Notes

Kepada orang-orang yang kebetulan melihat tulisan ini selain dirimu—yang bahkan mungkin tidak tahu (dan peduli) bahwa sekumpulan kalimat ini ditujukan padamu—abaikan saja. Lewati. Tidak usah dibaca. Tidak penting, jauh dari kata menarik apalagi indah. Ini hanyalah sebuah pesan dari kisah roman picisan nan klise—yang bahkan dia, perempuan penyuka cerita romansa, tidak sukai.
.
.
Untukmu, aku tidak pandai mengawali, tapi biar kuberi tahu sesuatu: perempuan itu benci menyadari fakta, dia telah mengubah dirinya serupa tokoh utama yang paling menyebalkan; tipe yang dibencinya.
.
.
(Atau pemeran antagonis mengesalkan, tergantung dilihat dari sudut pandang siapa. Dirimu atau perempuan itu.)
.
.
Mewakili si perempuan cengeng, biarkan aku yang bertanya, “Halo, apa kabarmu? Apa kau MASIH sesibuk dulu?” Ya, dari permulaan hingga cerita kalian USAI, sosokmu di matanya adalah definisi pemuda yang selalu kekurangan waktu sehingga tidak pernah sempat. Sedari awal, di antara namamu dan namanya memang BERJARAK; makin renggang terpisahkan nanti dan kapan-kapan. Janji temu sekedar ucap dan penenang sementara, tanpa adanya niat benar-benar memupus sekat. Dia penasaran, apa kau sudah berubah? Karena nyatanya dia sendiri kini telah menjadi pribadi yang berbeda, seperti yang kukatakan di paragraf pembuka. Terima kasih pada dirimu dan mereka semua yang memberi beban. Omong-omong, pertanyaanku tadi tidak perlu dijawab, jikalau di kemudian hari kau membaca ini, berpura-pura lah tidak tahu. Lagi pula, aku tidak akan ingat. ANOMALI dalam HATI perempuan itu serupa enigma, dia banyak menulis tentangmu, menyesali sesuatu entah apa yang terjadi di antara kalian, tetapi tidak ingin memperbaiki apalagi berharap kau kembali. Dia merindukanmu, di saat yang sama dia ingin kau menghilang, tapi gagasan tentang kehadiranmu masih kerap muncul dalam angan—terselip dalam buku yang dibacanya, melintas pada film yang dia tonton, atau menyapa lewat teman-temanmu yang dikenalnya. Kau mendadak ada di mana-mana.
.
.
Menggelikan, bukan? Dia tidak ingin terus-menerus semenyedihkan itu. Dia berusaha merasionalkan perasaannya, mencari kesibukan, apapun dia lakukan supaya bisa menemukan aku. Setiap kali dia bercermin, dia mencari jejak-jejak aku dalam dirinya—tapi yang dia dapati hanyalah perempuan asing menatapnya balik. Bukan aku. Dia sudah kehilanganku, tepatnya, tanpa sadar dia mengunciku dalam kotak norak bernama ‘masih sayang’. Beruntung, ruang persegi empat kecil itu kian rapuh, sehingga perlahan, aku bisa berjalan pulang kembali padanya. Buktinya, aku bisa menulis ini untukmu. Dia memang masih bimbang, tetapi aku sudah tidak. Kami berdua sama-sama tidak suka klise. Kendati kupikir, terkadang, klise juga tidak buruk. Contohnya seperti ini: setelah si tokoh utama menatap punggung pemeran ‘antagonis’ yang berjalan kian menjauh untuk kemudian hilang, akhirnya dia bisa merelakan, ikhlas, dan berdiri tegak dengan kedua kakinya sendiri.
.
.
Nanti, tidak tahu kapan, setelah dia benar-benar sudah menerimaku kembali, kami pasti akan menertawai tulisan ini. Menyadari bahwa kau merupakan salah satu lelucon terbaik yang pernah datang di hidupnya...
.
.
... dan itu merupakan sebuah pujian.

#ngabubuwrite #THRGagasMedia @nytannyta @gagasmedia