Notes

Sebuah sepeda motor baru saja terparkir di pelataran Dulcis Cafe ketika seorang wanita lansia tengah berjalan tertatih memasuki pintu utama. Yano melihat wanita lansia dengan perasaan sedikit teriris. 'Oi nenek tua, sedang apa disini? dimana anakmu?' Sambil mengerutkan kening, Yano membuka helmnya kemudian memutuskan untuk membantu memapah sang nenek. Ini merupakan tugas pertamanya sebagai seorang pegawai baru Dulcis Cafe. Ia harus menjaga sikap, mencoba menjadi pria ramah untuk beberapa jam kedepan demi kelancaran karirnya.
"Maa, nenek-chan, saya bantu mengantarkan anda kedalam," sapa Yano, nada suaranya terkesan dibuat-buat. Si nenek terkaget untuk beberapa saat, lalu melirikan pandangannya kearah Yano. "Iie, tidak usah nak.. nenek bisa berjalan sendiri."
Yano terdiam sebentar sebelum ia lanjutkan, "Benarkah? tapi saya lihat, anda seperti sudah kelelahan."
Nenek tersebut bergeming, tidak ada sepatah kata keluar dari mulut mungilnya.
"Nenek chan?"
"Aah, Hajime-kun, hisashiburi da naa?" ia mengulurkan tangannya, hendak meraih Yano yg kini berada dihadapannya.
'Hajime wa dare?' refleks Yano meraih tangan nenek. Rupanya wanita lansia tersebut teringat akan cucunya ketika ia melihat Yano. Mungkin cucunya hampir mirip dengan perawakan Yano.
"Hajime-kun, sudah lama sekali ya.. Bagaimana sekolahmu? Tidak membolos lagi kan? Awas saja kalau masih membolos.. Ah, saat ini nenek lapar sekali rasanya.. Sudah lama tidak mencicipi hidanganmu, Hajime-kun."
'Seriously?' tergambar ekspresi annoyed Yano dalam durasi beberapa detik. Seakan seperti diingatkan oleh angin, ia melonggarkan otot mukanya dan mencoba bersikap ramah kembali. "Nenek-chan, namaku Yano desu. Bukan Hajime. Mari saya antar menuju meja pengunjung."
"Tapi Hajime-kun, nenek lelah. Nenek tak bisa berjalan lebih jauh lagi. Ingin rasanya nenek digendong olehmu, Hajime-kun..ngh..."
Hembusan nafas Yano semakin memberat. Ia memejamkan matanya, menghela udara dalam-dalam, lalu tersenyum simpul. Ia merendahkan tubuhnya, berjongkok dihadapan wanita lansia agar wanita lansia tersebut dapat bersandar kepadanya. "Pegangan yang erat ya, nenek-chan."
Wanita lansia itu segera menaiki punggung Yano, mengalungkan tangannya pada leher Yano dengan seksama.
"Hupp, berangkat!" teriak si nenek kegirangan.
Anehnya, ketika berjalan sambil menggendong wanita lansia, Yano merasa langkahnya sangat berat, seakan ia sedang menggendong tuna besar hasil tangkapannya dilaut. 'Makan apa aja sih nenek ini...'

'untuk saat ini, biarkan saja seperti ini. time flows in strange ways on Sundays, and sights become mysteriously distorted.'

Waktu berjalan begitu cepat pada hari minggu. Setelah Yano mendudukkan wanita lansia di salah satu kursi pengunjung, Yano tersenyum dihadapan wanita lansia. Butuh beberapa menit untuk wanita lansia tersebut dapat menyaru dengan waktu. Di sekitarnya, mulai terdengar suara asing dari pengunjung lain yang sedang asik membicarakan urusan pribadi masing-masing. Wanita lansia menyadari ada hidangan Salad dan Teh diatas mejanya.
"Hajime-kun, kau kah yang membuatkan ini?"
"Hmm, tentu nenek-chan. Seperti apa yang anda katakan, ini dia Salad dan Tehnya," Yano tersenyum sekalem mungkin. Ia terpaksa membohong demi kebaikan si nenek dan juga dirinya sendiri. Tentu saja yang membuat Salad dan Tehnya bukan Yano. Mana mungkin Yano bisa membuat hidangan seperti itu. Lagipula Yano hanyalah seorang pengantar pesanan, bukan seorang juru masak.
"Eeh... Uso desu. Nenek tak memesan ini, Hajime-kun."
"Nani?"
"Yang nenek inginkan adalah Sup hangat dan segelas Kopi. Ini bukan Sup dan juga bukan Kopi."
"Tapi sewaktu dijalan tadi, anda bilang ingin menyantap Salad dan Teh."
Si nenek menancapkan tatapan tajam pada Yano, membuat Yano bersikap kikuk. Yano tak tahu harus bagaimana, ia jelas-jelas mendengar pesanan nenek ini sewaktu ia menggendongnya.
"Nenek ingin Sup dan Kopi sekarang juga."
'Tidak semudah itu, nenek-chan. Jika ada hal seperti ini tentu akan merugikan kami. Tsk.'
"Sekarang atau nenek..." Ditangannya, ia mengenggam garpu seperti sedang mengenggam pisau yang hendak ditusukan pada musuhnya.
"Wakatta..... Tunggu sebentar nek." Yano membalikan badannya kemudian bergegas menemui siapa saja yang bisa membantunya meleraikan masalah ini. Di dapur, ia bertemu dengan @aintxcutie dan meminta gadis itu untuk menangani si nenek.