Notes

"Tunjukkan pada kami bahwa kamu bisa bersinar seperti bintang."

Ya, ini adalah waktu bagi Aeri untuk menunjukkan bakatnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam guna menghilangkan rasa gugupnya, meskipun tidak terlalu berpengaruh.

Aeri berdiri di depan microphone yang telah tersedia di ruang audisi dan menempatkan posisi gitar pink miliknya, yang sedari tadi ia pikul di bahu kanannya, pada posisi. Sengaja ia membawa gitar miliknya dengan dalih ingin menunjukkan kemampuan lainnya selain dari bernyanyi.

Aeri mulai memetik senar gitar dengan jari mungilnya, memainkan intro dari sebuah lagu yang telah ia persiapkan. 'Loving you dari Minnie Riperton'

Tak lama, Aeri mulai membuka suara dan bernyanyi. "Lovin' you…”, ia menyanyikan bagian tersebut dengan panjang. “… is easy cause you're beautiful,” mengakhiri bagian tersebut dengan suara lembutnya dengan diiringi oleh permainan gitarnya.

"Makin' love with you…”, kembali ia menyanyikannya dengan nada yang panjang. “… is all i want to do," jemarinya memainkan kunci-kunci gitar dengan pelan.

Ia mengambil nafas sejenak. "Lovin' you … is more than just a dream come true," ia memejamkan matanya, meresapi lirik demi lirik yang ia lontarkan.

"And everything that i do … is out of lovin' you," ia bernyanyi dengan sedikit cepat saat mengucapkan 'and everything that i do'.

Ia membuka kelopak matanya, ia menyanyikan bagian bridge. "La la la la la la la... do do do do do."

Setelah memainkan gitarnya untuk mengisi bagian interlude, ia kembali melantunkan lirik lagu yang ia bawakan ini, "No one else can make me feel the colors that you bring." Ia menekankan suaranya pada akhir kalimat.

"Stay with me while we grow old and we will live each day in springtime," Aeri kembali memejamkan matanya kembali. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia benar-benar 'masuk' dalam lagu tersebut.

Ia terdiam sejenak, mengambil napas untuk menyanyikan lirik selanjutnya, "Cause lovin' you has made my life so beautiful and every day my life is filled with lovin' you."

"Lovin' you, i see your soul come shinin' through," ia meninggikan suaranya pada kata ‘see’. Ia terdiam kembali untuk mengambil napas dan melanjutkan lirik selanjutnya, "and every time that we...ooh...I'm more in love with you."

Ia 'sedikit' mempercepat permainan jari pada gitarnya pada bagian bridge. "La la la la la la la... do do do do do."

Lirik lagu telah selesai, kini ia hanya perlu menutup penampilannya dengan baik. Ia memainkan senar gitarnya mengikuti irama asli dari lagu tersebut dan membuka matanya.

Sebelum juri memberikan komentar, Aeri mengangkat tangannya. "Ma-af... Tapi saya juga mempersiapkan penampilan lainnya," ucapnya dengan nada ragu. "Bolehkah?"

Juri-juri yang berada dihadapannya saling melemparkan pandangan. Salah satunya memberikan respon dengan mengangguk, "Silahkan."

Senyum tergambar di wajah Aeri. "Akhirnya aku bisa mencobanya!" Ia berteriak dalam hati.

Aeri meletakkan gitarnya di lantai dan melepaskan mikrofon dari standnya dan menyingkirkannya.

"Uhm-hm," ia berdeham guna melegakan tenggorokkannya sebelum memulai 'aksi'nya.

Ia memegang mic dengan tangan kanannya dan menggerakkan badannya sedikit dan menghentakkan kakinya diatas lantai dengan sepatu ketsnya, mencoba menemukan ritme yang pas.

Ia mengarahkan mikrofon dekat dengan bibir kecilnya. "Ehm-hm yeah," ia bergumam pelan. Wajahnya yang sedari tadi memperlihatkan senyum yang manis kini berubah seperti menantang para juri. "Lemme introduce myself," ucapnya dengan suara pelan namun masih terdengar jelas.

"Leggo!" Teriakan gadis berwajah innocent tersebut membuat juri tersentak.

Ia memejamkan matanya dan mulai rapping dengan cepat tanpa beat mengiringi, "Imma nineteen years old girl and never learn how to rap formally." Ia menggerakkan tangannya mengikuti ritme dari rap yang ia lantunkan. "Watching a reality show and start it myself randomly."

Aeri mengambil napas dan dengan cepat ia melanjutkan liriknya, "Even my gentle voice doesn't match with rapping thingy, but I'll rapping and nobody can't stop me."

"Maybe many people will judging me," ia membuka kelopak matanya. "Looking at my rap like ewh-ing," menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang muntah dan mulai memperlambat nadanya menatap para juri dengan intens. "But no one can underestimate me. No one can look down and me," ia menggerakkan tangan kirinya yang bebas dari mikrofon, menunjuk dirinya sendiri dan mengulang kembali kata-kata itu dengan lebih pelan dibandingkan dengan bait pertama.

Ia terdiam sejenak. "Lookin' for a star huh?" Ucapnya dengan nada bertanya dan berdiam.

Tak berapa lama, keheningan pecah oleh suara dari Aeri. "Yeah, maybe you can find many stars out there." Aeri melayangkan tatapan menantang sembari jemarinya menunjukkan ke sembarang arah.

"But I'll tell you something," ia mendongakkan kepalanya. "Why do you need a star when you're sitting in front of the superstar?" Ia melemparkan tatapan yang tajam ke arah juri.

Saat lirik selesai ia lontarkan, ekspresi mengerikan yang ia perlihatkan mengilang dan kembali memunculkan sosok lugu seperti saat pertama ia memasuki ruang audisi.

Jajang, salah satu dari keempat juri tersebut, menyadari akan selesainya penampilan dari Aeri dan menyudahi sesi audisinya.