NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Pameran seni sekaligus pembukaan bazaar murah yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali sudah seharusnya menjadi salah satu hal yang ditunggu-tunggu Vienna selama menjadi murid di sini—terlebih kali ini sekolahnya mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Dia tidak ingin mengeluh, tapi siapa yang senang kalau harus dijadikan budak oleh panitia sepanjang acara?

Selama empat jam pekerjaan Vienna cuma disuruh ini-itu; mengangkut kursi untuk diletakkan di dekat panggung lah, memindahkan properti lah, bahkan sampai memasang spanduk untuk booth makanan kelas mereka saja Vienna yang melakukannya. Alhasil Hyungseob langsung mengkeret begitu Vienna memelototinya dengan kegarangan luar biasa.

Arin berlari kecil ke arah Vienna sambil melambaikan tangan, menawarkan bantuan untuk mengantar mikrofon baru sebagai pengganti mikrofon rusak yang sudah terlanjur dipasang di atas panggung. Tapi Dahyun yang kebetulan melintas lantas mengomeli Arin dengan galak sambil menunjuk-nujuk booth kelas mereka yang sedang dijaga oleh Hyungseob. Arin merengut dan menggumam maaf pada Vienna sebelum kembali pada posisinya.

Vienna baru hendak duduk ketika Lisa menghampirinya lalu menyuruh Vienna menggeser kursi panjang untuk diletakkan di samping gerbang masuk. Vienna sontak cemberut. Masalahnya hari ini dia belum makan sama sekali dan sejak tadi pagi terus bergerak tanpa henti—tenaganya, kalau boleh jujur, rasanya sudah terkuras habis.

"Vienna, itu stikernya cabut aja, deh! Apaan jelek banget ditempel di situ!"

"Vienna, panggilin Lucas dong!"

"Vienna, itu Haechan adek kamu kan tolong dibilangin jangan gangguin panitia!"

"Vienna—"

Iya, Kak. Iya. Jadikan aku babumu.

Saat Kyulkyung yang memarahi Dahyun akan kebiasaannya menyuruh-nyuruh adik kelas seenak jidat mulai menyeret perempuan itu pergi, Vienna akhirnya menghempaskan diri ke kursi terdekat. Dia mengipas-ngipas diri seadanya dengan jari—cuaca hari ini cukup panas dan fakta bahwa beratus-ratus orang sedang berkumpul di sini benar-benar tak membantu—sementara dari sudut matanya, dia memerhatikan gerombolan anak SMP yang sedang mengerumuni tenda hitam berisi peramal jadi-jadian.

Vienna mendengus begitu mendapati dua figur tak asing yang berbeda dari teman-temannya, malah kelihatan tidak tertarik dengan promosi tersebut. Salah satunya yang Vienna kenali sebagai Samuel tampak berusaha membujuk Rara untuk memakan es krim yang sudah hampir meleleh di tangannya.

"Ya Tuhan," gumam Vienna pelan seraya menggelengkan kepala. "Anak SMP aja udah asik pacarannya."

"Kenapa?"

Vienna kontan mendongak, mendapati sosok familiar yang baru saja berbicara, sambil ragu-ragu melempar senyum ke arahnya.

"Emangnya kamu nggak punya pacar?"

*

Terik matahari yang cukup menyengat membuat mata Jihoon menyipit saat ia memandang ke luar jendela. Dia dengan sengaja melepas jas kuningnya yang terlihat begitu mencolok kala mobil sudah mendekati bangunan besar—meskipun tak sebesar sekolahnya—berwarna putih pucat yang tampak ramai sebagai tujuannya hari ini.

"Kamu kok nggak pergi sama Yoojung?"

Jihoon mengerang malas, "aku nggak suka sama dia, Mbak."

"Tapi dia suka?"

"Sampe sini aja," kata Jihoon, mengisyaratkan pada saudara perempuannya untuk berhenti tepat di gerbang—berpura-pura tak mendengar pertanyaan terakhir yang tercetus dari bibirnya.

Roda depan tidak lagi berputar. Jihoon dengan cekatan membuka pintu penumpang tanpa berpamitan, membuat saudara perempuannya gemas serta tak tanggung-tanggung menarik pipi Jihoon sampai si empunya memekik kesakitan dan mau tak mau kembali terduduk.

"Sakit!" protes Jihoon sambil mengelus pipi kanannya yang memang sudah merah itu menjadi semakin merah akibat ulah kakaknya.

"Jangan lupa ntar nyamperin Ibu dulu, terus jangan pulang kesorean ya 'kan udah janji nemenin Mbak, nanti kalau—"

"Mbak, aku udah kelas dua SMA," Jihoon berusaha memotong. "Nggak bakal ilang karna pergi ke festival doang."

Yang lebih tua mengerucutkan bibir dengan sebal, namun menurut saja saat Jihoon meluncur turun dari mobil dan melambai padanya dengan senyuman lebar yang terpatri di wajah. "Hati-hati!"

Jihoon membalikkan badan, memasuki pekarangan sekolah yang tampak asing dari sudut mana pun ia memandang sambil berjalan pelan-pelan, kalau-kalau ada salah satu junior di sekolah menengah pertama yang mungkin dikenalinya—atau jika dia kurang beruntung, Jihoon malah akan bertemu Yoojung.

