NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Against the Time
himawarigurl21

“it’s between me against the time,
And you against my dark side”


Clayton Hill potrayed by Jeon Wonwoo of Seventeen
Eleanore Bell potrayed by Kim Minkyung of Pristin
Gladys Harper potrayed by Kang Yebin of Pristin
- many supporting cast
- AU! Vampire, thriller, angst, fluff ; 3rd PoV.
=+=

[PROLOGUE]

London, September 2013

Pertengahan musim gugur selalu khas dengan anginnya yang menyiksa. Selain karena dinginnya yang secara tidak sopan membuat manusia menggigil, tiupannya yang membuat daun-daun kering kembali berantakan meski telah disapu juga cukup “menambah pekerjaan”. Namun seorang lelaki tetap berjalan seolah menantang cuaca yang tidak bersahabat itu. Lihat saja bagaimana ia melangkah dengan santai ke dekat hutan dengan hanya mengenakan kaus tipis, celana selutut, dan sepatu sneakers. Ia masuk ke kawasan hutan itu bukan tanpa alasan dan tujuan. Tujuannya adalah sebuah gubuk sederhana dengan keadaan yang bisa dibilang tidak layak huni. Tangan kanannya mengepal lalu mengetuk permukaan pintu berbahan kayu yang sudah setengah lapuk dengan perlahan.
“Oh kau sudah datang.” Seorang wanita setengah baya muncul dari balik gubuk itu sambil menyeka bibir dengan punggung tangan kanannya, meninggalkan sedikit noda merah pekat di sana.
“Oh, mom! Apa kabar? Kau habis makan cemilan soremu-“ Lelaki itu menghentikan penuturannya ketika semua pertanyaannya dijawab dengan wajah datar dan tatapan dingin wanita yang adalah ibunya sendiri. “Maaf, jadi ada apa, mom?” tanyanya. Wanita itu tampak menyunggingkan senyum samar sebelum wajahnya kembali datar.
“Begini Claytonku sayang. Sekarang usiamu sudah menginjak 17 tahun dan aku merasa ini saatnya kau punya kebebasan sendiri.. TAPI!” Wanita itu menekankan kata sambung tersebut ketika melihat anaknya tersenyum lebar mendengar kata ‘kebebasan sendiri’. “Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kau juga terikat sebuah syarat untuk memperoleh kebebasan itu. Adil?”
“Syarat.. Ah baiklah, apa itu mom?” tanya Clayton menghela nafas. Ia sudah mengira bahwa ibundanya yang penuh perhitungan itu tidak pernah memberikan sesuatu secara cuma-cuma.
“Kau harus mencari seorang gadis. Dapatkan darah dan jantungnya, agar aku bisa hidup abadi. Sedihnya, aku sendiri tidak tahu siapa nama gadis itu dan seperti apa rupanya. Tapi katanya, gadis itu punya warna iris yang unik.” Jelas wanita itu panjang lebar lalu menggerakkan jemarinya yang lentik. Cahaya bergerak-gerak di atas telapak tangannya lalu perlahan berubah menjadi 4 buah jam pasir dengan pasir berwarna merah darah di dalamnya. “Lihat, setiap jam pasir ini umurnya 1 tahun. Kau tahu apa artinya?” tanya ibu Clayton dengan sebelah alisnya terangkat.
“Waktuku untuk menemukan gadis itu adalah 4 tahun?” tanya lelaki itu dengan ragu. Setelah ibunya berkata “Tepat!” dan menepuk tangan, semua jam pasir itu menghilang. Wajahnya kembali serius.
“Selama 4 tahun itu, aku tidak akan menyuruhmu berburu untukku. Fokuslah mencari gadis itu karena setelah aku mendapat darah dan jantungnya, kau tak perlu berburu lagi. Paham?” tanya wanita itu lagi dan Clayton hanya mengangguk.
“Baiklah. Aku akan mencarinya.. Aku pamit mom..” Clayton membalikkan badannya dan mulai melangkah. Sekali lagi langkahnya terhenti dan memutar tubuhnya 180 derajat. “Mom..” panggilnya. Wanita itu berbalik. “Kapan kau akan tinggal bersamaku?” tanyanya ragu-ragu.
“Segera setelah kau menemukan gadis itu.” Katanya tersenyum pada Clayton, menghargai perhatian dan ajakannya yang sudah berulang kali diungkapkan. Clayton hanya mengangguk dan tersenyum. Meskipun ibunya perhitungan, tetapi wanita yang telah melahirkannya itu tidak pernah ingkar janji.
“Baiklah..” Clayton melanjutkan perjalanannya kembali ke kota. Ia tidak bermaksud kurang ajar dengan membiarkan ibunya tinggal di gubuk kumuh dalam hutan sementara ia tinggal di sebuah apartemen mewah. Itu keinginan ibundanya yang masih percaya akan mitos-mitos zaman dahulu. Tapi yang pasti, ia akan berusaha menemukan gadis itu segera sebelum waktunya habis agar ia bisa membuat ibunya tinggal dengan nyaman. Punggung pemuda itu lalu menghilang ditelan malam.
++++

