukan diri untuk bekerja di sebuah kota bernama Hamburg. Sebuah kantor polisi besar menjadi tujuannya. Ia yakin akan menjadi orang yang berhasil disana.

Namun sebenarnya, menjadi orang yang berhasil bukanlah tujuannya. Ia mengikuti gadis kecil yang selalu berlarian dalam pikirannya. Gadis yang dapat membuatnya melupakan masa lalu kelamnya. Gadis yang membuat hatinya menghangat hanya dengan melihat rupanya adalah tujuan akhir sang adam.

Ia tahu dan sangat mengerti tentang hukum lisan mengenai hubungan antara adik dan kakak. Namun masabodo, kali ini ia tidak mau mengikuti akal sehatnya. Lagipula Ia dan sang adik tidak memiliki hubungan darah apapun. Namun apa daya, ia anya bisa menunjukan rasa cintanya melalui perlakuan over protective pada sang adik. Ia juga tidak ingin diusir begitu saja dari tempat yang ia panggil rumah.

Pergi ke Hamburg merupakan langkah awal untuk melanggar hukum lisan di negaranya. Walau ia tidak yakin jika sang adik memiliki perasaan yang sama, setidaknya ia perlu berusaha, bukan?

Perjuangan cintanya akan segera dimulai ketika sepasang tungkainya menapak di tanah Jerman.