Notes

[GENESIS]
Phoenix
Lelaki berambut merah itu masih duduk di kursi kayu berwarna senada dengan piano dihadapannya. Kini saatnya bagi mereka berdua untuk membawakan lagu kedua sekaligus menjadi penutup dari penampilan mereka malam itu. Berbeda dengan lagu sebelumnya yang dimulai oleh sang dara, kini lelaki itulah yang membuka dengan alunan nada dari pianonya.
Tatkala dentingan piano mulai menggema ke seluruh penjuru ruangan. Melodi–melodi indah mulai mengalun dengan lembut, membuat beberapa pembuka sebelum gadis itu mengesek violin miliknya untuk menciptakan nada selaras dengan musik miliknya.
Iris onyx nan kelam bagaikan langit malam tak berbintang itu menatap ke arah piano sementara jari-jarinya menari dan menghasilkan alunan nada yang membius para pendengar sekaligus dirinya sendiri tak lupa sesekali dia menoleh ke arah sang gadis. Baris-baris not lagu yang diiringinya dilewati dengan merdu berpadu menjadi satu dengan nada yang diciptakan oleh gesekan dan keahlian tangan dari gadis tersebut, Titania.
(Genesis 00:00-00:10)

Titania
Musik yang diaransemen dari sebuah lagu tersebut menceritakan mengenai sebuah perjuangan. Masa depan yang cerah nampaknya sukar untuk diraih, namun bukan berarti manusia dapat pasrah dan menyerah begitu saja. Mereka harus berjuang, meski harus jatuh berkali-kali, meski harus merasakan penyesalan atas kegagalan, perjuangan tidak boleh senantiasa pupus begitu saja. Dengan perpaduan bunyi dari piano serta biola yang sang adam dan hawa mainkan, terselip harapan bahwa makna implisit di dalam musik yang mereka haturkan dapat menyentuh relung hati para pendengar.
(Genesis 00:11 – 00:41)

Phoenix

Ya, lelaki itu bermain piano untuk membius diri nya sendiri beserta dengan para penonton yang menghadiri acara ini. Ia selalu melakukannya setiap kali bermain piano, jiwa nya berkelana meninggalkan raga nya yang sedang duduk di depan piano, menghasilkan nada-nada penenang jiwa. Mimik dan gestur tubuh mereka menyesuaikan perasaan yang dibawanya, menciptakan alunan instrumen musik yang terdengar menyentuh perasaan— bahkan tampak beberapa pengunjung mulai memejamkan mata, seakan-akan jiwa mereka merasakan emosi yang dimainkan oleh Phoenix dan Titania dalam alunan melodi tersebut.
Teknik vibrasi ia selipkan di tengah permainannya, mata terpejam menikmati melodi yang tercipta dari alat musik dawai tersebut.
(Genesis 00:41 – 00:56)

Titania
Blabla nantian
(Genesis 00:57 – 01:17)

Phoenix
Permainan biola Titania telah berakhir, begitu pula dengan permainan pianonya yang lambat laun mencapai penghujung.Jari-jari itu berhenti menari, alunan musik telah berhenti dan lelaki itu berdiri. Hening sesaat sebelum terdengar suara tepuk tangan bergemuruh terdengar di seluruh penjuru ruangan.
(Genesis 01:18 – 01: 27)