[ Part 1 ]

Montana, Desember 2013

“Kau lihat bagaimana Charlie menenggak beer dan mulai meracau tadi? Aku tidak bisa berhenti tertawa membayangkannya!” lalu kalimat itu disusul tawa yang tak kalah hebohnya. Gadis bermbut merah yang menemani perempuan yang tertawa itu menyusul dengan tawanya.
“Dia nyaris menabrak semua orang. Lihat! Kamu menertawakannya dan sekarang kamu juga mabuk!” Elanore, gadis bersurai merah tadi tertawa sambil membopong lengan kiri temannya yang sempoyongan itu. Pesta ulang tahun akhir-akhir ini selalu identik dengan Truth or Dare hingga mabuk. Bersyukur Eleanore selalu berhasil lolos dari mulut botol maut itu, entah bagaimana caranya.

SREK.

Di tengah suara tawa dan cerita panjang lebar Gladys, Eleanore samar mendengar ada gemersik daun. Ia yakin dirinya sadar 100% tanpa pengaruh alkohol, tapi suara itu kini menghilang begitu saja. Saat ia mulai berjalan, suara itu kembali terdengar. Eleanore lantas membekap mulut Gladys yang tidak berhenti berkicau itu.
“Sst! Diamlah sebentar..” gumam Eleanore. Ia melihat dari ekor matanya, ada bayangan beberapa ratus meter di belakangnya. Posisi mereka yang membelakangi cahaya otomatis membuat bayangan terlihat lebih panjang.
Aku harus lari dari penguntit itu tapi bagaimana caranya berlari sambil membawa orang mabuk?, pikirnya. Ia menarik tangan Gladys, berjongkok sehingga tubuh temannya itu jatuh di atas punggungnya.
“Berat sekali..” kata Eleanore. Kalau temannya itu sedang dalam keadaan sadar, dijamin Eleanore akan mendapat pukulan hangat karena perkataannya. Tanpa menunggu, Eleanore berlari kencang. Ia bisa melihat penguntit itu mengejarnya, tidak jelas apa ia seorang lelaki atau perempuan, tapi gerakannya benar-benar lincah.
“Kenapa kau berlari, Leaaa” tany Gladys di tengah mabuknya. Eleanore memilih bersembunyi di balik sebuah tempat sampah besar dalam gang yang remang-remang sambil membekap Gladys, mencegah perempuan itu mengeluarkan suara yang bisa memperparah keadaan. Dari sisa cahaya yang ada, Eleanore menangkap bayangan seseorang berhenti tepat di ujung gang. Ia tampak lama berdiri di sana sebelum berbalik dan berjalan ke arah berlawanan saat ia datang.
Ketika Eleanore mengintip sedikit, orang itu masih di sana. Sisi samping orang tersebut tersorot lampu jalan, di sanalah Eleanore tahu bahwa penguntitnya adalah seorang laki-laki. Lama berdiri di sana, Eleanore melihatnya menampakkan seringaian sebelum melanjutkan berjalan. Menghela nafas, Eleanore melepas tangannya yang membekap mulut Gladys.
“Ada apa? Kita diuntit?” Gladys bertanya dengan setengah suara. Ternyata dalam keadaan mabuk, gadis itu masih bisa mengontrol volume suaranya.
“Sudah aman. Kajja kita pulang..” Eleanore membantu Gladys berdiri lalu membopong kembali lengannya. Meskipun rasa penasarannya kuat, rasa takut dalam diri Eleanore jauh lebih mendominasi. Ketimbang mengikuti jalan yang diambil lelaki penguntit-yang sebenarnya adalah jalan pulangnya-itu, ia mengambil jalan yang lebih jauh sedikit. Tidak apa jauh, yang penting aman, pikirnya.

