NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Tugas Cerpen
Tithenien - SE018

Orenji

Seorang gadis tengah duduk di atas ranjang, tampak sibuk dengan ponsel di tangannya. Sore ini sepulang kuliah, Se-Ra langsung menghubungi seseorang yang dalam dua minggu terakhir ini tidak pernah absen menyapanya.
"Tuan Kiwi..."
*Send
"Annyeong, Orenji..." balas sang Tuan Kiwi
Kedua sudut bibir Se-Ra langsung tertarik membentuk senyuman saat ia mendapatkan balasan dari seseorang yang ia sebut sebagai Tuan Kiwi itu. Entah apa yang menarik dari obrolan mereka, tetapi setiap harinya mereka memang tidak pernah berhenti untuk saling berkirim pesan.
Jung Se-Ra, gadis tingkat pertama jurusan jurnalistik itu memang semakin berbeda akhir-akhir ini. Berawal dari salah mengirim pesan yang harusnya tertuju pada seseorang yang memang tidak ia kenal dengan baik. Akhirnya, Se-Ra malah ketagihan mengobrol dengan Joon-Woo, pria yang tergila-gila dengan kiwi.
Kesan pertama dari keduanya memang sangat buruk. Waktu itu, Se-Ra berniat untuk menghubungi mantan pacar sahabatnya yang ketahuan berselingkuh. Ia memang bertujuan untuk menjadi pahlawan dengan cara memaki-maki pria yang mengkhianati sahabatnya dan juga memberikan pelajaran kepada pria tersebut. Sialnya, Se-Ra salah menuliskan nomor ponsel dan pesan makian tersebut justru sampai pada Jeon-Woo. Karena kesalahpahaman itulah mereka akhirnya jadi dekat. Dimulai dari perseteruan, dilanjutkan dengan obrolan hangat yang menyenangkan.
"Sampai kapan kau mau memanggilku Orenji? Hanya kau satu-satunya manusia yang memanggilku dengan nama itu."
*Send
"Kau juga satu-satunya manusia yang memanggilku Tuan Kiwi. Lagi pula, jika aku kiwi, maka kau adalah jeruk. Menarik, bukan?"
Se-Ra tertawa, ia kembali menggerakkan jarinya di layar ponsel sampai akhrinya ia berganti posisi jadi berbaring. Jika sudah mengobrol dengan Jeon-Woo, ia akan benar-benar lupa waktu.
Orenji, adalah sebutan kesayangan dari Jeon-Woo. Selain karena Se-Ra sangat menyukai jeruk, juga karena menurut Jeon-Woo gadis itu seperi warna orange. Ceria, penuh semangat, dan sangat bersahabat. Orange adalah warna yang paling pas untuk menggambarkan Jung Se-Ra.
"Nee... araseo!"
*Send
"Apa saja yang kau lakukan hari ini di kampus?"
"Banyak sekali... um, belajar, bertemu teman-teman dan.... memikirkanmu." *Send
Se-ra terkikik geli membaca tulisannya sendiri. Ia memang senang sekali menggoda Jeon-Woo dengan cara seperti itu.
"Eyy, jangan membuatku tersenyum seperti ini. Aku sudah tidak mempan lagi dengan rayuanmu, Orenji jelek."
"Aish... kau mulai menyebalkan."
*Send
Sekali-kali aku akan bertingkah menyebalkan. Jika aku terlalu banyak bertingkah manis terhadapmu, bisa-bisa kau penasaran dengan wajahku dan ingin bertemu denganku."
"Percaya diri sekali! Kau pikir aku penasaran dengan wajahmu? Dari cara berbicaramu saja sudah ketahuan kalau kau ini orang yang cerewet, Joon-Woo Oppa."
