NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

LANJUTAN

--> Se-Ra masuk ke dalam kamar dengan wajah kesal. Ia membanting pintu dan menguncinya dari dalam. Seruan sang ibu sama sekali tidak ia hiraukan. Gadis itu sudah terlalu lelah jika kedua orang tuanya membahas hal yang sama. Memaksakan kehendak mereka untuk Se-Ra dan memaksa gadis itu untuk menuruti semuanya tanpa protes. Dari perlakuan orang tua nya saat ini, Se-Ra sudah bisa menebak apa yang akan terjadi pada adik laki-lakinya di masa depan. Adiknya pasti akan dipersiapkan menjadi penerus dari perusahaan ayahnya. Jika saja Se-Ra adalah seorang laki-laki, pasti ayahnya juga akan mempersiapkan gadis itu untuk masuk ke perusahaan.
--> "Jung Se-Ra! Dengarkan ayahmu dulu. Lihat dulu apa yang akan dia berikan padamu. Jangan mengacuhkan kami seperti ini!"
--> Se-Ra tetap tidak mempedulikan sang ibu yang terus berusaha membuatnya keluar dari kamar dan bisa berbicara baik-baik dengan sang ayah.
--> "Tidak perlu repot-repot. Keputusanku tetap sama. Aku menolaknya!"
--> "Se-Ra~ya. Kau tidak boleh seperti itu. Ayo, bicarakan baik-baik."
--> "Aku sudah bosan berbicara baik-baik. Sudahlah lupakan saja!"
--> "Se-Ra~ya, ayolah... keluar sebentar saja!"
--> Se-Ra berhenti menyahuti permintaan sang ibu. Ia sudah terlanjur kesal dengan sikap kedua orang tua nya. Jika kasusnya seperti ini. Kadang gadis itu berpikir mungkin hidupnya akan lebih baik jika ia laki-laik. Ia bisa langsung terjun ke perusahaan dan mengelola semuanya sendirian. Tidak perlu melakukan merger dengan perusahaan lain di bidang yang sama. Tapi persyaratan lainnya menurut Se-Ra tidak masuk akal. Mereka hanya akan me-merger perusahaan. Lalu apa hubungannya dengan menikahkan putra dan putri masing-masing agar perusahaan bisa berjalan dengan sebutan perusahaan keluarga? Tidakkah pemikiran orang dewasa itu konyol?
--> Dengan perasaan kalut, Se-Ra menjatuhkan dirinya ke ranjang dan berbaring lurus. Nafasnya naik turun mencoba mengontrol emosinya yang nyaris meluap. Gadis itu tidak bisa berkomentar banyak tentang keputusan orang tua nya. Ia lebih memilih untuk melarikan diri dan mengunci kamar rapat-rapat.
--> Di tengah hening kamarnya, tiba-tiba ponsel Se-Ra berbunyi singkat. Ia segera meraih pinsel di sampingnya dan melihat satu chat dari Tuan Kiwi.
--> "Orenji... kau masih hidup, kan?"
--> Tanpa ia sadari, sudut bibirnya membentuk senyuman. Meskipun pikirannga sedang kacau. Tapi gadis itu dengan mudah bisa tersenyum hanya karena seorang Kiwi.
--> "Aku belum memutuskan untuk bunuh diri. Mungkin nanti!"
--> *Send
--> "Setidaknya, katakan padaku kapan kau akan bunuh diri. Biar nanti aku bisa datang ke sana dan mencegahmu."
--> "Kau mau jadi pahlawan?"
--> *Send
--> "Ya, mungkin bisa dibilang seperti itu. Sejak kecil aku terlalu banyak nonton film super hero."
--> Se-Ra tertawa. Ia kembali menggerakkan jarinya di layar.
--> "Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, Joon-Woo Oppa. Bagaimana ini?"
--> *Send
--> "Kau kenapa? Ceritakan padaku! Sebelumnya, kau mengakhiri percakapan kita begitu saja."
--> "Itulah masalahnya. Yang ingin aku ceritakan kepadamu."
--> *Send
--> Se-Ra menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara teratur. Persiapannya bercerita pada Joon-Woo bisa diibaratkan seorang atlit marathon yang berdiri di posisi start, bersiap untuk berlari. Gadis itu terlalu gugup untuk membongkar rahasianya pada orang lain. Hanya Joon-Woo yang ia beri tahu masalah ini.
--> "Cepat ceritakan. Jangan membuatku penasaran!"
--> Perkataan Joon-Woo membuat Se-Ra semakin kehilangan konsentrasi. Gadis itu meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Tiba-tiba suhu kamarnya terasa meningkat. Entahlah apa yang bisa dilakukan Se-Ra setelah ini. Ia ingin sekali cerita, tapi bagaimana bisa ia begitu terbuka pada sosok yang bahkan belum pernah ia temui sama sekali?
--> "Ah... sudahlah!" Se-Ra menggelengkan kepalanya. Gadis itu menggigit bibir sementara jari-jari tangannya bergerak di layar ponsel.
--> "Orang tua ku menjodohkanku dengan seseorang. Tapi aku tidak menginginkannya."
--> *Send
