Notes

> Nama : Helena Miranda Snicthze.

> DOB : Seoul, August 1st 1995

>FC : Park Selin aka. Jelly Bomb.

>Personality :
An introvert person. Ia juga seseorang yang susah ditebak. Kadang bersikap sangat ramah, tetapi juga kadang bersikap sangat galak dan sedikit sarkastik. Ia akan bersikap dingin dan cuek terhadap orang yang baru dikenalnya. Karena ia menganggap tidak semua orang baru itu baik, mengingat lingkungan nya adalah lingkungan yang berbahaya. Tetapi jika ia sudah merasa nyaman terhadap orang tersebut, ia akan mulai membuka diri. Tapi ia tidak berbagi identitas aslinya dan asal usul keluarganya. Gadis yang manja & penurut kepada Daddy nya selaku orang tua yang mengasuhnya dan gadis yang ceria, friendly dan easy going terhadap teman-teman sebayanya. Entah sejak kapan, yang pasti disaat-saat tertentu saat ia sedang butuh hiburan, she's become a seductive girl. Mungkin karena banyak pengaruh orang-orang dewasa yang sering berada didekatnya. Tak jarang ia menggoda salah satu anak buah Daddy nya yang ia anggap memenuhi kriteria untuk menemaninya.

>Background Story :
Helena Miranda Snicthze hanya seorang gadis biasa, semua orang bilang begitu. Meskipun dia gadis yang periang, orang masih percaya bahwa dia hanya seorang gadis biasa. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa gadis yang sepertinya- lugu ini sebenarnya pembunuh terkenal yang sedang dicari oleh polisi. Ini dimulai ketika Helen masih berusia 10 tahun, di mana ia berada di panti asuhan. Ya, orang tuanya meninggalkan dia tanpa jejak. Ketika pemilik panti asuhan mengatakan bahwa orang tuanya meninggalkan dia (saat dia masih bayi) tanpa identitas tunggal mereka, Helen menangis. Dia marah. Bagaimana bisa orang tua kandung nya meninggalkan nya. Bahkan nama yang disandang nya sekarang pun adalah nama pemberian pemilik panti asuhan tersebut. Dari informasi yang didapat dari pemilik panti asuhan, ia hanya tau bahwa ia lahir di Korea Selatan tanggal 1 Agustus 1992. Tulisan itu tertera saat pemilik panti asuhan menemukan Helen. Tentang bagaimana waktu ia masih bayi bisa sampai ke panti asuhan (letaknya di London) juga tidak ia ketahui. Fakta yang baru ia ketahui, dan lebih menyakitkan. Helen hanya ingin melarikan diri dari panti asuhan dan melompat dari tebing untuk meringankan kesedihannya. Nah, untungnya, hal itu tidak terjadi. Salah satu anak panti asuhan yang lebih tua, Eugene, yang telah mengetahui kisahnya, memperkenalkannya pada mainan baru. Eugene tahu bahwa dia tidak harus memberitahu Helen tentang ini sebelumnya. Tapi, demi kebahagiaan Helen, dia akan mengambil konsekuensi nya. Jadi, Helen diperkenalkan oleh Eugene sebuah permainan panahan (Dart). Eugene selalu mengatakan kepada Helen bahwa untuk tidak memberitahu siapa pun bahwa dia memperkenalkannya kepada permainan ini. Karena Dart ditempatkan di daerah terlarang bagi semua orang yang berusia di bawah 15 tahun. Mengapa? Karena mereka tidak ingin anggota anak yatim terkena anak panah, karena anak panah sangat tajam untuk melukai beberapa orang.
