Notes

ㅤ ㅤSeorang puan dengan rambut hitam yang diikat rapi dan wajah dipoles sekadarnya nampak melangkahkan kedua tungkai menyusuri lorong yang cukup panjang. Lorong bercabang yang mana bermuara pada sebuah ruang luas menjadi tujuan utama. Tampak dari balik daun pintu yang transparan beberapa individu dengan raga berbalut kain berwarna biru tengah menunggu presensi puan tersebut sembari berbincang. Tatkala distansi membentang di antara bingkai dan daun pintu, menyuguhkan sosok yang telah lama dinanti, seluruh individu yang kala itu tengah berbincang segera mengakhiri aktivitas mereka dan membungkukkan tubuh barang sejenak. Gestur sederhana dicipta sebagai respon selagi langkah dirajut menuju sisi meja autopsi dan kedua kuasa memasang sarung tangan latex steril.
ㅤ ㅤBeberapa menit pertama dihabiskan sang puan untuk mengamati fisik individuㅡsubjek autopsiㅡyang menjadi bintang hari itu. Menit selanjutnya barulah pandangan ditolehkan kepada satu yang memiliki informasi perihal subjek secara garis besar. Bukan identitas, tetapi bagaimana dan dimana tubuh ditemukan.

"Alien?"

Vokal nyaring terdengar lantang, mengusir trankuilitas, mengundang anggukan pelan pula tatapan bingung dari yang lain. Lalu tawa geli pecah dan mengejutkan beberapa dari individu yang ada disana, walau hanya pelan. Kalau harus diakui, memang bilamana belum terbiasa memiliki seseorang dengan kepribadian yang sebelas dua belas dengan penghuni rumah sakit jiwa, pasti terkejut akan laku sang puan yang spontan. Bukan, ia bukan penderita kelainan jiwa.

ㅤ ㅤMengingat hal tersebut, pandangannya lagi-lagi berpindah dan berlabuh atas sosok seorang teruna dengan paras rupawan. Manis, kalau menurut sang puan.

"Kau pasti anggota baru yang diberitahukan kepadaku. Mengapa memilih untuk menjadi anggotaku ketika masih ada Tomo atau...Izumi? Apa kau tahu perihal yang menimpa anggota yang meninggalkan satu posisi luang disini?"

Bukan apa-apa. Sekadar mengingatkan kembali akan alasan yang mendasari pilihan karena sejauh yang diketahui sang puan, tidak ada seorangpun dari jajaran mahasiswa jurusan terkait berniat menjadikan diri sendiri tumbal walau mereka tahu bahwasanya tim yang dikepalai sang puan merupakan yang terbaik sejauh ini. Terbaik, tetapi diarahkan oleh seorang yang kau harap tidak pernah kau temui kalau menurut salah satu koleganya. Lidah dan tatapan tajam, tingkah laku yang tidak dapat diprediksi, dan lainnya. Satu dua minggu pertama mungkin akan baik-baik saja, minggu ketiga kau akan berharap kau memilih yang lain.

ㅤ ㅤBaru bibir terpisah, sang puan telah kembali memusatkan atensi pada subjek autopsi seakan-akan ia tidak peduli perihal alasan yang hendak diutarakan. Ia memang tidak peduli. Teruna itu hanya dapat membungkam lalu menundukkan kepalanya barang sejenak.

"Kalau begitu mari kita mulai."

Kalimat singkat yang dilontarkan oleh sang puan mengawali autopsi setelah beberapa saat.

ㅤ ㅤSebagaimana autopsi biasa dimulai, seluruh individu dalam ruang tersebut hening sejenak dengan kepala ditundukkan sebelum mereka mulai mengukur tinggi dan berat subjek terlebih dahulu. Tak hanya itu, beberapa cacat fisik lain yang dapat ditemukan pun direkam. Selang beberapa saat, salah satu kuasa sang puan terulur untuk mengambil pisau bedah dan beringsut menuju dada subjek. Terhenti tepat di tengah dada subjek, sang puan membuka mulut untuk meluruskan segala berita aneh yang beredar berkat penampilan fisik dari subjek yang tergeletak di atas meja autopsi.

"Bukan alien, tetapi manusia. Bukan membusuk, tetapi dalam keadaan kering. Yang aneh merupakan kenyataan bahwasanya ini bukanlah mayat yang mengering tetapi mumi. Mwlihat dari keadaan kulitnya."

Demikian jelas sang puan secara singkat. Pisau bedah kemudian digerakkan untuk membuka rongga tubuh dengan penuh berhati-hati. Organ-organ dalam rongga dada kemudian dikeluarkannya dan diberikan kepada salah seorang yang berada di dekatnya. Sejumlah sampel organ yang biasa diambil untuk diteliti lebih jauh pun nampak menempati beberapa toples kaca berukuran sedang.

ㅤ ㅤKurang lebihnya satu jam dihabiskan tim sang puan untuk mengambil segala yang dibutuhkan agar setidaknya mengetahui identitas mayat tersebut. Satu setengah jam, mungkin. Bukan masalah besar. Sehabis menyampaikan yang perlu disampaikan, barulah sang puan beranjak dari ruang itu, meninggalkan yang lain terlebih dahulu.