Notes

“Nomor 556”
Seorang gadis nampak tersentak saat nomor urutnya disebutkan. Ini sudah sekitar Sembilan jam ia menunggu gilirannya untuk menampilkan bakatnya dan sudah Sembilan jam pula gadis itu belum makan sama sekali. Ketika nomornya disebut senyum cerah terpartri di sudut bibirnya tubuh mungilnya kemudian melangkah memasuki sebuah ruangan dengan background hitam dibelakangnya.
Baru saja ia melangkah masuk degupan jantungnya seakan bertalu-talu apalagi saat kedua netranya menangkap sosok empat orang lelaki tampan yang duduk berjejer sembari tersenyum padanya. Lixian menunduk menunjukkan rasa hormatnya lalu tersenyum sedikit kikuk.

“Nín hǎo Wǒ yào jièshào yīxià Wǒ shì Xiu Lixian”, sapanya dalam bahasa mandarin berusaha memperkenalkan dirinya dengan dialect dari tanah kelahirannya. Sejenak ia melirik kearah para juri yang mengernyit mendengar sapaan Lixian yang mungkin terdengar tidak familiar bagi mereka. Gadis itu tersenyum lalu kembali melanjutkan kata katanya.
“Annyeong hasseyo, naneun Xiu Lixian imnida”, sahutnya lagi dan ke empat juri itu terkekeh bersamaan puas dengan ‘translation’ yang diberikan oleh si gadis mungil.
“Jadi Lixian… Bisa kah kau tunjukkan bakatmu?”, salah seorang juri angkat bicara sepertinya sudah tak sabar dengan situasi yang penuh dengan basa basi ini.

Lixian mengangguk paham, jantungnya kembali berdegup kencang akibat gugup, ia kemudian sedikit menghembuskan nafasnya dengan berat dan bersiap dalam posisinya.

“Hey ya mother fucker!!”, Teriakan Lixian yang tiba tiba membuat ke empat juri terkejut. Pasalnya gadis bertubuh mungil itu tiba tiba saja merubah mimik wajah innocent miliknya menjadi mimik ‘bad girl’ yang seakan menantang ke empat juri disana untuk melihat bakatnya lebih jauh.
“My name is Xiu Lixian I may not tall and I may not smart”, Lixian memegang topi biru yang ia pakai sembari menggenggam mic yang menjadi senjatanya kali ini. Matanya menatap nyalang ke arah para juri dan senyum miring khas dirinya ia tunjukkan untuk menambah kesan ‘naughty’ dalam dirinya.
“My dad told me that I have to listen at him but I never won’t it. My skills my record always seen as a fucking snatching”, Lixian berjalan ke hadapan salah seorang juri yang ia tau sebagai CEO dari SJH entertainment sendiri. Untuk menambah kesan cute pada dirinya gadis itu mengerling sedikit dan dengan santainya melompat untuk duduk di meja para juri membuat ke empatnya tercengang.
“I’m all grown up and I’m not a lil girl. You can see me getting wrinkle and my natural sexiness”. Kembali gadis itu merapalkan beberapa dish rapp yang entah ia tujukan untuk siapa. Saat menekan kata ‘lil girl’ kedua kakinya ia ayunkan dibawah meja layaknya seorang gadis kecil yang penurut. Namun ketika kalimat ‘wrinkle dan sexiness ia lontarkan’ kedua kakinya yang menggantung ia angkat ke atas meja dan berpose se-sexy mungkin lalu para juri bertepuk tangan nampak menikmati ‘show’ menarik yang ia tampilkan.

Kedua sudut bibir Lixian kembali menampilkan sebuah senyuman seumringah. Gadis itu lalu loncat dari meja yang ia duduki tadi dan berdiri dihadapan para juri melanjutkan setiap rappnya lagi.
“I’m the player on the stage. I’m not even care with those people”. Lixian menunjuk ke empat juri tadi saat kalimat ‘those people’ keluar dari mulutnya.
“God have to watch this daddy’s lil girl Because I’m fucking talented”. Selesai menyambung rapp terakhirnya Lixian menampilkan sebuah cengiran lalu menunduk seakan meminta maaf mengingat sikapnya tadi bisa dibilang jauh dari kata sopan. Tapi bukannya malah tersinggung ke empat juri bertepuk tangan dan beberapa dari mereka mengacungkan ibu jari mereka mengapresiasi apa bakat gadis itu.
(rapp by GDRAGON’s rapp on MAMA2014 I’ve been remaked it)

“A-ah… Terima kasih”, tutur Lixian dengan semburat merah di pipinya, diam diam ia merasa senang karena dapat menampilkan yang terbaik.

“Apa kau memiliki bakat lainnya?”, Hoon yang merupakan salah seorang juri angkat bicara. Lixian yang ditanya menggaruk tengkuknya sedikit karena merasa terkejut dengan permintaan tiba-tiba dari sang juri.

“Ne… Saya bisa menari”, jawabnya singkat. Sesaat setelah Lixian menjawab pertanyaan sang juri alunan musik dengan tempo yang cepat mengalun di ruangan bernuansa hitam itu. Para juri yang menanti show selanjutnya dari Lixian memberi kode pada gadis itu untuk menunjukkan bakat lainnya. Lixian tersenyum sekilas lalu badannya membentuk sebuah S line seakan ingin menunjukkan jika gadis mungil itu juga bisa terlihat sexy di umurnya yang masih belia.
Saat tempo music semakin cepat Lixian berjalan ke depan juri sekali lagi lalu tubuhnya menari tanpa adanya beban, gerakan sexy yang juga nampak cute ia tunjukkan tidak ada aturan dalam dance yang ia tampilkan semuanya murni sebuah free style. Gerakannya yang sangat luwes dan eye contact yang ia berikan seakan mengajak para juri untuk ikut berdansa dengannya dan Lixian sangat menikmati saat saat dimana para juri bertepuk tangan untuknya.

Namun belum sempat ia menunjukkan gerakan lainnya music yang mengalun untuknya tadi seketika berhenti. Dalam hati Lixian agak kecewa namun ia sadar betul jika masih banyak kontestan lain yang menunggu dibelakangnya kala itu.
“Baik Lixian mungkin sampai disini dulu, kami akan memberikan pengumumannya nanti.”

“Ah… Xie xie”, angguk Lixian dengan senyum merekah dan keluar dari ruang audisi berharap untuk mendapat hasil yang terbaik nantinya.