Setelah sekian lama bermain Dart, Helen jatuh cinta dengan Dart. Dia kadang-kadang pergi ke daerah itu tanpa yang lain mengetahuinya. Dia akan selalu ingat bahwa dia tidak dapat dilihat oleh semua orang, dan bahwa bermain Dart sebenarnya berbahaya bagi seseorang seperti dia. Dia bermain untuk meringankan kesedihannya. Ketika anak panah mencapai target, kesedihannya seakan terbang menjauh. Dia bermain dan bermain, sampai dia dapat mencapai lingkaran merah di tengah. Tidak ada yang tahu bahwa bermain Dart dapat berguna dan berbahaya pada saat yang sama.
Suatu hari, ada sebuah geng, penuh dengan laki-laki menakutkan dan besar, menyerang panti asuhan mereka. Mereka ingin membangun tempat baru mereka yang akan digunakan tempat berkumpulnya para geng. Semua orang takut. Semua anak yatim berkumpul di sebuah ruangan. Seorang pria jangkung menemukan mereka di dapur, sedang bersembunyi. Ketika orang itu mendekati mereka dari jarak jauh, Helen dengan cepat mengambil pisau dan melemparkannya ke kaki kanan pria itu. Dia tahu bahwa jika dia menargetkan ke hatinya, pria itu akan mati, dan dia tahu lebih baik untuk tidak membunuh siapa pun. Jadi, dia hanya melempar pisau seperti ia melempar anak panah yang biasanya ia lakukan. Pria itu mengerang, menyebabkan anggota geng lain buru-buru menuju dapur. Pemimpin geng mereka melihat ke arah Helen. Helen masih terdiam setelah ia melemparkan pisau itu. Pemimpin geng itu bingung. Bagaimana bisa seorang gadis berusia 10 tahun berani melemparkan pisau ke arah pria dewasa? Lalu, sebuah ide terlintas di benaknya. Dia mengatakan kepada pemilik panti asuhan bahwa ia akan mengambil Helen dan tidak jadi mengambil bangunan panti asuhan. Pemilik panti asuhan tidak ingin memberikan Helen ke tangan mereka.
Tetapi dengan tiba-tiba, Helen setuju akan tawaran pemimpin geng untuk membawanya. Dia mengorbankan dirinya demi anak yatim yang lain nya. Akhirnya, sehari setelahnya, ia mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya di panti asuhan dan memulai kehidupan barunya. Pemimpin geng, yang dia panggil Dadddy sekarang, mengajarinya bagaimana hidup di dunia yang kejam ini. Daddy nya bahkan membayar untuk sekolahnya dan kebutuhan yang diperlukan Helen. Saat Helen memperkenalkan dirinya ke semua anggota geng, dia tidak merasa takut pada saat itu. Sebaliknya, dia merasa seperti dia akhirnya memiliki keluarga. Mereka tampak menakutkan dari luar, tapi dari dalam, mereka benar-benar hangat. Pemimpin geng mengatakan kepada salah satu anak buah nya untuk melatih keahlian Helen untuk berkelahi & menembak. Dan tentu saja, berlatih untuk menjadi ahli panahan. Helen belajar dengan cepat, seperti bagaimana dia menjadi nomor 1 di sekolahnya.
Setelah masa pelatihan selesai, ia menjadi seorang pembunuh bayaran setelah 4 tahun pelatihan. Dia selalu mengukir kata ‘nightmare’ pada tubuh yang ia dibunuh. Ya, Nightmare adalah kode-namanya atau bisa dibilang nama samaran nya. Tidak ada yang tahu bahwa 'Nightmare' mereka sebenarnya seorang gadis muda. Helen sebenarnya juga tidak ingin membunuh orang. Tapi ia tahu, bahwa orang-orang yang dia bunuh pantas untuk mati. Tetapi setelah beberapa tahun melakukan pekerjaan ini, ia jadi bergantung terhadap pekerjaan ini yang sudah pasti akan mendapat imbalan yang setimpal. Dan selain itu, jika dia berhenti membunuh, akankah ‘keluarga-nya' masih menerimanya? Dia tahu lebih baik tidak menampakkan diri demi 'keluarga' nya. Dia sudah cukup bahagia dan tenang dengan kehidupan nya yang sekarang.