Notes

Ketika mendengar kata 'belahan jiwa', mungkin yang kau pikirkan adalah sepasang kekasih.

Lalu, bagaimana ceritanya dengan sepasang kekasih yang sudah terpisah sejak mereka kecil? Salah satu dari mereka sudah menunggu di alam baka sedangkan cinta sejatinya masih hidup.

Kisah ini dirasakan oleh Raymond Deavers. Ia meninggal karena penyakit kanker yang menyerangnya ketika kecil. Sedangkan kekasihnya, sebenarnya adalah teman masa kecilnya saat ia masih menginjak bangku taman kanak-kanak, (Nama karaktermu. ex, A). A dan Raymond sangatlah dekat dan orang tua mereka bersahabat. Hanya saja kondisi Raymond yang semakin memburuk, harus membawa bocah kecil itu untuk menetap di kota lain agar lebih dekat dengan rumah sakit. A tidak pernah bertemu Raymond lagi semenjak hari itu tiba. Beberapa bulan setelahnya, Raymond meninggal. Tapi tenang saja, di alam sana ia diasuh oleh orang tua angkat yang sangat mendambakan seorang anak lelaki.

Hingga suatu hari, Raymond bertanya ke ayahnya, mengapa lelaki dan wanita harus menikah? Mengapa mereka berujung pada percintaan yang panjang dan terus dipersatukan walau mereka sudah meninggal?

Dan pada saat itulah ayah angkatnya menjelaskan tentang 'cinta sejati'. Dimana seorang lelaki dan perempuan saling mencintai dan memang ditakdirkan untuk bersama. "Anak adam membutuhkan seorang pendamping hidup, tentu saja dari seorang anak hawa. Seperti bagaimana kisah mereka bersatu." Itulah perkataan sang ayah. Sampai akhirnya, Raymond menanyakan siapa belahan jiwanya? Siapa cinta sejatinya? Ia sudah meninggal, akankah ia ada di alam baka bersamanya?

Sang ayah dengan sedihnya mengatakan tidak. Ia sudah mengetahui semua hal tentang Raymond dan mengetahui soal itu.

"Cinta sejatimu masih hidup, Nak. Ia masih muda. Sekitaran umurmu."

"Apa Tuhan membolehkan kita turun ke bumi dalam wujud kasat mata menemuinya? Aku ingin menjaganya."

"Kau yakin?"

"Aku hanya ingin berkunjung, Dad."

Perbincangan singkat itu terdengar oleh 'Sang Pencipta'. Raymond diizinkan untuk turun kw bumi menemui 'cinta sejatinya'. Mirisnya, ia sedang bertemu gadis yang betul-betul pendiam, tertutup dan hanya berpaku pada layar laptop dan pekerjaannya. Raymond pikir, ia akan bertemu seorang gadis yang begitu menyukai alam dan sangat suka keramaian—yah, seharusnya seorang cinta sejati mempunyai kesukaan yang sama.

Ia mengamati keseharian gadis itu tiap harinya dari dalam kamar. Kalau ia harus keluar untuk dalam tertentu, ia bisa mengerti dan tidak mengganggu privasi gadis tersebut. Keadaan itu membuatnya tidak ingin segera kembali, ia hanya ingin disana mengamati gadisnya terus hidup sampai ia harus meninggal untuk bertemu dengannya. Hingga suatu hari, ia bergumam, meminta pada 'Sang Pencipta'; "Oh, Tuhan. Aku harap aku bisa berbicara dengannya. Beri aku kesempatan untuk itu."

Keinginannya terkabul pada keesokan harinya. Raymond yang tidak pernah tidur, menemukan dirinya terbangun mengenakan pakaian layaknya anak lelaki biasanya. Ia bahkan lupa apa yang ia pakai untuk menemui gadis itu. Sampai A akhirnya juga terbangun dan terkejut seseorang dalam mimpinya ada dikarpet kamarnya, terduduk.

"Kau..." Ia mengetahui kalau Raymond adalah karakter fiksional yang ia buat dan terbawa mimpi olehnya.

"Jason?"