Notes

DARUMA-SAN
By: Kelompok Richelle Mead

Jeslyn baru akan menutup tab blog horror langganannya ketika matanya menangkap barisan judul kecil pada pojokan blog tersebut.
"Games?" Gumamnya pelan lalu mengarahkan kursor menuju tulisan tersebut dan kembali tenggelam dalam bacaan horror.

30 menit kemudian…

"Hm…sepertinya menarik!" Ujarnya semangat setelah membaca artikel tersebut. "Aku akan memainkannya mmm… malam ini juga!" Lanjutnya ketika menyadari ini adalah malam Jumat.

Setelah memastikan semua keluarganya sudah terlelap, ia memulai aksinya.
Pertama, ia mengunci pintu kamarnya untuk memastikan tidak ada yang masuk. Setelah itu, ia mengisi penuh bathtub dengan air.

"Sekarang…" ia berusaha mengingat. "Ah iya, lampu!" Serunya lalu mematikan semua lampu hingga suasana jadi gelap gulita.

Selesai dengan lampu, ia masuk ke kamar mandi lalu menutup pintunya, menggerai rambutnya dan membuka seluruh pakaiannya sebelum masuk dan duduk di tengah bathtub, menghadap kearah keran.

"Huft…" ia menarik napas dalam, menghembuskannya lalu mulai memejamkan mata. Dengan meraba-raba, ia meraih shampoo dan mulai mencuci rambutnya.

Masih dengan mata terpejam dan kegiatan mencuci rambutnya, ia mulai bergumam. "Daruma-san fell down… Daruma-san fell down… Daruma-san fell down…"

Jeslyn nyaris membuka matanya ketika bayangan sesosok wanita terjatuh kedalam bathtub dengan mata membentur keran dan meninggal melintas di pikirannya. Tetapi untungnya ia masih memejamkan matanya.

Jantungnya mulai berdegup kencang ketika merasakan sosok wanita yang ada dalam bayangannya keluar dari air di belakangnya. “Why did you fall in the bath?” Teriaknya, entah pada siapa.

Setelah membilas rambutnya, dengan perlahan ia bangkit dan keluar dari bathtub. "Jangan sampai terpeleset…" batinnya mengingat peringatan di artikel tersebut.

Ia hampir dapat meraih pintu kamar mandi ketika entah bagaimana sesuaru menjegal kaki kirinya. Untung saja ia sempat berpegangan pada penyangga shower di dekatnya. Dengan segera ia keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Huft… nyaris saja," ia membuka matanya lalu bersiap untuk tidur. Esok hari, permainan sebenarnya akan segera dimulai.

Keesokan harinya…

Jeslyn berjalan dengan penuh kewaspadaan menuju sekolah. Ya, ini adalah hari dimana ia akan 'bermain' kejar-kejaran dengan sosok wanita semalam.

"Hngg…" ia mengusap tengkuknya, merasa tak nyaman. Punggungnya terasa dingin, padahal siang itu matahari sedang ganas-ganasnya. Jeslyn kemudian teringat sesuatu. Menurut artikel, kepala hantu wanita tersebut akan selalu berada di belakang bahu kanannya. Entah itu jauh atau dekat.

Penasaran, ia melirik kearah kanan dan benar saja, kepala wanita itu berada tak jauh darinya.

“TOMARE!” (BERHENTI!) Serunya keras lalu segera berlari kencang menyusul beberapa temannya yang agak jauh di depan.

Selama di sekolah, ia terus merasa was-was jika hantu wanita tersebut mulai mendekat. "Ini gawat, semakin lama hantu itu semakin dekat…" gumamnya pelan. Sudah puluhan kali ia meneriakkan kata "Tomare" dan berlari hari ini. Sepertinya sebentar lagi kakinya akan membesar, pikirnya.

Hari itu sepulang sekolah, Jeslyn tak langsung pulang ke rumah. Ia tak ingin bertemu keluarganya dengan keadaan masih diikuti seorang hantu wanita. Akhirnya seharian ini ia berjalan-jalan mengelilingi kota.

Malam pun tiba. "Saatnya mengakhiri permainan konyol ini," batinnya mulai lelah. Ia kini berdiri di sebuah jalanan yang agak sepi dan mulai mengumpulkan keberaniannya.

"Huft…" ia menarik napas lalu menghembuskannya, mengepalkan kedua tangannya. "Aku harus kuat… aku harus kuat…" gumamnya berkali-kali.

Dengan satu hentakan, ia menghadap ke belakang 360° dan mendapati pemandangan paling mengerikan seumur hidupnya.

Sosok hantu wanita itu kini terlihat jelas di matanya. Rambut panjang kusut, rongga mata kanan berlubang, mulut menganga dan darah senantiasa menetes keluar. Dan tak lupa badannya yang hancur tak berbentuk.

Meski badannya bergetar hebat dan lutut mulai lemas, Jeslyn mengangkat kedua tangannya, bersiap mengakhiri semuanya.

“KITTA!!!” Teriaknya lantang lalu membuat gerakan memotong dengan kedua tangannya. Seketika sosok mengerikan itu menghilang.

Jeslyn dengan langkah ringan berjalan pulang. Namun tak lama, rasa leganya itu hilang. Ia masih merasa diikuti. Dengan cepat ia menoleh, tetapi tak mendapatkan apapun di belakangnya. "Jangan-jangan…" ia mulai panik dan berlari menuju rumahnya.

Sesampai di rumah, tanpa mengucapkan salam, ia berlari menuju kamarnya. Dan benar saja… sesuatu yang tak diinginkannya terjadi.

"SIAPA YANG MENGURAS BATHTUBNYA?!" Tanyanya dari pintu kamar mandi, panik. Ia baru saja hendak berbalik ketika sosok hantu itu berdiri di hadapannya.

"KITTA!!! KITTA!! TOMARE! KITTAAA!!!"

Ia terus meneriakkan kata itu sambil membuat gerakan memotong. Tetapi percuma… ia tak dapat menyelesaikan permainan ini.

--

Monitor komputernya menyala dan menampilkan sebaris kalimat pada layarnya.

"JANGAN MENGURAS BATHTUB SAMPAI PERMAINAN BERAKHIR."

- THE END -