Notes

Lagi - lagi, Eiseth merasa bahwa keputusannya perlu ia sesali.

Kali ini tentang apa? Mutasi jabatan yang awalnya ia terima dengan senang hati. Rasa - rasanya sejak pindah ke Royale--dari Daegu--hidupnya tak pernah tenang. Dewi fortuna seakan tak mau lagi mendekat padanya.

Oke, lagi - lagi dia terlalu hiperbolis. Tapi serius--ternyata konsekuensi yang ada terlalu berat baginya. Ditambah yang terjadi padanya diluar pekerjaan seperti kemarin. Kok rasa - rasanya Eiseth ingin cuti saja, ya?

"Eh. Arthur. Barang - barang Kwanghyun kemarin sudah diganti?"

"Sudah, Miss."

"Oke. Aku mau ke tempat Serenity dulu. Ikut?"

"Boleh,"

Dua sejoli itu melangkah menyusuri koridor. Derapnya menimbulkan gema, mengingat sekarang hanya keheningan yang melingkupi mereka berdua. Anyway, Pimp yang satu itu sekarang berada di kawasan 'kantor' dari Brothel House. Sekarang, tujuannya adalah bertemu seorang teman--dan berbicara mengenai kasus seorang 'anak buah' yang hilang tanpa jejak.

Sampai di tempat pertemuan, Eiseth mengulas senyum melihat sosok si dara yang sedang fokus pada berkas. Diketuknya pelan pintu yang terbuka.

"Aku mengganggu?" pertanyaannya masih menggunakan intonasi lembut yang biasa. Seorang Eiseth melangkah mendekat tanpa menunggu jawaban dari Serenity. Diikuti oleh Arthur yang tetap mengambil jarak aman diantara mereka.

"Bagaimana dengan perkembangan kasusnya?"

"Perkembangan kasus..." lawan bicaranya berpikir sejenak. "Ah, itu. Prostitute yang hilang? Sepertinya... aku masih perlu bantuan cyberman untuk melacak keberadaan orang tersebut. Sampai sekarang, aku belum berhasil menemukan di mana orangnya berada,"

"Hmm. Dalam minggu depan. Oke?"

Eiseth tidak mau marah - marah seperti yang ia lakukan kepada Jeremy kemarin. Katakanlah dia terlalu lembek menjadi seorang atasan, tapi toh ia tau betul mereka bukannya tidak bergerak dalam mencari sosok yang hilang-entah-kemana itu.

"Lama - lama kasus ini malah tidak punya titik terangnya. Hah. Maaf aku mengeluh di depanmu." disandarkannya tubuh kepada senderan kursi yang ada, tangan bergerak memijat pelipis. Kalau terus begini Eiseth bisa beruban lebih cepat.

"Pesan dari bos, kalau sudah ketemu.. musnahkan dia. Aku tidak tau apa kau bisa mendapat rekan yang lain, tapi selesaikanlah dengan cepat."

Ia tatap Serenity, masih dengan senyum yang tak kunjung luntur.

"Aku bisa mengandalkanmu, 'kan, Serenity?"

Setelah nona di hadapannya mengangguk setuju, Eiseth mohon pamit dari ruangan--bersama Arthur. Memang singkat, pertemuan mereka. Dalam waktu singkat si dara sudah melenggang menuju pintu depan sambil sesekali membalas sapaan para staff yang tengah bekerja di Brothel House. Shift malam sudah berlaku, sepertinya. Mungkin diluar sana sudah malam, tapi kehidupan didalam Brothel House baru saja akan dimulai.