Notes

Kasih sayang orangtua sudah pasti menjadi hal yang didamba oleh setiap anak. Demikian pula yang didamba oleh Seth kecil. Ia selalu senang duduk di ruang keluarga menanti mereka pulang walau mereka selalu sibuk mengurus diri mereka masing-masing. Seth yang masih belia tentu belum curiga mengapa ayahnya selalu kembali pada tengah malam dengan aroma aneh pada tubuhnya, melihat ayahnya yang selalu menatap perhiasan yang dikenakan ibunya kemudian Seth tidak akan melihat perhiasan itu lagi pada keesokan harinya. Hingga suatu dini hari, ia mendengar keduanya saling melempar cacian.

“Sudah berapa kali kukatakan padamu untuk berhenti menghamburkan uang demi pekerjaan sialan itu! Aku tidak habis pikir bagaimana aku bisa mau menikah dengan orang sepertimu,”

“Kau kira aku mau? Salahkan perut buncitmu yang mengandung buah-cinta-sialan-mu saat itu!”

“Kau yang menodaiku tapi kau juga yang tidak mau bertanggungjawab. Lalu sekarang bagaimana kita melunasi hutangmu, tua bangka? Emasku sudah kau jual semua!”

“Aku sudah bilang pada orang itu, anak tidak berguna kita yang akan menjadi jaminannya. Bukankah kau juga tidak ingin memiliki anak? Setelah itu kita bisa memutuskan hubungan pembawa beban ini,”

Seth kecil terkejut bukan main. Sudah pasti anak yang mereka maksud adalah dirinya sebab hanya ia satu-satunya orang yang berstatus sebagai anak di keluarga ini. Jadi ayahnya tidak pernah mengurus perusahaan seperti yang selalu pria dewasa itu bualkan? Jadi ia bukan buah hati yang didamba? Dua orang pria bertubuh besar mendatangi rumahnya di pagi hari. Diiringi senyum palsu kedua orangtuanya dengan modus ia akan dititipkan di rumah sepupunya, membawa Seth pergi keluar dari kediaman Lassiter.

Seth tidak yakin kemana orang-orang itu membawanya. Namun ia yakin tempat tujuan mereka sangat jauh dari rumahnya di Liverpool. Mereka sampai di bangunan tua dengan aura tidak bersahabat yang tersembunyi dari dunia luar. Ia dan beberapa anak lain yang sudah sampai di sana lebih awal diberi makanan enak. “Makan yang banyak, aku yakin ginjal dan hatimu masih sehat.”

Salah seorang anak memberitaunya bahwa umur mereka tidak akan bertahan lama sebab orang-orang tadi akan menjual organ tubuh mereka. Dilanda rasa panik, Seth mencari jalan keluar dari tempat itu. Seth kabur melalui tempat pembuangan sampah yang bermuara di bak sampah besar di depan bangunan itu. Dengan umur yang belum matang, Lassiter muda itu berjuang hidup di jalanan.

Hidup di jalanan bukan hal yang mudah untuk dilakukan anak yang bahkan belum genap berusia 10 tahun. Ditengah rasa putus asanya Seth bertemu dengan seorang biarawati yang menawarkan hidup yang lebih layak untuknya. Seth diasuh di sebuah gereja bersama anak-anak lain yang tidak berkeluarga. Seth berhasil memiliki beberapa teman. Seth belajar mengenai bagaimana cara memperoleh uang dari serbuk putih aneh yang selalu membuatnya ketagihan. Ia juga belajar menggunakan beberapa senjata.

Butuh beberapa tahun bagi Seth untuk menyadari bahwa gereja itu bukan gereja biasa. Orang-orang gereja mendidik anak-anak menjadi calon pembunuh. Karena tidak tahan lagi dengan kehidupan di sana, Seth kembali mencari cara untuk lepas dari jerat setan tempat itu. Ia berhasil kabur dengan bantuan salah seorang (pria/wanita) bersama segelintir anak gereja lainnya. Orang itu membawa mereka pergi jauh ke kota yang ia sebut London. Seth kembali menggantungkan hidupnya pada orang asing, namun dengan pikiran yang lebih dewasa dari sebelumnya.