Notes

『SelfPlot for Stage 5 — 2-1 (Wajib luka)』

https://twitter.com/almightyhelper/status/774886673440059392

Setelah pertarungan yang cukup sengit antara dirinya dan Lawless berakhir; kini kedua kakinya berdiri

dengan tegap di atas sebuah arena lainnya yang hawanya begitu panas. Dikarenakan tempat ini

terdapat aktivitas lava atau apapun itu, dia hanya mengetahui hal tersebut. Dan makin lama suhu

semakin panas, hingga akhirnya dia memutuskan untuk melepaskan blazer yang membalut tubuhnya.

Suara decihan pelan terlepas dari sela bibir.

"Selamat datang di stage kelima dalam Pandora Hell, tuan Nicolas Brown. Ini adalah stage terakhir

dalam permainan ini, dan dikarenakan ini adalah yang terakhir, maka dalam stage ini akan ada hal

yang mungkin tidak akan ada bayangkan. Dan saya tidak akan memberitahukan apa yang akan

terjadi setelah anda melewati gerbang yang terdapat gambar tenggorak di atasnya. Dan selamat

berjuang, tuan Nicolas Brown."

Setelah menjelaskan sesuatu yang tidak begitu jelas kepadanya, dia kembali mendecih pelan. Dan

entah mengapa dia merasa tidak enak di dalam hatinya, dikarenakan sang mini-bot merahasiakan

apa yang akan terjadi setelah dia melewati gerbang tersebut. Dan rasa penasaran menyerang

benaknya, dengan langkah perlahan; dia menuju ke arah gerbang yang telah disebutkan.

Beruntunglah tidak ada yang namanya musuh yang akan menghalanginya untuk melewati gerbang

itu, sehingga dia tidak perlu meminta katananya dari mini-bot yang mengikuti diri di samping.

Awalnya perjalanan begitu damai, walaupun beberapa kali dia mengeluh tentang betapa panasnya

tempat ini di dalam batin. Dan akhirnya dia berhasil melewati gerbang yang telah disebutkan oleh

mini-bot. Namun, kepalanya mendongak ke atas dengan kedua kelopak mata yang melebar;

mendapati siapa yang terikat dengan rantai berduri di atas, dalam posisi tersalib seperti demikian. Dan

itu adalah Worick dan Alex; rekannya ketika dia masih menjadi seorang Benriya.

"Sekarang saya akan menjelaskan apa yang dapat anda lakukan, tuan Nicolas Brown. Anda dapat

mengabaikan mereka dan saya yang akan membukakan gerbang akhir agar anda dapat

menyelesaikan ini. Kemudian, anda dapat menyelamatkan mereka tetapi anda harus memenuhi wajib

luka. Atau anda memutuskan untuk mengorban mereka berdua, yang mana wajib luka anda dapat

anda berikan kepada mereka berdua." Jelas sang mini-bot kepadanya. Dan entah mengapa dia

merasa ingin menghancurkan mini-bot tersebut dan membuangnya ke dalam lava yang berada di

bawah tubuh kedua rekannya.

"AKU AKAN MEMILIH UNTUK MENYELAMATKAN MEREKA BERDUA!" Dia berteriak dengan suara yang

terdapat begitu banyak amarah di dalamnya; tentu saja, mereka berdua sangat berharga baginya.

"Nicolas... selamatkan kami." Alex bersuara; raut kesakitan nampak pada raut wajah wanita tersebut,

wanita itu bahkan menggigit bibir bawah sendiri.

Sebenarnya Worick sendiri merasa kesakitan, namun pria tersebut berusaha untuk tidak

memperlihatkan itu dengan menatap nanar ke arah dirinya yang berada di bawah. "Nic-chan... aku

akan lebih senang jika kau selamat. Namun, jika tidak ada aku... apakah hidupmu akan

menyenangkan? Tolong, selamatkan kami berdua. Aku sama sekali tidak suka ketika Al-chan merasa

kesakitan." Ujar Worick kepadanya.

Dan setelah itu, dia dapat melihat kalau rantai yang menahan tubuh kedua rekannya pada sebuah

batu itu perlahan menurun. Dia memperhatikan kembali apa yang berada di bawah mereka, aliran

lava yang jelas sangat panas. Dia menautkan kedua alisnya dengan ekspresi yang semakin

memperlihatkan banyak kekesalan. Dia merutuki bos besarnya karena melibatkan orang-orang yang

berharga dalam hidupnya ke dalam permainan ini. Dia akan lebih senang bila hanya dia yang

merasakan seluruh rasa sakit ini, dan itu bukan berarti karena dia suka akan rasa sakit, dia hanya tidak

suka ketika hal-hal seperti ini membuatnya harus memilih. Namun, dia telah memutuskan apa yang

dia inginkan.