--> Se-Ra mendesah berat. Akhirnya ia mengatakan pada Joon-Woo. Lalu apa solusi yang akan diberikan oleh pria itu untuknya?
--> "Apakah kau tahu bagaimana pria yang akan dijodohkan dengan mu itu?"
--> "Sama sekali tidak. Dan aku juga tidak mau tahu."
--> *Send
--> "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
--> "Itulah yang ingin aku tanyakan padamu. Apa yang harus aku lakukan?"
--> *Send
--> "Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Itu pilihanmu!"
--> "Tapi itu bukan solusi. Aku tidak bisa berpikir apapun."
--> *Send
--> "Kau mau mendengarkan pendapatku?"
--> "Jika itu masuk akal."
--> *Send
--> Se-Ra bangkit dari ponselnya dan memilih untuk duduk di dekat meja belajar. Ia menunggu balasan dari Joon-Woo dengan tidak sabar. Bagaimanapun juga menurutnya, Joon-Woo adalah orang yang paling bisa mengerti dirinya. Meskipun ia tidak pernah bertemu secara langsung. Tapi, Se-Ra selalu bisa dengan baik menerima apapun yang dikatakan Joon-Woo.
--> "Turuti apa yang dikatakan orang tua mu. Setidaknya hanya untuk bertemu dengan pria itu. Setelahnya, ya terserah kau."
--> Se-Ra langsung menggembungkan pipinya begitu ia membaca pesan dari Joon-Woo. Jelas saja untuk kali ini pendapat Joon-Woo bertentangan dengan keinginannya.
--> "Kau serius?"
--> *Send
--> "Memang kau pikir aku main-main?"
--> "Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aku tidak sependapat denganmu."
--> *Send
--> "Kali ini saja. Tidak satu pendapat. Dan kau bisa menentukan pilihan."
--> "Pilihan itu terlalu sulit. Antara sisi kiri dan kanan."
--> *Send
--> "Bertemu saja dengannya!"
--> Membaca pesan dari Joon-Woo justru membuat Se-Ra merasa kesal. Apakah pria benar-benar sangat tidak sensitif terhadap perasaan wanita. Apakah Joon-Woo tidak mengerti kenapa Se-Ra tidak ingin bertemu dengan pria yang akan dikenalkan ayahnya itu?
--> "Dibandingkan bertemu dengannya, aku jauh lebih ingin bertemu dengan mu."
--> *Send
--> Se-Ra kembali ke ranjang. Ia membanting tubuh nya tanpa semangat. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu pada Joon-Woo dengan sangat berani? Apakah ia terlihat seperti gadis yang menginginkan Joon-Woo sebegitu besarnya sampai-sampai ia mengacuhkan permintaan orang tua nya untuk bertemu dengan pria lain.
--> Satu menit. Dua menit. Se-Ra menunggu balasan dari Joon-Woo. Tapi pria itu tidak membalas pesannya lagi. Mungkin Joon-Woo terkejut dengan perkataan Se-Ra, atau justru pria itu sengaja tidak ingin merespons apapun yang Se-Ra katakan setelah ia mengungkapkan keinginan ayahnya untuk menikahkan gadis itu dengan pria yang telah dipilihkan.
--> "Sudah kuduga. Aku hannya seorang gadis yang mengharapkan sesuattu dari pria lain yang bahkan tidak menginginkannya."
--> Se-Ra berguling ke samping. Ia masih tetap menatap layar ponselnya penuh harap. Ia ingin sekali icon messenger muncul da menampilkan pesan balasan dari Joon-Woo.
--> "Astaga, Jung Se-Ra. Apakah kau baru saja mempermalukan diri di depan Joon-Woo? Lalu, sekarang apa yang akan kau lakukan?" Se-Ra berbicara pada dirinya sendiri.
--> Saking frustasinya, Se-Ra bahkan tidak ingin lagi memegang ponsel kesayangannya dan memilih untuk mematikan benda tersebut.
--> "Terserah kau saja Tuan Kiwi. Jika kau tidak ingin bertemu denganku. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu."
--> Dengan langkah sempoyongan, Se-Ra berjalan memasukkan ponselnya ke dalam laci. Ia berjanji untuk tidak mengambil ponsel itu sampai ia benar-benar bisa mengubah suasana hatinga menjadu lebih baik dan akan lebih baik lagi jika ia bisa lupa pada Joon-Woo.
--> "Lagi pula, apa istimewanya Tuan Kiwi itu? Dia bahkan tidak pernah memasang fotonya. Hanya Kiwi yang selalu aku lihat. Apa yang bisa aku harapkan?"
--> Se-Ra memutuskan untuk memejamkan matanya sesegera mungkin. Ia memilih untuk tidur dan berharap besok pagi ia benar-benar akan melupakan Joon-Woo sepenuhnya dan tidak pernah berniat untuk menghubungi pria itu. Ia yakin teman-temannya pasti juga kesulitan menghubunginya. Tapi itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Toh, ia juga punya telepon rumah. Selama aplikasi mesengger-nya tidak berdering aktif dan menampilkan pesan-pesan, Se-Ra pasti bisa melupakan Joon-Woo.

