Notes

Suara langkah kaki menarik perhatianmu di sudut ruangan. Terlihat seorang pria menghampirimu, ia tersenyum licik "Eh seorang gadis rupanya, siapa kau?"

Tuk ... tuk ... tuk. Kedua indra pendengaran seorang dara bersurai kecoklatan menangkap suara yang tak lain adalah suara derap langkah seorang pria. Ia dengan cepat menoleh ke arah sumber suara, "eh?" Sang dara terlihat bingung kala melihat sosok yang tengah menghampirinya. "Selamat malam, Tuan? Nama saya Starla Audrienne Finnigan, Audrie for short. Penyihir muda dari Asrama Hogwarts. Dan ... siapa kau?"

"Ken, namaku Ken." Ia menghidupkan lampu yang menyinari ruangan "Hogwarts eh? iya aku pernah mendengar sekolah aneh mu itu, apa kau bagian dari mereka? apa yang kau sebut..pelayan masyarakat?" menyodorkan sebuah kursi, "Duduk, nona."

"Oh, hai, Tuan Ken. It's nice to ... see you." Kedua indra penglihatan sang dara terus memerhatikan gerak-gerik pria yang kini berada di dekatnya. "Err, sekolahku tidak aneh." tukasnya kala mendengar sekolahnya diejek. "Ya, dan aku bagian dari Hogwarts." "Mm-hm," sang dara mengangguk; menyetujui pinta pria itu untuk duduk di sebuah kursi. "Pelayan masyarakat? Maksudmu, seseorang yang bertugas untuk melayani orang lain dalam keadaan tertentu?" tanya sang dara dengan raut wajah agak kebingungan. "Jika iya, maka pelayan masyarakat adalah seseorang yang memiliki kewajiban untuk 'mengayomi' orang-orang di sekitarnya yang sekiranya masih perlu dibimbing. Mereka bertanggung jawab untuk membenahi apa yang kurang dalam kelompok masyarakat tersebut, menolong mereka jika membutuhkan mereka- dalam hal positif tentunya, yang pasti ... ya, melayani masyarakat itu." jawabnya dengan diakhiri hembusan napas panjang.

"Begitu? kau dikirim oleh organisasi.. apa itu? yang dianggap sebagai pelayan, apa namanya?" Ken memijat dahi nya. "Mau saja kau menjadi pelayan seperti itu, memang berapa besar mereka menggajimu?"

"Iya, begitu. I beg your pardon? Mereka bukan pelayan seperti yang kau pikirkan. SAS, Specialized Auror Squad, adalah organisasi yang berisi penyihir muda berbakat, bukan pelayan 'ecek-ecek' seperti yang ada di benakmu." Sang dara kembali menukas perkataan pria bernama Ken itu. "Apa salahnya menjadi bagian dari mereka? Dan, apa peduliku soal gaji? Selama aku senang, aku nyaman, dan aku merasa memiliki keluarga baru yang akan ada di sampingku, aku tidak memikirkan masalah bayaran. Lagi pula, jika aku melayani masyarakat, berarti aku membuat orang lain terbantu dengan adanya aku. So, that's makes me feel proud of myself, and I don't need a paid." jelasnya kemudian dengan senyuman yang mengembang. "Bukannya kerja harus ikhlas?" tanyanya berbisik.

"Ah, payah. Jadi kau rela bertahan dengan organisasi semacam itu?" Ken mulai duduk dan mengetuk ngetukkan jarinya pada meja. "Organisasi macam apa itu yang tidak memberi imbalan sedikit pun terhadap anggota nya, kudengar organisasi oror mu itu mempunyai peraturan yang rumit, apa kau sanggup? kalau melihat tampang mu saja kau seperti gadis yang manja."

"Ya, aku rela-rela saja. Tidak ada yang salah, 'kan?" Audrie memiringkan kepalanya sambil menatap Ken. "Aku yang ingin bergabung, mengapa aku harus mendengarkan ocehanmu yang mencemooh organisasi itu?" tanya sang dara dengan santainya; membenarkan posisi duduk. "Prihal peraturan, tentu aku sanggup. Peraturannya kurasa tidak serumit yang kau lihat, deh? Kau bilang aku manja?" Audrie mengerjapkan matanya seakan tidak yakin dengan perkataan Ken. "Kalau aku manja, aku tidak akan berada disini bersamamu. Bahkan, seharusnya aku tidak bersekolah di Hogwarts jika aku manja, karena di Hogwarts aku jauh dengan orang tuaku." jawabnya disertai seringaian kecil dari bibirnya. "Justru dengan peraturan SAS yang mengikat, aku bisa melatih kedisiplinanku, tanggung jawabku sebagai anggota, dan membuat hidupku lebih terarah. I guess."

