Notes
Notes - notes.io |
Iapun perlahan mulai membuka kedua matanya secara perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Hanya menatap heran ke arah orang yang kini berada di depannya dengan bingung.
Kening pria tersebut mengerut, menandakan kebingungan terhadap orang yang berada di depannya. “Hey, siapa kau? Kenapa kau bisa sampai sini? Apa keperluanmu?"
"E-eh maaf, bukan bermaksud untuk mengganggu. Kami awalnya hanya ingin berlibur, tapi entah apa yang terjadi setelahnya." Ucapnya sambil membenarkan dirinya dari posisi awal.
"Kau tidak ingat apa-apa? Apa kau juga tidak memiliki tujuan?"
"Saya hanya mengingat sebagian kecil. Not really, tadinya kami semua hanya tersesat" ucapnya dengan raut wajah yang berbeda.
Ia berdiri dan mengambilkanmu segelas air, menyodorkan gelas tersebut kehadapanmu. "Tersesat ya? Lalu bagaimana aku bisa membantu jika kau tidak memberikanku informasi apa-apa? Identitasmu siapa dan tujuanmu apa?"
Dion melihat pria tersebut dengan sikap yang masih was-was. "Ah, tidak perlu repot-repot tapi terima kasih." Ucap Dion meminum segelas air tersebut, sengaja untuk mengalihkan pembicaraan karena jujur saja tidak tahu apakah ia harus memberitahukan informasi mengenai dirinya dengan orang yang baru saja bertemu dengannya benerapa menit yang lalu.
Pria tersebut menghelakan nafas panjang. "Sebegitunya, ya?" Ia merasakan kekhawatiran dan kecurigaanmu terhadapnya. "Namaku Yakumo, kebetulan aku seorang detektive dan kau sedang berada di kantorku." Ia menatapmu dengan tajam. "Biar ku tebak, kau salah satu dari mereka yang mengaku kalau mereka seorang penyihir, bukan?"
Dion tertegun mendengar ucapan dari seorang pria yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Detektiv. Ia meletakkan gelas minumnya diatas meja, lalu mulai serius menanggapi pembicaraan dari Detektiv tersebut. "Dari mana bapak tahu kalau saya adalah penyihir? Dan bagaimana bisa saya berada di sini?"
Yakumo mengusap-usap pelipisnya. "Bukankah kau terlalu curiga dengan orang yang baru saja menyelamatkanmu? Aku bahkan belum mendengar ucapan terimakasih sekalipun darimu. Dimana sikap sopan santunmu?!"
"Baik maafkan saya Tuan, sifat saya memang sedikit kaku saat bertemu dengan seseorang untuk pertama kali. Perkenalkan nama saya Dion, Terima kasih telah membantu saya" ucapnya disusuli dengan mengembuskan nafas.
"Baik, Dion. Kini aku sudah mengetahui nama dan indentitasmu, apa kau juga tidak akan mengatakan tujuanmu? Untuk apa kau rela bersusah payah sampai tersesat seperti? Liburan? Kurasa yang kau sembunyikan lebih dari itu"
'Tujuan' Ia hanya berpikir keras mendengar kata itu. Sebernya ia juga belum mengetahui apa tujuannya melakukan liburan ini, karena tidak ada hal yang pasti. "Ya. Saya bahkan tidak mengetahui tujuannya apa. Karena sebenarnya ini adalah liburan untuk pelatihan para Trainee." Jawabnya.
Kedua alisnya terangkat dan matanya menunjukan keraguan setelah mendengar jawabanmu. "Pelatihan para trainee? Untuk apa? Menjadi idol? Memang kemampuan apa yang bisa kau berikan sampai kau rela melakukan ini itu?"
"Maaf ya pak, bapak sekarang terlihat seperti sedang menginterogasi seorang tersangka disini. Saya kan bicara baik-baik, saya tidak berniat untuk menjadi idol. Jadi yang sebenarnya kami lakukan itu pelatihan untuk organisasi sekolah kami." Jawab Dion masih tenang.
Ia tersenyum. "Bukan sebagai tersangka, cuma kau menyebutkan organisasi aku jadi penasaran, memang seorang sepertimu mampu berada di dalam organisasi? Aku tidak melihat kau memiliki kemampuan apa-apa?"