♡♡♡

--> "Siapa bilang aku tidak ingin bertemu denganmu? Ayo kita bertemu besok!"
--> Joon-Woo tersenyum setelah ia mengirimkan pesan balasan untuk Se-Ra. Butuh waktu lebih dari 20 menit hanya untuk menuliskan kata-kata paling tepat yang bisa ia kirimkan pada gadis itu.
--> Beberapa saat Joon-Woo juga resah menunggu respons dari Se-Ra. Ia tahu gadis itu mungkin akan bingung dengan pesan yang ia kirimkan. Sebenarnya, Joon-Woo akan mengatakan sesuatu jika Se-Ra menanyakan tentang maksud dari pertanyaannya. Tapi ternyata, Se-Ra tidak lagi membalas pesan Joon-Woo.
--> "Jung Se-Ra... kenapa kau tidak membalasnya?"
--> Kali ini Joon-Woo yang semakin kalang kabut menunggu balasan Se-Ra. Pria itu tidak tahu bahwa Se-Ra bahkan sudah mengambil keputusan di selang 20 menit sebelum pesan yang dikirimkan Joon-Woo sampai ke nomornya.
--> "Aish, jinjja. Ada apa dengan Gadis Jeruk itu?"
--> Di tengah kebingungannya, akhirnya Joon-Woo memutuskan untuk menghubungi Se-Ra. Ini adalah untuk pertama kalinya ia ingin sekali mendengar suara Se-Ra. Pria itu ingin menanyakan apakah Se-Ra mengerti dengan pernyataan sebelumnya. Tapi sesaat setelah Joon-Woo melakukan dial, panggilannya justru dijawab oleh operator.
--> Oke. Joon-Woo mungkin tidak akan bisa semakin jelas. Ia ingin mengatakan pada Se-Ra bahwa ia juga sangat ingin bertemu dengan gadis itu. Jika takdir menyatukan mereka, maka pada akhirnya mereka akan bersama.