++
“Serius?! Mengapa kau tidak menamparku atau menyiram wajahku atau apapun untuk menyadarkanku?!” Begitulah reaksi Gladys ketika keesokan harinya, Eleanore menceritakan kejadian semalam saat mereka sarapan di ruang makan asrama. Eleanore memerhatikan sahabatnya itu sebelum tertawa terbahak-bahak.
“Kau ini mendengar suara jam weker yang ada tepat di samping telinga saja tidak bangun, apalagi ditampar dan disiram!” ucap Eleanore masih tertawa kecil sambil menggigit roti isi selai strawberry di tangannya. Gladys tampak terdiam sejenak.
“Penguntitnya lelaki? Lalu kau bilang dia menyeringai sebelum pergi? Kalau memang maksudnya jahat, seharusnya ia menghampirimu atau mencegatmu saat pulang, kan?” kening gadis bersurai hitam lurus itu berkerut, menunjukkan seberapa keras ia berpikir. Eleanore mengendikkan bahunya
“Entahlah, mungkin dia salah menguntit orang? Abaikan saja, cepat mandi lalu 20 menit lagi kita berangkat ke kampus, arra?” Eleanore menghabiskan sisa sarapannya dan mencuci tangan. Ia bisa mendengar sobatnya itu menggerutu sebelum hilang ditelan suara aliran air dari kamar mandi. Gadis berambut merah itu tersenyum samar mengingat bagaimana pertama kali ia mengenal gadis yang cerewet, periang, dan setia kawan itu.
“Tak usah senyum-senyum, aku tahu aku cantik. Kajja!” tarikan Gladys berhasil menyeret Eleanore kembali ke realita. Eleanore hanya memutar bola matanya dan menyamakan langkah dengan Gladys. Pagi itu begitu cerah meskipun masih bersalju dan dingin.
“Hari ini dingin sekali.. 5C “ Eleanore menggosokkan kedua telapak tangannya untuk menciptakan kehangatan. Meskipun hanya sementara, tapi setidaknya ia tidak terlalu kedinginan. Mungkin kebanyakan orang sedang bergelung di bawah selimutnya, enggan beranjak karena keluar dari selimut sedikit saja, kau bisa kedinginan. Kalau bukan karena Winter Ball ini, mungkin Eleanore juga akan melakukan hal yang sama : bergelung di bawah selimut dengan kesadarannya masih mengawang di alam mimpi.
“Aku jadi membayangkan usul konyol Clairine soal Winter Ball outdoor. Bayangkan saja, dengan gaun formal yang umumnya terbuka kita berada di luar ruangan dengan keadaan cuaca yang seekstrim ini..” Wajah Gladys datar dan hal itu membuat Eleanore tertawa. Ya.. soal gadis bernama Clairine itu, dia memang terkadang memiliki ide yang kelewat royal namun tidak memerhatikan situasi dan kondisi. Meski begitu, kehadiran Clairine di tim sukses acara mereka sangat membantu. Walau usul Winter Ball Outdoornya ditolak, ia tetap mengajukan diri untuk mengurusi dekorasi dalam gedung.
“Tapi dia yang paling sibuk sekarang, lihat saja..” Elanore menggantungkan kalimatnya ketika ia melihat Clairine jalan terburu-buru keluar dari main hall kampus mereka dengan matanya sibuk menelusuri beberapa lembar kertas di tangannya.
“Kudengar ada donatur dan anaknya ikut membantu. Setelah acara Winter Ball, dia akan resmi jadi mahasiswa di sini. Kudengar dia sangat pintar- oh itu di sana!” Gladys berseru, tidak terlalu keras. Eleanore mengikuti pandangan Gladys. Sosok seorang lelaki yang tengah duduk di dekat jendela samping pintu masuk hall tengah serius membaca sesuatu di tangannya. Eleanore terdiam. Bukan karena fakta kalau lelaki itu tampan, tapi lebih ke fakta bahwa...
Ia baru saja melihat lelaki itu menyeringai.
++
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.