NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Even Laughing Become Painful
By: Victor Luc Vigee-Leburn
Hanya memandang ke depan, melihat bagaimana hujan itu turun dengan derasnya. Ditambah ayunan angin yang membuat pohon-pohon melambai-lambai dan menciptakan suara khas yang benar-benar menenangkan. Terlihat butiran kecil bagaikan bubuk gula yang menempel di kaca saat nafasku menderu. Hal seperti ini, memang butuh kurasakan oleh kelima panca inderaku.
“Young-ah!! Pakailah jaketmu dan kita akan pergi sekarang!”, ujar wanita paruh baya itu yang masih sibuk melipat beberapa baju ke dalam koper. Aku, tak mau mendengar kalimat itu.
“Mengapa masih diam saja? Jangan buang buang waktu. Cepat!!”, aku masih enggan bergerak. Bahkan, menjawab pun aku malas. Mendengar Ibuku mengatakan begitu, malah membuat mood baikku hangus. Aku, harus meninggalkan kota ini dan kembali ke Daegu. Ya, kota dimana 7 tahun telah kuhabiskan itu. Dan juga tempat kelahiranku. Daegu, kota yang telah 10 tahun lalu kutinggalkan, aku akan kembali ke sana. Kota yang selalu kudambakan saat aku berumur 8-15 tahun. Saat itu, aku sangat terpukul meninggalkan Daegu yang notabenenya, adalah kota tempat tinggal Ayahku sendiri. Karena Ibu, aku harus berpisah dengan Ayahku. Dan karena Ibulah, aku singgah di kota Seoul ini. Masalah mereka berdua yang akhirnya membuatku menjadi korbannya. Berpindah-pindah tempat membuatku merasa sulit menyesuaikan hidup lagi. Masalahnya, aku bukanlah gadis yang suka berbasa-basi atau berbicara banyak. Aku memang memiliki banyak teman, tapi sama sekali tidak akrab terkecuali Gong Ah Jung. Ya, dia sama sepertiku yang pemalu.
“Yakkk!!! Kau ini dengar tidak?” Bentak Eommaku dengan nada yang tinggi sambil terus menatapku geram. Aku hanya menolehnya malas. Kali ini, aku meraih jaket dengan aksen berbulu yang telah tergeletak di sofa. Aku memakainya dengan gerakan lambat. Aku tak mau ini. Bisakah Eomma mengerti?
Aku hanya bisa menangis dalam hati. Membiarkan rahang-rahangku terasa kaku dan mulai berkedut. Bahkan, untuk menangis saja harus tertahan seperti ini.
“Omo.. Shin Young-ah! Jangan menampilkan wajah memelas begitu di depan calon Ayahmu nanti!”
Lagi-lagi aku berteriak dalam batin, tanpa menoleh Ibuku yang tentu saja sedang sibuk berkemas. Sepertinya, hidupku memang harus seperti ini. Menanggung semua tindakan Ibu yang menyebalkan. Bagaimana tidak? Ibu akan menikah lagi tiga hari ke depan. Bukan masalah kalau dengan duda satu atau dua anak. Bukan masalah juga kalau ia akan menikah dengan pria yang usianya berbeda 10 atau 20 tahun lebih tua. Lalu, bagaimana jika Ibuku menikah dengan namjachingu-ku sendiri? Ah, aku tak bisa membayangkan ini. Usia Ibu dengan nama calon suaminya yang bernama Hyun Joon itu, berbeda jauh. Tidak juga, karena Hyun Joon hanya 17 tahun lebih muda dari Eomma. Dan 6 tahun lebih tua dari usiaku. Lagi-lagi aku mengerjapkan mata, menoleh lemah ke arah Ibuku yang berada di belakangku. Senyumannya tak berhenti bersemi. Ibuku jatuh cinta lagi pada pria yang juga membuatku jatuh cinta. Pria jahat! Jahat sekali, bahkan pria itu tak tahu bahwa aku mengetahui tentang pernikahannya.
Apa dia bermaksud berselingkuh denganku setelah ia menikah dengan ibuku? Begitukah niatnya sebelum dia akan melihatku nanti? Dia pasti akan terkejut dan menganga. Memasang wajah bodohnya yang terlewat batas. Ya, wajah polos dibalik kebusukannya! Dia kira aku tidak tahu tentang kepindahan rumahnya dari Seoul ke Daegu seminggu lalu?
=Flashback On=
Pagi ini, seharusnya aku akan berkencan dengan Hyun Joon. Tapi, kukira ia sedang sibuk mengurusi urusan yang sama sekali belum kumengerti. Dia memang sangat misterius bagiku. Sulit bahkan tak bisa ditebak.
Sebagai gantinya, aku berjalan-jalan sendirian di tengah pernak-pernik kota Seoul. Hanya berjalan 500m setelah satu kali menumpangi busway dan tiba di World Cup Stadium. Hingga akhirnya, aku tiba di Haneul Park yang dingin ini. Hanya ada satu-dua orang yang aku temui di sepanjang jembatan yang menghubungkan World Cup Stadium dengan Haneul Park. Mungkin aku terlalu pagi datang kemari, dapat kurasakan udaranya sangat dingin, membuat aku semakin mengetatkan resleting jaket yang kupakai. Tak begitu ramai, meskipun aku tak mendaki puncaknya. Tempat ini cukup sepi, mungkin aku akan ke puncak dengan melewati 300 anak tangga berbentuk zigzag untuk kedua kalinya saat Hyun Joon memiliki waktu. Melihat kembali deretan pohon pohon yang tersusun rapi di samping kanan dan kiri tangga. Hal ini mengingatkanku pada Pulau Nami yang sempat kukunjungi 2 bulan lalu. Aku lebih suka memilih tempat yang tak cukup ramai seperti ini. Seperti yang mereka katakan, aku seorang gadis yang kesepian. Mengapa mereka mengatakan begitu? Aku sama sekali tidak mengerti. Aku tak pernah merasa kesepian karena aku selalu ditemani inspirasi-inspirasi yang akan kucatat di memo kecilku, kemudian mengeditnya lebih lanjut menjadi sebuah cerita. Ya, aku bisa melakukan ini saat aku sendiri.
