NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

The Corpse Bride

--- DOKJU ---




.
.
.


Langkah kaki seekor kuda terdengar begitu cepat. Bukan hanya satu kuda, namun ada beberapa kuda lain yang saling kejar. Seekor kuda hitam tampak ditunggangi sepasang pengantin. Sang pengantin wanita tampak menangis sesekali menoleh ke belakang. Menoleh ke arah sekawanan panglima perang--atau mungkin tentara yang ditugaskan untuk membantai suatu ras. Di dalam hutan yang luas tersebut sepasang pengantin tersebut terpojok dan sialnya kuda mereka tergelincir sehingga sepasang pengantin tersebut terjatuh dari kuda.

Suasana mencekam. Panglima pembantai tersebut mengepung mereka. Sang pengantin wanita tersebut menangis sejadi-jadinya, sementara sang pengantin pria terlihat melindungi sang pengantin wanita di depannya.


"Semua keturunan dari Jepang akan kami musnahkan... "


"Biarkan kami menikah dengan tenang! Kami akan mengasingkan diri dan keluar dari desa!" gertak sang pengantin pria.

"Tidak akan kami biarkan kalian memiliki keturunan. Itu menentang dari tradisi!" Salah satu pemimpin panglima bergerak maju dan menodongkan pedang perak tajam kepada sepasang pengantin tersebut.

"Lari!"

Sang pengantin wanita mengerti kode dari sang pengantin pria, kemudian berusaha melarikan diri. Sementara sang pengantin pria tampak mulai menyerang para panglima pembantai tersebut.

Tiba-tiba sang pengantin wanita berhenti berlari. Tubuhnya melemas. Ia memberanikan diri menyentuh perutnya yang perih. Ada bercak darah. Dan benda tajam yang menembus perutnya. Mata panah. Tubuh pengantin wanita itu ambruk. Samar-samar matanya menatap nanar sang pengantin pria yang terbunuh dan terbantai oleh para panglima. Air mata terakhirnya jatuh ke tanah.


.

"Biarkan aku menikah dengan semua mimpi-mimpiku .. "


.
.
.

Berpuluh-puluh tahun berlalu. Hutan yang lebat itu sedikit demi sedikit terkikis dan dibangun sebuah desa. Desa tersebut sangat makmur, dengan memanfaatkan sisa pohon karet sebagai sumber mata pencaharian mereka.

.

Rakyat desa bersuka cita. Hari ini, putri dari sang kepala desa baru saja dipinang dan bertunangan dengan seorang pemuda mapan yang bekerja sebagai pedagang sukses. Bibir sang pemuda dan putri kepala desa tersebut bertemu, di depan seluruh rakyat desa. Menandakan mereka resmi bertunangan. Pesta diadakan semalam suntuk.

"Kami akan kembali untuk menggelar pesta pernikahan seminggu kemudian," ujar ayah dari pemuda tersebut.

Ayah dari sang putri menyetujuinya, mengingat sang keluarga dari pemuda tersebut harus dijemput di desa sebelah dan itu memakan waktu dua hari perjalanan. Sementara sang pemuda dan sang putri sedang berdua dan mengucapkan salam perpisahan tak jauh dari orang tua mereka.

"Yuju. Tunggu aku. Kita sudah terikat,"

"Aku akan menunggumu, Dokyeomie.."

Mereka tersenyum dan berpelukan, sebelum sang pemuda dan keluarganya pergi dari desa.


.
.

"Kau tahu? Kau harus mencarikan Hina ibu panti kecantikan untuk membuat dia tampak cantik dan sehat!"

Dokyeom menepuk pundak temannya, Seungkwan yang sedang mengendarai kereta kencana sederhana. Ada beberapa barisan pengawal dan keluarga yang tergabung dalam satu rombongan.

