Notes

KETIKA terjadi gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter mengguncang Aceh dan daerah sekitaranya, pemain Persiraja Banda Aceh sedang berada di Bogor. Bahkan, mereka sedang berjuang di lapangan hijau melawan tuan rumah Persikabo Bogor, pada turnamen Piala Indonesialeg pertama babak kedua, di Stadion Persikabo, Cibinong Bogor – Jawa Barat, Rabu (11/4).

Pemain-pemain Persiraja pun bersyukur karena di tengah kekhawatiran terjadinya gempa di Aceh itu, mereka bisa mencuri satu poin setelah bermain imbang tanpa gol. Khabar terjadinya gempa itu belum sempat diketahui para pemain yang berada di lapangan. Karena itu, konsentrasi mereka masih terfokus pada pertandingan. Dan, khabar terjadinya gempa tersebut baru diketahui dari ofisialnya setelah turun minum. Pertandingan 45 menit babak pertama itu berakhir imbang tanpa gol.

Salah satu pemain pilar andalan Persiraja, Abdul Musawir, dalam laga itu tak bisa diturunkan karena terkena akumulasi kartu kuning. Dia duduk di bangku penonton. Dia terlihat panik ketika pertandingan babak pertama sedang berjalan. Tampaknya dia baru tahu kabar terjadinya gempa itu ketika rekan-rekannya sedang bertanding. Abdul Musawir memang punya pengalaman pahit, yang tak mungkin ia lupakan. Sebab, dia termasuk warga Aceh yang harus kehilangan keluarganya saat terjadi gempa disertai tsunami di Aceh pada tahun 2006. Kakaknya ikut tewas bersama ribuan orang lainnya terkena keganasan tsunami.

Konsentrasinya sudah tak lagi terpusat menyaksikan rekan-rekannya di lapangan hijau. Tetapi dia terlihat mondar-mandir di sekitar penonton, sambil tangannya memegang telpon genggam yang ditempelkan di telinganya. Rupanya, Abdul Musawir memang sedang menelpon keluarganya. ‘’Mama, tenang aja yaa. Jangan panik,’’ demikian pembicaraan yang sempat terdengar wartawan sebagaimana dilansir situs resmi Liga Prima.

Musawir yang saat itu sedang mengenakan celana jins coklat dan berkaus warna hijau ternyata sedang berbicara lewat ponselnya dengan isterinya di Aceh. Sesekali pria yang sehari-harinya menjadi security di Bank Aceh ini mondar mandir sambil terus mencari kabar. “Dimana Ma? Pokoknya tenang saja ya Ma,” katanya menenangkan istrinya di ujung ponsel.

Sebelum babak pertama usai, Musawir akhirnya turun dari tribun VIP entah pergi kemana. Gempa yang berpotensi tsunami Rabu (11/4) sore memang sangat mengagetkan masyarakat Indonesia.

Musawir sendiri asli berasal dari Ulee Lheue, Banda Aceh. Rumahnya tersapu tsunami saat bencana dahsyat menghantam daerah ini. Namun pemain berusia 27 tahun ini tetap tegar dan membangun cita-citanya sebagai pemain bola hingga kini. Hujan deras yang mengguyur kawasan Bogor, yang terjadi di pertanghan babak pertama, memang membuat lapangan tergenang air. Para pemain kedua tim pun tak bisa bermain maksimal karena laju bola terganggu genangan air. Meski sepanjang pertandingan tuan rumah Persikabo banyak mengendalikan permainan dan banyak menciptakan peluang, tetapi hingga pertandingan berakhir skor imbang tanpa gol tetap bertahan.

Hasil ini tentu sangat merugikan Persikabo. Perjuangan mereka untuk lolos ke babak berikutnya menjadi berat karena harus melakoni laga tandang di kandang Persiraja. Sebaliknya, Persiraja patut bersyukur karena genangan air di lapangan, gawang mereka selamat. Padahal, khabar terjadinya gempa yang umumnya baru diketahui pemain di babak kedua, tentu ikut mengganggu konsentrasi mereka.

@persiraja_aceh