Sebenarnya Jihoon bukannya tidak menyukai Yoojung dalam artian negatif, lagipula Yoojung orangnya ramah dan baik kok. Tapi Yoojung selalu dengan cerewetnya berasumsi kalau Jihoon menyimpan perasaan dalam tanda petik yang serupa dengannya sehingga mereka menjadi sasaran gosip yang empuk untuk anak tiga angkatan. Relationship goals, katanya. Padahal Jihoon mengerti maksudnya saja tidak.

Selepas berkeliling sekitar tiga puluh menit tanpa menemukan satupun yang menarik, Jihoon akhirnya menangkap seorang perempuan sedang duduk dengan gestur kelelahan sambil memijat-mijat tumitnya. Jihoon terdiam di tempat, tidak berani menghampiri sampai gadis itu mengipas-ngipasi dirinya sendiri dan membuat Jihoon iba. Dia lantas tanpa ragu-ragu membeli kipas tangan yang dilihatnya dari tenda pernak-pernik, meski harganya cuma goceng tapi Jihoon menyerahkan selembar lima puluh ribuan serta tak repot-repot meminta uang kembali.

"Ya Tuhan, anak SMP aja udah asik pacarannya."

Jihoon mengulum senyum setelah mendengar keluhan Vienna—nama perempuan yang sejak tadi diperhatikannya. Meski tidak mengekspektasikan dia akan bertemu teman SD-nya di sini, Jihoon merasa senang untuk beberapa alasan tertentu.

Mereka sempat tinggal bertetangga beberapa tahun yang lalu, sebelum akhirnya Jihoon pindah rumah agak jauh dari sana. Ibu Jihoon dan Bunda-nya Vienna merupakan teman karib semasa kuliah, yang tidak membuat Jihoon heran lantaran kedua wanita paruh baya itu memang terlihat akrab dan cocok satu sama lain. Jihoon mengingat Vienna sebagai teman pertamanya di sekolah dasar karena ibu keduanya sudah saling mengenal, kakak perempuan Jihoon juga selalu menelepon Vienna untuk menanyakan pekerjaan rumah sementara Jihoon duduk menunggu dengan cemas.

Waktu ibu-ibu yang tinggal di komplek perumahan mereka mengadakan arisan pun, Jihoon yang merasa malu untuk mendatangi teman-teman sebayanya memilih untuk mengekori sang ibu ke sana ke mari sampai Vienna mengulurkan tangan dengan ramah dan mengajaknya untuk bermain dengan yang lain.

Tanpa bermaksud hiperbolis, bertemu Vienna di sini adalah kebetulan yang disyukuri Jihoon.

"Kenapa?" tanya Jihoon jenaka setelah dia berdiri cukup dekat dengan Vienna. "Emangnya kamu nggak punya pacar?"

Kentara sekali kalau Vienna terkejut atas kehadiran Jihoon—dia mengerjap-ngerjap bingung selama beberapa sekon, menatap Jihoon kosong seakan tidak mengenali laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya sambil menyodorkan kipas tangan dari plastik bergambar Mickey Mouse.

Jihoon mengibas-ngibaskan benda tersebut, secara tak langsung menyuruh Vienna untuk mengambilnya dan gadis itu menurut. Menyadari Vienna yang masih tampak bingung, Jihoon menunjuk dirinya sendiri, "Ini Jihoon, Vin, inget nggak?"

Entah bagaimana mereka akhirnya larut dan melebur dalam obrolan seputar kehidupan masing-masing selama terpisah, menggosipkan ketua OSIS Vienna, si June, yang galaknya tidak ketulungan, tertawa seperti orang gila tanpa memperdulikan tatapan menilai dari orang lain—juga tanpa rasa canggung sedikitpun.

"Pamit, ya, Vin," kata Jihoon setelah satu jam tiga puluh menit yang seperti baru semenit rasanya. "Ntar diomelin Mbak, nih."

Vienna tertawa kecil, "Anak baik, nggak boleh kesorean ya pulangnya?"

Jihoon mengangguk, kemudian mengelus tengkuknya dengan grogi.

"Boleh minta ... nomer hape atau apa gitu, nggak?"

"Nomer hape?" kening Vienna berkerut. "LINE aja deh, gimana?"

Duh, bilang jangan, ya? Gengsi dong tapi?

Tangan Jihoon ganti menggaruk belakang telinga. "Aku ada sih, cuma nggak ngerti cara pakenya."

Perkataan tersebut lantas memancing tawa keras dari Vienna. Jihoon menunduk minta maaf pada gerombolan siswa dari sekolah lain yang sedang lewat seraya menoleh heran ke arah mereka berdua.

"Sini deh, sini."

Vienna berbaik hati menjelaskan panjang lebar pada Jihoon tentang aplikasi obrolan masa kini, sementara Jihoon menatapnya dengan seksama—mungkin berkedip cuma beberapa kali. Dia hanya belum tahu kalau semenjak mereka duduk berdua di sana pun, Vienna sudah punya satu nama tersendiri untuk dipikirkan.

Dan itu bukan Jihoon.

*

© 2017, SINNBABE
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.