Notes

First Plot

Cleveland's International Airport
05.45 P.M

"Welcome to Cleveland."

Sebuah helaan napas lolos begitu saja dari bibir seorang pria berambut hitam pekat. Kedua iris yang berwarna senada dengan rambut menatap pemandangan di depannya. Tidak ada yang istimewa di sanaーhanya ada orang-orang yang sedang berlalu lalang dan aktivitas biasa yang sering terjadi di bandara. Koper berwarna biru tua berdiri tepat di samping pria itu.

Kenapa pula ia harus meneriman tawaran yang diberikan oleh entah-siapa-namanya itu.

Oh, ayolah, jika ia tidak menerima tawaran seseorang yang menelponnya tempo hari, mungkin Zeroーnama pria ituーmasih bersantai di atas tempat tidurnya, atau mungkin duduk di depan layar raksasa yang sudah bertahun-tahun menjadi teman setianya.

"Aku merasa sepuluh tahun lebih tua sekarang," keluhnya karena mengalami jet lag setelah perjalanan yang begitu panjang. Wajar, jarak dari Jepang ke Cleveland lebih dari 1000 kilometer dan keduanya memiliki zona waktu yang berbeda pula.

Zero mengeluarkan mata uang pecahan Gold dan memasukkannya ke dalam mesin jual otomatis. Ia butuh sesuatu untuk meringankan rasa lelahnya. Kopi kaleng, soda kaleng, apapun itu. Pilihannya jatuh pada sebuah kaleng yang dengan merek yang tidak dikenalnyaーZero juga tidak ambil pusing, yang terpenting adalah terdapat tulisan 'coffee' di sana.

Tangan kanannya sibuk bermain dengan benda kecil berlayar datar. Mencari informasi yang diberikan oleh tuan entah-siapa-namanya untuk Zero hidup di Cleveland. Tangan kirinya digunakan untuk memegang kaleng kopi yang baru saja dibukanya, sesekali menyesap dan membiarkan cairan berwarna coklat itu membasahi tenggorokannya.

"Crescent Apartment," gumamnya seraya membaca tulisan yang tertera dalam ponsel setelah ia menemukan informasi yang dicari. Zeropun kembali melanjutkan monolog-nya, "Harus cari taksi."

Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lantas menarik koper biru tua yang sedari tadi berada di samping kanan tubuh Zero. Seorang pria paruh baya keluar dari dalam taksi dan menghampiri Zero, menawarkan taksi yang langsung di-iya-kan olehnya.

Well, ia juga membutuhkan taksi itu.

"Crescent Apartment," ujar Zero ketika ia sudah berada di dalam taksi. Sang sopir taksipun mengangguk, seakan sudah tahu meskipun Zero tidak memberikan alamat lengkap.

Selama perjalanan Zero hanya terfokus pada layar ponselnya. Banyak hal yang harus dilakukannya meskipun ia sudah berada jauh dari Negeri Sakura.

Namun, tangannya terhenti tiba-tiba. Sebuah bayanganーkenangan masa laluーmasuk ke dalam pikirannya secara tiba-tiba. Membawanya larut ke dalam luka lama yang masih begitu membekas untuk Zero. Ia menutup mata, membiarkan kelopak matanya menghalau segala cahaya yang masuk. Membiarkan seorang Akahoshi Zero tenggelam dalam emosinya.

Zero tidak tahu apakah keputusannya untuk pergi ke Cleveland adalah keputusan yang tepat atau tidak. Tapi yang jelas, Zero akan melakukan apapun untuk menguak pembunuh keluarganya.