Notes

Tema untuk bekerja hari ini sudah ditentukan. Ryuu baru saja membacanya di papan pengumuman. Tsundere Younger Brother? Ini serius? Meski ini sebuah keuntungan baginya yang merupakan seorang adik, tapi apa-apaan dengan Tsundere-nya itu?

Helaan nafas berat mengiringi gerak jemarinya di atas layar ponsel pintar. Netra merahnya sibuk memperhatikan satu demi satu kalimat dari hasil pencariannya. Tak lupa bahkan ia bertanya pada temannya yang merupakan seorang otaku kelas berat. Bagaimana sebenarnya 'Tsundere' itu?

Ryuu beranjak dari posisinya setelah selesai dengan semua urusan di ponselnya. Benda persegi panjang itu diletakkannya didalam loker sebelum ia melangkahkan kakinya keluar tuk menerapkan apa yang telah di dapatnya.

Dengan pakaian casualnya, kini tungkai berhenti tepat di depan sesosok gadis yang tak lain dan tak bukan merupakan kliennya.

"Onee-sama, Okaerinasai" Sapanya, mengulas senyum semanis mungkin demi menimbulkan sosok 'adik' dalam dirinya. Tapi dikenyataan justru senyum malu-malu ditambah rona kemerahan yang muncul di parasnya.

"N―ne, Onee-sama. Disana sudah ada tempat khusus untukmu" Ia berujar, tapi belum sampai lima detik terlewati, Ryuu memberikan bantahan.

"T―Tapi jangan salah sangka, i―itu bukan aku yang menyiapkannya" Semakin keujung kalimat, suaranya pun semakin kecil, ditambah dengan pandangan yang sedikit dialihkan ke sisi lain. Demi menimbulkan kesan tsundere pun gaya bicaranya diubah menjadi sedemikian rupa.
"Jadi? Ayo kesana?"

Tangannya terulur dengan -dibuat- malu-malu, menunggu sosok dihadapannya menerima sebelum ia menggenggamnya. Tungkai pun kembali di gerakkan. Setiap langkahnya dipijak dengan ceria, bahkan tanpa sadar tangan sang klien pun dibawanya berayun.

Ryuu menarik kursi dengan tangannya yang bebas tuk ditempati sang klien.

"J―Jangan berterima kasih, itu bukan apa apa .." ujarnya, sedikit rona kemerahan kembali menghiasi pipinya.

Posisi duduk diambilnya di hadapan sang hawa. Tangan dilipat di atas meja, wajah kekanakkan dan tanpa dosa diberikannya pada sosok diseberang.

"Bagaimana harimu Onee-sama? Melelahkan kah?" Bertanya sebagai awalan topik pembicaraan.

" .... "

"I―Iie .. a―aku hanya ingin tahu, b―bukan berarti aku menghawatirkanmu atau bagaimana" sergahnya, pandangan kembali diarahkan ke sisi lain. Bibirnya mengerucut sedikit.

" .. "

"A―Apa? Jangan sebut aku manis! Aku tidak manis, Onee-sama" Semburat kemerahan mewarnai wajahnya. Ryuu mendengus kecil saat mendengar komentar lain yang diberikan oleh sosok di hadapannya.

"Tidak, tidak. A―Aku ini lelaki, jadi tak mungkin manis hmph―" Tangan terlipat di dada. Sedang kepala di tolehkan ke arah berlawanan dengan eksistensi sang hawa demi menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Fokus kembali pada kliennya saat gadis itu bercerita tentang harinya. Kepala menganggu, tangan pun kini menyentuh punggung tangan sang hawa, menggenggamnya lembut.

"Pasti berat ya ..?" Komentarnya, dengan kepala dianggukkan paham.

"Karena kau sudah bekerja keras, Onee-sama. Aku akan menunjukkanmu sesuatu!" Ia berujar bangga. Tangan merogoh kantung, mengeluarkan sebuah tali berwarna biru yang sudah ia ikat menjadi lingkaran.

"Lihat―" tangan bergerak lincah dengan tali yang mulai di selipkan diantara jemarinya. "―sebuah jembatan!" Serunya, menunjukkan hasil karya gerak tangannya pada sang gadis.

Jemari bergerak lagi, ia kini membuat bentuk yang lain.
"Bintang!" Menunjukkan lagi hasilnya dengan penuh kebanggaan.

" ... "

Tali dilepas dari tangan, kembali masuk kedalam kantungnya. Ryuu terkekeh kecil, rona merah samar menjalar lagi di parasnya.
"I―Itu bukan apa-apa Onee-sama .. semua orang juga pasti bisa"

" ... "

"Kuajari? T―Tapi aku hanya bisa dua itu. Apa tak masalah?" Ia bertanya lebih dulu. Lantas mengangguk kala sang gadis memberinya jawaban.

Kursi yang ia tempati digeser tuk menghapus jarak. "Kebetulan aku membawa tali yang lainnya" berujar, kembali ia merogoh kantung tuk mengambil tali yang sebelumnya. Kini ditemani tali lain berwarna merah yang segera ia berikan pada sang klien.

"Seperti ini Onee-sama" Tangannya bergerak kembali bersama tali biru dalam genggaman. "Yang ini, dimasukkan ke sebelah sini. Lalu di kemarikan. Yang satunya ini ke sini, sedangkan yang ini nanti ke sini" ia berceloteh dengan tempo yang pelan, seiring jemari tetap bergerak pun dengan tempo yang sama. Agar sang hawa bisa tetap mengikuti pergerakannya.

"Lihat Onee-sama sudah jadi~ Mudah bukan?" Senyum lebar diulasnya. Senang karena telah berhasil mengajarkan sosok tersebut apa yang ia bisa― meski hanya sebuah kemampuan kecil yang kurang berarti banyak.

*end*

Sampai sini dulu saja punya saya. 🙏