Notes

Seorang gadis berwajah oriental yang baru saja keluar dari sebuah rumah bergaya minimalis, menggeram kesal. Pasalnya, puan itu sudah kesiangan, ditambah ia lupa mengambil catatan kecilnya yang biasa dipakainya untuk menulis informasi yang ia peroleh.

Grisell masuk kedalam dengan kaki yang sengaja dihentakkan kasar ke lantai kayu rumah itu. Untung saja, tidak ada penghuni lain di rumah ini. Sesudah memasukan note kecilnya kedalam tas mahal yang kemarin dibelinya, Grisell mengunci pintu dan berjalan menuju jalan raya. Ia sudah menghubungi temannya yang bekerja sebagai supir taksi. Dan menyuruhnya bergegas menjemputnya. Dan untungnya, lelaki berkulit hitam itu sudah memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah miliknya.

"Let's." ucapnya setelah duduk dikursi penumpang.

Puan itu mengecek ponselnya, takut ada informasi baru mengenai salah satu berita yang tengah hangat akhir-akhir ini. Namun, yang ia dapatkan adalah rekan kerjanya yang menghubungi dirinya.

"Ya—"

"Dimana kau?! Langsung saja ke tempat." Grisell meringis, Rachael dengan logat British nya yang kental langsung memarahi dirinya.

"Okay, honey. Wait for a minute." setelah memutuskan sambungan, ia memerintah supir—taksi—nya untuk melajukan mobilnya pada tempat kejadian yang harus ia cari tahu.

Setelah beberapa menit, yang untungnya jalanan sudah lengang. Karna orang-orang sudah menjalankan mobilnya menuju tempat kerja sedari tadi.

"Thanks, Marcus." ucapnya setelah pemuda itu mengantarkannya dengan selamat. Dengan sedikit berlari, Grisell menghampiri Rachael.

"Sorry." ucapnya dengan nada yang dibuat se-menyesal mungkin.

Namun, takut kehilangan informasi, Grisell langsung mengeluarkan catatan kecilnya dan pena kesayangannya. Berjalan menuju sumber informasi, yang sudah dikerumuni oleh orang-orang.

"Pak Presdir sudah melakukan konferensi pers. Apa lagi yang kalian butuhkan? Mengganggu saja." Grisell sudah siap dengan pena perekamnya.

"Hah..." Grisell terpaku ditempatnya saat pria yang ditugaskan pemilik bar itu, hanya berbicara yang tidak penting. Informasi yang didapatnya sudah banyak. Saksi-saksi yang dimintai keterangan pun berasumsi bahwa mereka memang melihat sesuatu yang illegal dijual-belikan di Bar mewah itu. Tapi, dari gelagatnya Grisell sangat yakin, kalau memang ada kegiatan itu.

"Aku benar-benar akan gila kalau begini!" ucap Rachael di depannya. Grisell mengangguk.

"Sudahlah, tunggu para detektif selesai saja." putus Grisell dan langsung menuju van mereka.

"Grisell, news writing, okay darl?" ucapan seniornya membuatnya berhenti berpikir tentang kasus tadi. Ia memang bukan detektif, bukan informan, mata-mata, atau bahkan agen FBI. Tapi, sebagai seorang Jurnalis, ia harus menyuguhkan berita yang sesuai fakta. Tidak dilebih-lebihkan, ataupun dikurangi.

"Ah baik." gadis itu langsung membuka file berisi rekaman-rekaman dari berbagai narasumber, file rekaman saat conference pers, dan beberapa catatan yang bisa melengkapi itu semua. Ditambah dengan beberapa informasi dari rekan-rekan satu timnya.

Waktu menunjukan pukul lima sore, ia benar-benar melupakan makan siangnya. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi, dan sejak tadi pula pekerjaannya belum selesai. Ia menyimpan file pada Ms.Words itu pada flashdisknya. Tentu saja agar dikerjakan di rumahnya memakai personal computer miliknya sendiri.

"Semangat, Grisell. Aku pulang duluan ya."

"Aku ikuuut." Grisell meraih tangan mungil gadis Amerika itu.

Ia merapihkan barang-barangnya kedalam tas, lalu berjalan bersama temannya itu keluar dari kantor.

"Lelah sekali..." keluh Rachael yang langsung mendapat tatapan sinis dari Grisell.

"O-oh aku mewakilimu." dengan cekikikan Rachael berujar lagi.