"Mampu? Jika saya tidak mampu untuk apa saya mendaftarkan diri dalam kegiatan ini sampai sekarang saya berada di tempat bapak. Kemampuan ? Saya memang tidak memiliki kemampuan Detektiv seperti apa yang bapak punya, tapi saya punya kemampuan untuk tetap konsisten dengan jalan yang saya pilih."
Garis bibir pria tersebut terangkat, menunjukan senyuman tipis yang tidak begitu ramah. "Memang organisasi apa sih yang kau maksud? Mengapa ingin sekali bergabung dengan mereka?"
Dion justru tersenyum saat melihat raut wajah dari detektiv itu. "Sepertinya bapak tertarik dengan dunia sihir." Ucapnya singkat
"Tidak, aku tertarik dengan personalia mu. Well, mungkin sedikit."
"Saya memang sedikit menarik pak." Ucapnya jual mahal. "Tapi sekali lagi saya mohon maaf, ada beberapa hal yang bersifat privasi dan tidak bisa saya ucapkan begitu saja" sambungnya lagi.
Garis bibir pria tersebut terangkat, menunjukan senyuman tipis yang tidak begitu ramah. "Memang organisasi apa sih yang kau maksud? Mengapa ingin sekali bergabung dengan mereka?"
"Ya, ini adalah salah satu organisasi yang berada pada sekolah kami. Sebut saja Specialized Auror Squad atau lebih dikenal dengan sebutan SAS. Seperti yang bapak ketahui bahwa saya adalah seorang penyihir, organisasi ini khusus untuk menangani segala hal yang berhubungan dengan sekolah serta murid yang ada pada sekolah kami." Dion mulai menjelaskan hal tersebut kepada sang detektiv.
"Ahh.. saya baru teringat kemarin ada orang yang menyebutkan SAS SAS itu. Tapi dia seperti.. pecundang? Well, dia kelihatannya tidak memiliki nilai apa-apa. Orang tersebut bahkan tidak mampu mengatur tingkahnya, bagaimana bisa memimpin dan menjalankan organisasi. Apa kau juga sama saja? Aku jadi penasaran, apa sih kepemimpinan untukmu? Dan kau sendiri tipe pemimpin seperti apa?"
"Jangan hanya menilai seseorang dari luar saja, pak. Mungkin saja memang orang itu belum menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya?." Ucapnya Ia sempat berfikir sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Saya pribadi adalah orang yang lebih ke action dibandingkan berkata-kata. Untuk saya pemimpin itu adalah sosok yang menjadi panutan bagi orang lain, sudah jelas bukan ? Untuk seorang pemimpin sudah pastinya ia akan memperbaiki sikapnya terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain. Membuang segala keburukannya. Untuk menjadi pemimpin tidaklah semudah seperti apa yang telah saya jelaskan, pak. Jujur saja keberadaan saya sampai berada di sini juga salah satu usaha untuk menjadi orang yang mungkin suatu saat nanti bisa menjadi pemimpin. Saya sendiri adalah tipe pemimpin yang jika anggota saya akan melakukan kesalah akan langsung saya tindak lanjuti, karena menurut saya jika hanya diberikan peringatan yang biasa saja hal itu hanya sering kali di abaikan. Lalu mereka akan masih mengulangi hal yang sama. Namun tetap saya akan tetap mendengarkan saran/perkataan anggota lain, lalu mencari solusi bersama-sama. Ya kurang lebih seperti itu."
Garis bibir pria tersebut semakin melengking setelah melihat expresi wajahmu. "Saya akui itu adalah kalimat yang sangat indah. Namun bagaimana jika isinya orang-orang yang tidak memiliki tujuan yang sama denganmu? Atau orang-orang yang tidak mau mendengarkanmu? Ahh.. bahkan saya tidak tahu apa organisasi SAS itu ada hubungannya dengan kepemimpinan atau bukan, ya"
"Jujur saja saya tipe orang yang sebenarnya tidak mempedulikan perlakuan orang lain, tapi jika orang tersebut adalah rekan kerja ku sendiri sudah jelas saya akan memperingatinnya untuk apa berorganisasi jika kelakuan masih seperti itu. Organisasi SAS, memiliki hubungan dengan kepemimpinan karena pada dasarnya merekalah yang selama ini mempimpin kami semua, walaupun tidak dengan cara langsung." Jawabnya lagi.