"Aku bahkan belum melihat bagaimana kondisi adikku." Alex kembali bersuara; membuat hatinya

bergetar hebat, walaupun dia selalu terlihat tidak perduli; tetapi tubuhnya seperti bergerak begitu saja

ketika wanita tersebut merasa lemah. Dia ingin membuatnya menjadi sosok yang kuat; dengan

caranya sendiri.

Worick sendiri memutuskan untuk hanya memperlihatkan raut menahan sakit pada wajah, daripada

menyerukan apapun yang mungkin akan membuat dirinya merasa semakin cemas atau apapun itu.

Dia menggertakkan gigi-gigi beberapa kali, guratan hitam muncul pula pada keningnya.

Kini pandangannya tertuju pada dinding yang dapat dia jadikan sebagai tumpuan untuknya agar

dapat menghampiri salah satu dari rekannya. Dikarenakan Worick menginginkan dirinya untuk

menyelamatkan Alex terlebih dahulu, maka pandangannya saat ini hanya dia tujukan kepada rekan

wanitanya itu. Dan sebelum dia bergerak, dia meminta katananya dari mini-bot yang masih setia

berada di samping tubuhnya. Kemudian, barulah dia menghempaskan tubuhnya ke arah dinding yang

ada dan kemudian langsung menapakkan tapak sepatunya pada dinding tersebut yang kini

membuatnya mengarah pada tubuh Alex. Dia mengulurkan lengan kanannya dan membuatnya

mengenggam rantai berduri itu, dan hanya itu yang bisa dia jadikan sebagai penahan dirinya agar

tidak jatuh.

Kedua kelopak mata Alex melebar karena mendapati apa yang dia lakukan, bahkan darah mengalir

dan mengenai pakaian yang kini dikenakan oleh wanita tersebut. Kedua manik mereka berdua saling

bertemu; dan dapat dia lihat air mata mengalir dari sudut mata sang wanita. Membuatnya

menolehkan kepala ke arah lainnya sejenak, perasaan bersalah kembali menghampiri dirinya karena

telah membuat wanita tersebut terlibat akan hal ini.

"Nico...las. Tanganmu berdarah..." ucap Alex dengan nada lirih.

Dia tidak memberikan respon apapun pada apa yang diucapkan oleh wanita tersebut, sementara

secara perlahan pula, batu ini kembali turun sedikit demi sedikit. Dia tidak punya waktu lagi untuk

memikirkan apapun. Dan katana yang berada di tangan kirinya kini mencoba untuk memotong

rantai-rantai berduri yang menahan kedua lengan milik wanita tersebut; dia begitu gigih dalam

melakukan ini, tampak dari raut wajahnya. Beruntunglah katana yang dia miliki mampu memotong

rantai, namun karena rantai ini berduri, pastilah akan ada duri yang tetap menancap pada lengan

milik wanita tersebut. Dan satu bagian dari sisi kanan rantai telah berhasil dia potong, lalu dia

langsung memotong bagian sebelah dari rantai bagian lengan kanan Alex. Memerlukan beberapa

menit hingga rantai bagian kanan terlepas semuanya. Dan Alex reflek merangkul pundaknya karena

yang menahan tubuh wanita tersebut telah kehilangan keseimbangan.

Dia menghela napas pelan, kemudian melanjutkan untuk memotong rantai bagian lengan kiri dari tangan wanita tersebut. Sesekali dia menautkan kedua alisnya, dan tangan kiri terus bergerak untuk memotong rantai tersebut. Yang mana pada akhirnya terlepas, sekarang Alex merangkul lehernya dengan cukup erat; agar dia tidak jatuh. Dia sempat melihat darah yang mengalir pada kedua lengan Alex, namun dia coba untuk tetap tenang sekarang, karena dia masih harus menyelamatkan Worick. Dan percaya atau tidak, setengah lagi batu ini akan mengenai aliran lava yang berada di bawah sana.

"Tenanglah..." bisiknya kepada Alex yang dia sadari merasa begitu ketakutan; dari bagaimana bergetarnya tubuh wanita tersebut. Dan sedetik kemudian, yang dipinta pun merasa lebih tenang. Kemudian, dia menolehkan kepala ke arah posisinya berdiri pertama kali setelah sampai di tempat ini. Dia mau tidak mau harus menahan sakit pada tangannya yang mengenggam rantai berduri itu. Dan perlahan dia menggerakkan tubuh; bersiap untuk melompat ke tempat pendaratan itu. Tangannya yang terbebas dia gunakan untuk menahan tubuh Alex agar tidak terlepas dari rengkuhannya. Sampai akhirnya dia pun melompat