"Jadi, kau akan terima apapun peraturan oror squad mu itu? Tsk, kau ini percaya sekali dengan oror ini, kau sangat berdedikasi ya? apa yang membuatmu tertarik dengan organisasi aneh macam ini, mereka bahkan belum tentu menerimamu nona." mengangkat satu alis.

"Tentu saja aku menerimanya," sang dara mengembuskan napasnya. "Memang apa masalahmu jika aku percaya dengan organisasi itu? Tidak ada 'kan? Hehe." Kekehnya sambil mengibaskan surai panjangnya yang tergerai. "Aku tertarik karena menurutku SAS itu keren, mereka mampu mengemban segala tugas yang diberikan dengan baik, mampu menjaga ketertiban di Hogwarts, dan mampu mengatur segala macam acara yang berkaitan dengan sekolah tanpa kenal lelah. Ya, walau semisalnya mereka tidak menerimaku, berarti pasti ada yang lebih baik dari aku, karena di atas langit masih ada langit. Lagi pula, walau aku tidak bisa bergabung dengan mereka, aku masih bisa menjadi anggota asrama yang mampu membantu warga asramanya." Sang dara tersenyum simpul sambil menatap langit-langit ruangan.

"Kau ini mudah percaya dengan sesuatu ya. gampang juga kau nona audrie." "Darimana kau tau kalau organisasi oror mu itu keren, eh? memangnya kau mengenali semua anggota nya dan apa yang mereka perbuat?" pria itu menatapmu serius

Setelah mendengar ucapan Ken, Audrie menolehkan kepalanya ke arah pria itu. "Bukan mudah percaya, jika aku meyakini sesuatu, aku pasti melakukannya. So does to this prob." jawabnya santai. "So far, ya, aku mengenali anggotanya walaupun tidak dekat. Namun, sejauh ini kulihat mereka baik-baik saja saat berada di lingkungan Hogwarts." jelas dara bermarga Finnigan itu.

"Bagaimana kau bisa terbuka dengan mereka kalau kau sendiri tidak dekat dekat mereka nona." pria itu beranjak dari kursi nya dan menyodorkan sebuah kotak kue. "kau lapar tidak? makanlah ini." "Ahh.. aku penasaran apa kemampuan mu sehingga kau berani mendaftarkan diri ke organisasi mu itu?"

"Bagaimana juga kau bisa menilaiku padahal kita baru saja bertemu?" tanya sang dara sambil menatap tajam pria di hadapannya yang tengah menyuguhkan sebuah kotak kue. "Maaf, tapi aku lebih suka yogurt dibanding kue." ucapnya menolak tawaran; memasang tampang polosnya. "Kemampuanku? Jika aku menilai diriku sendiri sebenarnya terlihat seakan menyombongkan diri ... tapi, okelah kalau kau bertanya. Aku suka hal-hal yang berada di organisasi sehingga akan memudahkan ketika kami diharuskan bekerjasama. Selain itu, aku termasuk orang yang tidak memihak ke siapapun ketika ada yang bertikai, sehingga saat ada masalah yang terjadi di sekolah- aku bisa menjadi penengah mereka yang bersikap adil. Aku juga mampu melakukan hal yang dibutuhkan dalam organisasi, seperti saat ingin melakukan promosi organisasi atau untuk merancang suatu acara. Sebetulnya masih banyak ... tapi kurasa itu cukup untuk menjelaskan ke kamu saja." tutur sang dara.

"Aku sudah bisa menilai mu dari caramu berbicara nona" "Kau ini pilih pilih eh, masih mending aku memberimu kue, organisasi aneh mu itu tidak memberimu imbalan sepersen pun, membosankan." Ken kembali menempatkan dirinya di kursi. "Bagaimana jika yang bertikai itu adalah anggota dari organisasi mu dan teman asrama mu nona audrie? apa yang kau lakukan? dan kau lebih memilih mana? oror squad mu itu atau asrama mu?"