♡♡♡

--> Se-Ra masih menekuk wajahnya meskipun ia sudah berdandan cantik. Sekeras apapun ia mencoba untuk tidak menuruti keinginan sang ayah, pada akhirnya ia akan tetap mengalah. Ia sudah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Se-Ra sudah memutuskan untuk berhenti berkomunikasi dengan Tuan Kiwi dan hidup layaknya seorang Jung Se-Ra sebelum ia mengenal Baek Joon-Woo. Ia tidak perlu lagi merasakan ponselnya menempel di telapak tangan setiap detik hanya untuk saling bertukar pesan. Sekarang saatnga ia berada di dunia yang bisa ia lihat, bukan hanya yang bisa ia baca melalui messenger.
--> "Tersenyumlah Se-Ra~ya. Ayahmu tidak akan suka jika ia melihatmu dengan ekspresi seperti itu." Tegur sang ibu karena melihat ekspresi di wajah Se-Ra.
--> "Sudahlah, eomma. Masih untung aku mau didandani seperti ini. Masih untung aku tidak melarikan diri dari rumah."
--> "Kau lihat dulu siapa yang akan datang ke rumah kita siang ini. Baru kau bisa memutuskan untuk melarikan diri dari rumah atau tidak."
--> "Apakah eomma pernah mendengar aku berkata setuju? Aku bahkan tidak mengangguk ketika dua orang wanita mengacaukan wajahku dengan riasan serta memakaikanku pakaian yang tidak nyaman ini."
--> Se-Ra melenggang pergi meninggalkan ibunya yang sudah kehabisan akal. Entah bagaimana membuat Jung Se-Ra duduk manis dan menanti tamu istimewa yang akan datang siang itu. Dan pada akhirnya, Se-Ra bersedia duduk bersama ayah dan ibunya tepat saat pintu utama terbuka.
--> "Selamat datang, Tuan Baek."
--> Kedua orang tua Se-Ra langsung berdiri dan membungkukkan badan dengan hormat. Sementara Se-Ra hanya menganggukkan kepalanya sekilas sebelum sang ibu menariknya berdiri dan mendorong punggungnya agar membungkuk.
--> "Aigoo... apakah ini Jung Se-Ra? Wah... kau cantik sekali."
--> Seorang wanita setengah baya mengomentari penampilan Se-Ra. Gadis itu mengenakan dress selutut berwarna orange lembut, ditambah aksen di sekeliling pinggangnya. Rambut panjangnya dijepit di sisi kanan, membuat Se-Ra semakin terlihat manis.
--> "Kalian berdua harus berkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan dirimu, Se-Ra~ya."
--> Dengan gemas, sang ibu menyenggol lengan Se-Ra dan gadis itu langsung mengangkat kepalanya. Dengan malas-malasan, ia melirik pria yang masih berdiri di hadapannya dengan senyuman. Pria itu tinggi dan berbadan tegap. Rambutnya ditata rapi dengan bagian depan yang tinggi, memamerkan dahinya.
--> "Namaku Jung Se-Ra. Kau pasti sudah mengetahuinya."
--> Se-ra langsung memutar bola mata setelah ia merekam di dalam kepala bagaimana penampilan pria berbadan tinggi itu.
--> "Annyeong.... Orenji...."
--> Pria yang sedang berdiri di hadapan Se-Ra itu mengangkat sebelah tangannya sambil menunjukkan cengiran lebar. Tentu ja sudah mengenal sosok gang dipanggil Orang itu dengan sangat baik. Bahkan beberapa bukan terakhir Joon-Woo tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa berkomunikasi dengan Se-Ra.
--> "Joon-Woo Oppa?"
--> Se-Ra tercekat. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat ia menyadari bahwa pria itu benar-benar Tuan Kiwi yang ia kenal. Hanya Joon-Woo yang memanggilnya Orenji. Gadis itu bisa tahu semuanya, meskipun sebelumnya ia tidak pernah sekalipun bertemu dengan Joon-Woo.
--> "Kau benar, akulah pria itu. Calon suamimu!"
--> Kedua orang tua dari pihak masing-masin tampak bingung menyaksikan kejadian di hadapan mereka. Se-Ra yang terkejut dan Joon-Woo yang terlihat berusaha mengontrol eksprsinya agar tidak terlalu antusias. Putra-putri mereka itu ternyata sudah saling mengenal satu sama lain. Dan tentu saja, ini bukan kebetulan yang biasa.
--> "Kalian berdua sudah saling kenal satu sama lain?"
--> "Jadi, ini alasannya mengapa kau bisa dengan mudah menerima perjodohan ini, Joon-Woo~ya?"
--> "Orenji? Apakah itu adalah panggilan kesayangan Joon-Woo untukmu, Se-Ra~ya?"
--> "Bagaimana bisa kalian berdua sudah saling mengenal sejauh ini. Kenapa tidak memberitahu kami sebelumnya?"
--> Rentetan pertanyaan itu terlontar dari kedua orang tua Joon-Woo dan Se-Ra. Tentu saja mereka bingung menyaksikan pasangan baru yang akan mereka satukan dalam pernikahan itu. Wajah Se-Ra memerah ketika ia menatap Joon-Woo lekat-lekat. Ia menyadari bahwa pria itu benar-benar tampan. Jika ini adalah takdir yang ada di hadapannya, maka Se-Ra akan merasa sangat bahagia membiarkan pria itu untuk selamanya ia tatap.
--> Joon-Woo menjawab berbagai pertanyaan itu dengan senyuman. Ia mengangkat bahunya sambil mengedikkan kepala, melirik Se-Ra. Pertanyaan yang dilontarkan itu akan segera mendapat jawaban setelah Joon-Woo juga menambahkan satu pertanyaan untuk Se-Ra.
--> "Apakah kau mau menerima perjodohan ini? Jung Se-Ra, maukah kau menikah denganku?"
--> Tanpa berpikir panjang, Se-Ra pun mengangguk. Ia langsung menerima tawaran Joon-Woo saat itu juga. Kedua orang tua mereka terlihat lega menyaksikan keberhasilan dari rencana yang sudah mereka rancang sejak lama.
--> Gadis Orange itu kini berada di hadapan Joon-Woo dengan senyuman. Setelah sebelumnya Se-Ra menolak perjodohan itu keras-keras. Sekarang ia melembut, gadis itu tidak bisa mengatakan tidak jika yang sedang berdiri di hadapannya sekarang adalah Tuan Kiwi kesayangannya. Pria yang paling ingin ia temui dan pria yang selama ini selalu megisi hari-harinya dengan senyuman. Se-Ra berharap, ia akan tetap menjadi Orenji, dengan kepribadian Orange seperti apa yang selalu dikatakan Joon-Woo.

♡♡♡
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.