*Send
"Tetap saja. Kau jauh lebih cerewet daripada aku!"
"Ckckck... dasar Tuan Kiwi!"
*Send
Di tengah cengirannya, tiba-tiba Se-Ra kembali teringat dengan pembicaraan keluarganya tadi malam. Gadis itu langsung menggigit bibirnya bingung. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dan ia bahkan tidak berani menceritakan hal ith pada sahabatnya. Tapi rasanya, gadis itu ingin mengatakan apa yang ada di kepalanya pada Joon-Woo.
"Joon-Woo Oppa.... ada yang ingin aku ceritakan padamu"
*Send
"Apa yang ingin kau ceritakan?"
"Ada satu hal yang sebenarnya hanya menjadi pembicaraan di keluargaku." *Send
"Benarkah? Bahkan kau belum bercerita pada siapa pun?"
"Ya, bahkan sahabatku. Entahlah, aku rasa aku hanya ingin menceritakan hal ini padamu."
*Send
"Aigoo, ada apa dengan Orenji hari ini? Sepertinya kau akan menceritakan kasus besar."
"Ya, anggap saja begitu."
*Send
"Baiklah, aku akan mendengarkanmu."
"Tapi ingat, ini rahasia!"
*Send
Se-Ra mengetuk-ngetukkan ujung jarinya di dagu, tiba-tiba merasa bingung dari mana ia harus mulai bercerita. Gadis itu memang sedang dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Banyak hal yang harus ia pertimbangkan.
"Apakah aku tidak akan ditertawakan jika mengatakan hal ini padanya?" Se-Ra berbicara sendiri. Ia menggulung-gulumg ujung rambutnya dengan jari telunjuk.
Gadis itu memang belum yakin bahwa Joon-Woo bisa menjadi pendengar yang baik setiap hal yang terjadi padanya. Tapi sejauh ini, Tuan Kiwi favoritnya itu memang selalu bisa memberikan solusi apapun.
"Astaga, bagaimana ini? Bagaimana jika menurutnya hal yang akan aku ceritakan ini terdengar aneh?" Se-Ra bangkit dari berbaring. Ia menatap layar ponselnya dengan alis berkerut, mencoba memikirkan kata-kata yang pas untuk menuliskan apa yang ada di kepalanya.
"Hei... Orenji. Kau masih di sana, kan? Kenapa lama sekali tidak membalas?" Se-Ra nyaris terlonjak saat tiba-tiba ponselnya bergetar membawa pesan dari Joon-Woo.
Sambil komat-kamit, Se-Ra menggerakkan jarinya di layar ponsel. Tapi belum banyak hal yang bisa ia tulis, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Se-Ra~ya... makan malam sudah siap! Apa kau sudah mandi dan ganti baju?"
Se-Ra berdecak. Ia bisa mendengar dengan jelas seruan sang ibu. Meskipun sebenarnya Se-Ra sedang malas duduk bersama keluarganya, tapi ia tetap harus keluar dari kamar untuk makan malam. Gadis itu tidak suka jika ayahnya mulai membuka pembicaraan tentang rencananya yang menurut Se-Ra sangat tidak masuk akal.
"Nee, Eomma. Sebentar lagi!"
Sambil melompat turun, Se-Ra juga melemparkan ponselnya begitu saja ke atas ranjang. Ia melesat keluar dengan kecepatan super. Kalau tidak buru-buru memamerkan wajahnya di ruang makan, gadis itu akan benar-benar mendapat masalah karena akhir-akhir ini ibunya juga sering protes kepada Se-Ra yang tidak pernah bisa melepaskan ponselnya meskipun saat makan.