Terduduk manis di atas rumput rumput hijau dengan mengalungi kedua lututku yang sudah kutekuk. Aku memejamkan mata tatkala angin berhembus pelan, menyebabkan beberapa helai rambutku melambai-lambai. Kurasakan, mereka yang memasuki sela-sela ceruk leherku, kemudian menyingkirkan beberapa helai rambut lagi. Angin yang menyenangkan.
‘Kalau kau ke tempat ini, hatimu akan damai Young-ah!’
Ah, tidak. Kalimat itu tiba-tiba saja terngiang di pikiranku. Perlahan mataku terbuka, melirik ponsel yang terselip di kantung tas selempangan yang kubawa. Segera aku meraih ponselku dan memutuskan untuk menanyakan kabar Hyun Joon. Hanya menanyakan kabar dan memberitahunya kalau aku ada di taman ini.
Di layar itu, ku mengetuk nama Hyun Joon dan menempelkan ponsel itu di telingaku.
Payah! Tak bisa dihubungi! Sedang sibukkah dia?
Telingaku mulai beraksi. Aku mendengar dering ponsel yang sangat kecil. Itu hampir sekali tidak terdengar. Bahkan, suaranya kadang hilang terbawa angin. Suara yang tak kuketahui sumbernya. Tapi, mengapa dering itu sangat familiar bagiku? Ya, aku mengingatnya. Itu seperti.. ah, sial!! Aku tak ingat!!. Aku kembali mengetuk nama hyun joon dan mencoba memanggilnya lagi. Kali ini, aku mendengarnya lebih kecil bersamaan dengan angin yang menghentikan hembusannya. Tapi perlahan, suara itu terdengar begitu jelas. Sangat dan sangat jelas, hingga kurasakan rambutku melambai kembali.
Aku menolehkan kepalaku ke seluruh sudut yang dapat terjangkau oleh mataku.
Orang misterius, dengan kupluk abu abu dan jacket hitam. Juga sepatu yang tak bisa terlihat jelas oleh mataku dikarenakan jarak. Aku memicingkan mataku, mencoba mengenali pria itu dengan wanita di sampingnya yang tengah ia rangkul. Wanita itu, sangat, familiar sekali.
Hatiku tercengang, mataku membulat. Jantungku terasa melesak di tenggorokan hingga nafasku terasa akan terus naik. Adegan baru yang merasuki dan menjelajahi dadaku.
Eomma!!! Eomma??? Hyun Joon???
Apa yang mereka lakukan? Mengapa? Mereka, saling kenal...? Dengan rangkulan dan senyum yang sama-sama tergurat di bibir mereka di waktu yang sama.
Aku berniat mendekati mereka untuk menuntut penjelasan. Tapi, mereka tak membiarkanku mengambil satu langkahpun. Mereka mencegahku, secara halus. Sangat halus.
Mereka membuatku sedikit memejamkan mata, menanggung kegemasan yang seharusnya aku tumpahkan dengan mencabik-cabik wajah pria itu. Dia menyelingkuhiku dengan ibuku sendiri?
Dan sekarang, ia mengecup kening Ibu di hadapanku? Di depan mataku?
Tak ada waktu lagi, Aku tak bisa menangis dan berteriak. Hanya saja aku membiarkan air asin menggantung di pipiku. Sekali lagi, aku menangis tanpa bersuara!
Ibuku.. Ayahku.. kalian merenggut semua kebahagiaan yang kupunya. Seluruhnya!
Kalian mengambil hal yang dapat membuatku tersenyum. Sedikit saja, sebentar saja. Biarkan aku tersenyum!
=Flashback Off=
“Young-ah! Kau menangis?”, aku menoleh ke belakang, sebelum akhirnya aku menyadari keberadaan ibuku yang sejak tadi telah membuntuti keadaanku rupanya.
Aku menggeleng lemah, tak akan kutatap mata wanita itu. Aku tak sanggup, tatkala aku harus menyelaraskan cinta dan cemburu. Tak mungkin aku memusuhi wanita yang telah melahirkanku kan?
Ia hanya menatapku heran, mulutnya terbuka seakan ingin bicara. Tapi ternyata tidak, ia mengurungkan niatnya.
“Aku tak apa apa. Aku, hanya bahagia. Akan memiliki Ayah lagi.”
Bohong, mengapa aku mengatakan begini? Dengan rasa perih di setiap kata yang telah kuucapkan. Hingga akhirnya aku menemukan goresan senyum di bibir indahnya. Menatapku penuh kasih sayang, tatapan yang tak pernah ia berikan padaku semenjak berpisah dengan Ayah.
“Terima kasih.”, ucapnya seraya memelukku erat. Sangat erat hingga membuatku sesak.
Sesuatu yang hangat perlahan terjatuh di bahuku. Aku tahu ia menangis bahagia. Dan kau juga harus tahu, Ibu. Aku juga menangis, aku menangis.

     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.