Notes

Nico di Angelo, Putra Hades.

Iris coklat tuanya menatap ke arah langit-langit Kabin 13 sambil menghirup dan menghembuskan nafas dengan teratur. Sejam yang lau, putra Hades—Dewa Dunia Bawah—ini baru saja melakukan perjalanan bayangan, tapi matanya tak kunjung mau menutup—maksudku tidur. Lalu, indra pendengarannya mendengar suara ketukan pintu. Jarang-jarang ada blasteran yang mengetuk pintu kabin, mungkin karena dekorasi kabin ini terlalu—mengerikan? Tempat tidurnya saja terlihat seperti peti vampir. Para pekemah sepertinya mnganggap anak-anak Hades hantu—atau semacamnya, pokoknya yang kasat mata.

Kemudian Nico menjejakkan kakinya di lantai dingin Kabin 13—padahal masih siang hari. Jari-jarinya mengusap matanya sambil melangkahkan kakinya ke arah pintu kabin. Kemudian membuka pintu tersebut.

Tidak seperti yang dia harapkan—sebenarnya dia tidak mengharapkan apa-apa, atau siapa siapa. Yang mengetuk pintu kabinnya merupakan Percy Jackson, putra Poseidon. Seorang pemuda yag memiliki iris biru laut, dan rambut coklat yang beratakan, dan memiliki ha—cukup. Fokus, Nico. Fokus.

“Hei, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Nico tanpa basa-basi—langsung ke tujuan.

Putra Poseidon itu menggaruk pipi, kemudian menyodorkan baju oranye perkemahan, “Kau tahu? Oranye merupakan biru yang baru.” Ujar pemuda itu sambil menyunggingkan seringaian jahil.

Nico menghela nafasnya. Jika dia sedang tidak dalam keadaan lelah-setengah-mampus, mungkin putra Poseidon ini sudah dia masukkan ke dalam tanah. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menjawab, “Aku sudah bilang dari awal kalau aku tidak mau memakai baju tersebut. Aku juga buk—” ucapannya langsung di potong dengan Percy.

“Pekemah tetap? Kau itu Konselor Kabin 13, kau tahu?” Wajah Percy berubah menjadi agak lebih keras. Hei, seharusnya dia yang marah, bukan Percy. Lalu sang putra Poseidon menyampirkan kaus oranye Perkemahan Blasteran itu di bahu Nico, “Da-ah, sampai ketemu saat makan malam!” Setelah itu sang putra Poseidon melangkah pergi. Langsung melangkah pergi—secara harfiah.

Kemudian Nico mengambil kaus oranye Perkemahan Blasteran yang tersampirkan di bahunya. Sambil kembali masuk ke dalam kabin, pemuda itu melihat-lihat bentuk rupa kaus tersebut terlebih dahulu. Dan saat dia buka kaus tersebut, ukurannya sangat kecil. Sekecil badan anak umur 10 tahun. Apa Percy pikir badannya akan muat jika masuk kedalam kaus tersebut?

Tanpa mencoba kaus itu terlebih dahulu—yang menurutnya bakal tidak muat jika dia pakai, Nico langsung menyampirkan kaus tersebut di kursi yang terletak di sebelah lemari bajunya yang hanya terisi beberapa pasang baju. Dan—melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terpotong—mencoba untuk tidur.

Twitter Account : @NicodiAngxIc