♡♡♡

"Jadi bagaimana Joon-Woo~ya... apakah kau sudah melihat amplop yang ayah berikan? Apa pendapatmu tentang gadis itu?"
Joon-Woo nyaris tersedak saat ia sedang mengunyah makanan. Pria itu meraih gelas air putih dan meneguknya pelan.
Seperti malam kemarin, di kediaman keluarga Baek juga tampak sibuk. Mereka membicarakan beberapa hal yang berhubungan dengan masa depan Joon-Woo dan juga perusahaan keluarga mereka. Jika dipikir-pikir, hidup Joon-Woo sebagai anak tunggal memang seperti apa yang terjadi dalam drama. Joon-Woo akan senang-senang saja menerima fakta bahwa untuk pernikahannya pun sudah diatur oleh keluarganya.
"Iya, Ayah. Aku sudah melihat amplop itu. Aku juga sudah membaca profilnya dari awal sampai akhir. Sepertinya semua baik-baik saja. Aku tidak akan protes dengan rencana Ayah yang satu ini," jawab Joon-Woo.
Mendengar pertanyaan Joon-Woo, justru sang ibu yang terkejut. Ia melihat putra tunggalnya itu justru berbeda dari sebelumnya. Joon-Woo paling tidak suka dipaksa untuk nelakukan hal ini dan itu. Ia juga memiliki watak yang keras dan berpendirian tetap. Tapi sepertinya, untuk yang satu ini Joon-Woo benar-benar bisa menerimanya dengan santai.
"Kau yakin denvan keputusanmu? Kalau begitu, kita akan mengadakan pertemuan keluarga lusa. Setelah putri dari sahabat ayah juga memberikan tanggapan. Ayah senang sekali mendengar pernyataanmu, Joon-Woo~ya."
Joon-Woo hanya tersenyum kecil. Ia tidak ingin terlihat antusias di depan orang tuanya. Di umurnya yang sudah menginjak 26 tahun, Joon-Woo masih sibuk sendiri dengan kegiatan fotografinya. Ia menolak untuk bergabung dengan staf perusahaan dan membiasakan diri untuk pergi ke kantor setiap hari. Bagi Joon-Woo, fotografi adalah hobi yang tidak bisa ia tinggalkan. Ia tahu cepat atau lambat, kepemimpinan perusahaan akan segera jatuh ke tangannya. Tapi selama ayahnya masih sehat dan bisa melakukan aktivitas nya dengan baik, maka Joon-Woo juga masih betah berkencan dengan kamera kesayangannya setiap hari.
"Belum begitu yakin sebenarnya. Tapi aku sedang berusaha untuk meyakinkan diriku dengan semua pilihan ini."
"Kalau kau tidak matang-matang memikirkannya, ayah khawatir nanti di tengah jalan, kau justru membatalkan perjodohan ini," balas Tuan Baek.
"Ayah bisa percaya padaku. Aku tidak akan mempermalukan keluarga kita di depan sahabat Ayah itu."
"Apa mungkin kau sudah mengenal gadis itu sebelumnya? Kenapa tampaknya kau terlalu mudah menerima perjodohan ini. Atau karena kau putus asa karena tidak punya pilihan lain?" Ibu Joon-Woo ikut berkomentar.
"Selama sahabat yang Ayah maksud masih pemilik perusahaan yang sama, dan selama gadis yang akan dijodohkan denganku masih gadis yang sama, aku rasa, hanya itu alasannya kenapa aku tidak menolak perjodohan ini. Dan aku pun berharap, aku tidak akan mundur di tengah jalan." Jawab Joon-Woo mantap.
Selesai makan malam, Joon-Woo kembali ke kamarnya. Ia memeriksa apakah ada pesan baru di ponselnya. Tapi hasilnya nihil. Orenji kesayangannya belum membalas apa pun.
"Orenji... kau masih hidup, kan?"
*Send
Joon-Woo mendesah berat. Ia meletakkan kembalu ponselnga dan berjalan menuju ruangan lain di dalam kamarnya. Ruang kerja yang dindingnya penuh dengan tempelan foto.
Dengan teliti Joon-Woo memperhatikan foto terbaru yang ia tempel kemarin. Semuanya tentang sunset. Beberapa foto yang dijajarkan membuat gradiasi warna orange yang indah, membuat Joon-Woo kembali teringat dengan Orenji kesayangannya. Kalau di pikir-pikir, di dunia ini memang tidak ada satu kejadian pun yang terjadi secara kebetulan. Tuhan sudah menggariskan takdir terhadap apapun yang dihadapkan pada manusia. Termasuk antara Joon-Woo dan Se-Ra.
Jung Se-Ra. Gadis yang tidak pernah bertemu dengannya itu sudah bisa membuat Joon-Woo jatuh cinta. Ia menyukai Se-Ra dari caranya berbicara; dari setiap kalimat yang dituliskannya untuk Joon-Woo. Satu hal lagi kesamaan antara ia dan Se-Ra, keduanya sama-sana memasang foto buah sebagai avatar mereka di setiap akun messenger. Kiwi untuk Joon-Woo dan Jeruk untuk Se-Ra. Ini memang kebetulan yang lucu.
"Orenji. Sunset-nya memiliki warnamu." Joon-Woo mengarahkan tangannya untuk menyentuh foto-foto sunset di hadapannya. Lagi-lagi ia tersenyum. Sampai detik ini, Joon-Woo masih tidak habis pikir bagaimana bisa ia jatuh cinta pada Se-Ra dengan alasan sesederhana itu? Bagaimana bisa dengan mudahnya ia bercerita banyak hal dan berbicara pada Se-Ra sementara ia sendiri baru saja menyetujui perjodohan yang akan dilakukan oleh orang tua nya. Apa yang salah dengan isi kepala Joon-Woo sebenarnya?

♡♡♡

BERSAMBUNG
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.