"Well, me too. Aku juga bisa menilai mereka hanya dengan melihat mereka, dan cara bicara mereka." timpal sang dara. "Setidaknya, mereka bisa memberikan manfaat yang banyak bagi warga Hogwarts dengan dedikasi mereka pada organisasi." Audrie menyeringai kecil. "Mengapa harus memilih ketika aku bisa membuat mereka bersatu? Maksudku, keduanya merupakan orang penting untukku 'kan? Jadi, yang akan kulakukan, tentu aku tidak akan memihak siapapun karena jika diibaratkan darah, mereka adalah campuran dari darahku. Setelah aku tidak memihak siapapun, aku akan menjadi penengah bagi mereka. Simple-nya, aku akan menanyakan permasalahan yang mereka alami sehingga mereka bertikai. Setelah aku menemukan titik permasalahannya, aku akan mencarikan solusi untuk pemecahan masalah mereka sehingga mereka berbaikan dan saling memaafkan. Jika mereka masih kekeuh dan memikirkan ego masing-masing, aku akan lebih mendalami masalah mereka dan memberi nasihat pada masing-masing anak."

"Lumayan juga caramu mengatasinya." pria itu mulai mendekatkan wajahnya tertarik dengan pembicaraan gadis di hadapannya. "Bagaimana jika teman baikmu di oror mengkhianati oror? apa kau diam saja? atau kau menyelesaikannya dengan bijak layaknya seorang pemimpin? memang kau tau apa itu pemimpin?" menopang dagu

"Hm ... jadi, apa kau masih menilaiku anak manja?" tanya sang dara sambil mengangkat kedua alisnya. "Teman baikku di organisasi, mengkhianati organisasi? Tentu aku tidak diam saja. Walau dia teman baikku, tapi organisasi adalah keluargaku. Dia anggota organisasi, berarti dia juga anggota keluarga. Sepenting apapun dia, jika dia mengkhianati keluarganya sendiri, bukankah harus diberi ketegasan? Jadi, tentu saja aku akan menyelesaikannya, dan memberi sanksi kepadanya." Sang dara menopang dagunya. "Berbicara mengenai pemimpin. Ya, aku tau apa itu pemimpin. Seorang pemimpin adalah sosok yang sangat penting dalam pengokohan organisasi. Karena tanpa adanya seorang pemimpin, maka suatu organisasi atau lembaga tidak bisa terorganisir dalam pekerjaannya dan tentunya akan mudah rapuh. Walaupun setiap individu mampu memimpin dirinya sendiri, tapi dengan adanya seseorang pemimpin yang mampu membimbingnya, maka individu tersebut akan lebih terarah dalam pelaksanaan tugasnya. Memang, sih, seorang pemimpin bukan orang suci. Namun, setidaknya dia mampu menjadi contoh bagi orang yang dipimpinnya."

"Kau tetap anak manja karena kau menolak kue pemberianku tadi." tertawa kecil Pria itu meandang gadis dihadapannya dengan penuh arti. "Lalu misalkan kau menjadi pemimpin dalam organisasi oror itu, kau mempunyai pendapat tetapi anggota mu menentang pendapatmu meskipun pendapatmu itu benar, apa yang kau lakukan nona audrie?"

"Heol~ teman muggle-ku pernah berkata, bahwa yang seperti kau lakukan ini namanya 'baper' atau bawa perasaan." Audrie menahan tawanya sembari menutup mulut. Ia kemudian menarik napas dan membuka tutupan mulutnya tersebut. "Pendapatku ditentang anggota, padahal pendapatku benar? Hm ... sebagai pemimpin, bukankah harus mendahulukan pendapat anggota dan tidak memaksakan pendapatnya sendiri? Jadi, aku lebih memilih mendengarkan pendapat masing-masing anggota, kemudian aku akan menyatukan pendapat-pendapat mereka atau singkatnya memilih pendapat-pendapat yang positif dan menyatukannya. Dengan begitu, pendapatku tadi juga bisa dituangkan dalam campuran pendapat mereka, sehingga semua pendapat yang benar dapat tersalurkan."

"Ya sudah. Aku sudah cukup mendengar penjelasanmu." mengambil sebuah stopwatch dan melatakkan di meja kecil di ruangan tersebut. "Cepat segeralah pergi dari sini." ucapnya terseyum.