"Hmm.." Yakumo mengusap-usapkan dagunya setelah mendengar jawabanmu "Tapi besar kecilnya organisasi pasti memiliki peraturan bukan? Jangan sebut dirimu seorang pemimpin jika tidak yakin akan tahan dengan peraturan yang ada. Apa kau yakin? Terlebih lagi kudengar peraturannya sangat banyak dan melelahkan."
"Iya sudah jelas, pak. Saya sudah membaca semua peraturannya jauh hari sebelum saya mendaftarkan diri. Sebelum saja juga sudah memikirkan hal ini. Karena saya memilih maju, jadi sudah jelas bahwa saya siap menerima setiap konsekuensi dari segala perbuatan yang saya lakukan." Jawab Dion dengan percaya diri.
Yakumo memutarkan kedua bola matanya. "Aku sudah banyak mendengar orang berpasrah bahwa peraturan la la la adalah konsekuensi, tapi akhirnya mereka menyerah begitu saja ketika konsekuensinya lebih besar dari perkiraan." Ia memiringkan kepalanya, menatapmu dengan penuh kerugian "Bahkan ketika hal yang kau inginkan tidak meberikan imbalan apapun?"
Melihat tingkah sang detektiv ia mencoba untuk tetap tenang. "Karena memang sudah seperti itulah hukumnya. Dimana ada peraturan disitu pula akan ada konsekuensi bagi setiap pelanggarnya." Sejenak berhenti, sebelum kembali menjawab. "Untuk saya ini bukan soal imbalan yang akan saya dapatkan nantinya atau tidak, yang terpenting adalah saya sudah belajar bagaimana menjadi yang lebih baik lagi untuk kedepannya."
"Lalu kau yakin kau bisa bertahan dengan konsekuensi yang belum kau ketahui sampe mana? Jangan sampai seperti orang-orang tidak memiliki pendirian tinggi. Apa jadinya kalau sebuah organisasi diisi dengan orang seperti itu. Menyusahkan institusi saja." Ia kembali membenarkan posisi duduknya, menyilangkan kaki dan tangannya. "Lalu bagaimana menurutmu jika kau di haruskan untuk mendahulukan organisasi tersebut di atas rumahmu (asrama)"
"Harus yakin bisa. Kalau tidak yakin bisa bertahan dengan konsekuensinya, saya memilih untuk mundur diawal. Tetapi saya tidak akan melakukannya, Pak" ucapnya lagi tersenyum. "Karena saya memiliki tanggung jawab yang mungkin harus didahulukan terlebih dahulu dalam organisasi itu, saya akan menyelesaikannya terlebih dahulu. Lalu saya akan kembali mengurus asrama jikalau memang ada yang harus saya lakukan. Tetapi, jika saya bisa mengatasi kedua hal bersamaan maka akan saya lakukan."
"Hmm.. sedikit meyakinkan" mengusap-usap dagunya. "Mari kita berandai-andai, katakanlah salah satu kawan organisasimu yang sudah sangat dekat membocorkan rahasia yang ada tau memiliki niat untuk berkhianat. Apa yang akan kau lakukan?"
"Jika dia adalah orang telah bergabung dengan organisasi, jawabannya pasti sudah jelas. Ia akan menerima konsekuensi yang berlaku. Dan saya sebagai temannya akan merasa amat bersalah karena belum bisa membantu teman sendiri untuk mematuhi aturan yang ada. Tetapi terima tidak terima jika dia membocorkan hal yang sangat rahasia, terpaksa harus dikeluarkan dari organisasi tersebut. Karena bagaimanapun aturan tetaplah aturan." Ia kembali menjawab pertanyaan dari sang detektiv sambil memegang perut.
Pria tersebut kembali terkekeh, "Keluarkan? Semudah itu? Baiklah, mungkin maksudmu menjadi tegas. Tapi seperti terlalu gegabah. Kau tidak memikirkan variable atau solusi lain? Lalu bagaimana jika anggotamu memiliki bendapat lain dalam kasus tersebut dan merasa dia tidak perlu sampai di keluarkan?"
"Bukan bermaksud untuk menjadi gegabah, tapi saya memiliki alasan jikalau memang pelanggaran itu sudah sangat berat. Jelas ada solusi lain, jika memang dia mengaku salah atas perbuatannya hanya memberikan teguran yang tegas agar kedepanya tidak diulangi lagi. Dalam sebuah organisasi perbedaan pendapat sudah menjadi salah satu hal yang tidak bisa dihindari. Jika memang saya memiliki pemikiran berbanding terbalik dengan rekan saya, maka pertama saya akan menanyakan hal itu kepada pimpinan yang lebih berhak lalu membicarakannya bersama-sama, dan berusaha untuk tetap tenang."
"Lalu bagaimana jika ada yang menentang pendapatmu padahal kau yakin bahwa itu benar, apa yg akan kamu lakukan?"
"Entah pendapat saya baik/benar saya tidak akan semakin memperumit masalah. Jika memang saya yang harus mengalah maka saya akan mengalah, asalkan itu yang terbaik untuk sekolah maupun seisinya, karena sebagai rekan kerja yang sama seharusnya kita saling mempercayai satu sama lain."
"Kepercayaan ya.. kalau mereka memintamu untuk terbuka dalam segala masalahmu atau urusanmu, apa kau juga akan menurutinya?"
"Dalam segala urusan? Jika itu ada samgkut pautnya terhadapy organisasi itu sendiri, ya dengan senang hati. Tetapi untuk hal pribadi,mohon maaf ada beberapa hal yang mungkin tidak bisa untuk saya katakan."
"Hmm, kenapa? Apa kau tipikal yang tidak bisa mempercayai orang lain? Lalu jika ada sesuatu yang tidak mengenakan hatimu apa kau akan ceritakan kepada orang lain? Padahal seharusnya organisasi itu dapat menjadi rumah dan keluarga barumu. Since, kalian sharing penderitaan bersama"
"Iya, saya juga mengerti bahwa organisasi adalah tempat saat susah maupun senang bersama-sama. Dan saya bukannya tidak mempercayai orang lain. Tapi bagi saya membawa masalah pribadi dalam suatu organisasi buruh waktu untuk berfikir lagi. Saya mengerti bahwa mereka mungkin bisa saja memberikan masukan/nasehat kepada saya. Cuman ada kalanya kapan saya akan berbagi masalah pribadi dan kapan saya harus memendamnya sendiri."
Pria tersebut tersenyum, namun senyumannya yang sekarang terlihat lebih lembut. "Well, setidaknya saya sudah mengerti kau pribadi yang seperti apa. Namun, jika kau berada di publik (timeline) dan terjadi keributan di sekolahmu, apa yang akan kau lakukan?"
"Jika terjadi keributan sudah pasti akan ditenangkan bukan? Namun ditenangkannya dengan cara yang berbeda. Berhubung ini terjadi di depan publik sopan santun masih harus perlu dipertahankan. Namun untuk menyelesaikan masalah seperti ini lebih baiknya jika di cari dulu sumber masalahnya dari mana, lalu berdiskusi dengan orang yang bersangkutan dan memberi nasihat agar tidak terjadi lagi kedepannya. Kurang lebih seperti ini, pak. Saya sebenarnya tipe orang yang lebih suka langsung to the point tanpa memperpanjang masalah." Menatap kearah detektiv tersebut.
"Ah.. jawaban yang baik. Pribadi yang percaya akan kemampuannyalah yang akan dibutuhkan disana. Bagaimana orang lain mau mendengarakanmu jika suaramu terus bergetar, bukan?"
"Jika suaramu lantang dan tidak bergetar seperti anjing ketakutan, kau pasti akan di dengar." Ia mengambil syalnya dan memberikannya kepadamu "Percayalah kepada kemampuanmu sendiri, Kaoru."
"Ah, maaf. Dion"
"Terima kasih atas masukannya, Pak. Baik saya akan mempercayai kemampuan diri sendiri dan juga tentunya mempercayai kemampuan orang lain." Menerima syal yang diberikan oleh pak detektiv dengan senyuman.
Yakumo kembali tersenyum. "Kini saya minta anda untuk menatap mata saya sambil memegang syal tersebut"
Mendengar ucapan sang detektiv Dionpun melakukan hal yang dipinta, menatap mata Yakumo sambil memegang Syal.
Yakumo memejamkan matanya sejenak dan langsung membalakkannya terbuka di depan matamu. Matanya yang memang dari awal sudah terlihat aneh kini memancarkan warna merah dari kedua bola matanya. Kau pun langsung jatuh tak sadarkan diri dan syal yang di berikan sebenarnya adalah sebuat portkey yang membawamu kembali ke halaman Hogwarts
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team