"Disamping itu dia terlalu banyak makan. Yah.. kurasa.. dia pintar memasak kok. Aku yakin jodoh pasti menyertainya! Sama sepertimu. Mendapatkan hati putri desa Gwang-hado adalah sebuah anugrah!"

Dokyeom hanya tertawa kecil. Hari menjelang malam. Seharian suntuk mereka menyusuri hutan yang menjadi perantara desa Ju-hanggi dan desa Gwang-hado. Mereka memutuskan untuk istirahat di tepi hutan, mendirikan tenda sederhana. Seungkwan dan Dokyeom mendirikan tenda yang ditempati mereka berdua. Api unggun banyak menyinari. Hutan tak terasa sepi dan menyeramkan.

"Kau tahu? Aku harus banyak latihan untuk ini!"

Dokyeom menunjukkan cincin emas putih kepada Seungkwan.

"Cih. Begitu saja kau tidak bisa.." Seungkwan mencibir.

"Kau akan gugup pula jika suatu saat kau menikah dengan Yehana!"

Dokyeom mencari-cari sesuatu di tanah. Dokyeom menemukan sebuah dahan pohon, tampak seperti buku-buku jari, kemudian berdiri berhadapan dengan Seungkwan.

"Kau berpura-pura sebagai wali, dan pendeta. Aku akan berlatih membacakan ikrar pernikahan!"

Seungkwan hanya mengiyakan. Dokyeom memperagakan rangkaian upacara pernikahan. Dahan berbentuk jari itu dipakaikan cincin tersebut. Dokyeom kemudian memulai sebuah tarian tradisi pernikahan. Tertawa bersama dengan Seungkwan jika peragaan upacara pernikahan tersebut ada kesalahan. Dokyeom meletakkan kembali cincin dari dahan pohon tersebut ke tempat cincin semula.

Saat mereka akan bersiap untuk tidur, Dokyeom mendapati sosok perempuan tak jauh dari tendanya. Ia berdiri di tepi tebing. Perempuan tersebut membelakangi Dokyeom. Memakai gaun putih, rambut pirang kusam bercampur dengan tanah.

"Halo? Nona? Sedang apa malam-malam begini?"

Wanita itu berbalik badan setelah Dokyeom berkata demikian. Dokyeom terkejut hingga terjatuh ke tanah saat melihat rupa sang wanita. Wajah wanita itu menyeramkan, kusam dan kotor serti tanah, namun tak menyembunyikan wajah aslinya, seluruh badannya menyusut hingga memperlihatkan tulang berulangnya.

"Halo.. suamiku.."

"Apa? Aku bukan suamimu!"

Dokyeom lebih terkejut saat ada sebuah cincin--seperti cincin kawin miliknya-- di jari manis si wanita. Jari yang sama seperti dahan pohon yang ia gunakan saat berlatih upacara pernikahan. Ia memeriksa kembali cincin di kotak yang ia kantongi. Tinggal satu. Padahal ia berani bersumpah ada dua cincin yang ia letakkan di kotak itu.

"I-itu cincinku! Apa yang kau lakukan dengan cincinku? Siapa kau???"

"Aku? Aku adalah pemilik jari yang kau sematka cincin itu. Dan kau sudah mengucapkan ikrar pernikahan dan menari tarian tradisi pernikahan. Kau resmi menjadi suamiku, Lee Dokyeom. Ngomong-ngomong namaku Momo.."

Dokyeom mematung saat mayat wanita bernama Momo tersebut mulai mendekatinya. "Jangan mendekat! Aku bukan suamimu!"

"Apa? Kau mengelaknya? Padahal aku hanya ingin menginginkan hakku sebagai pengantin wanita.."

Dokyeom hendak berbalik kabur saat Seungkwan sudah berdiri di belakangnya dan ia mengetahui semuanya. Seungkwan mengikuti Dokyeom yang hendak kabur menuju desa tempat Yuju, calon istri Dokyeom berada.

"Apa yang kau lakukan?!" Seungkwan berteriak saat Dokyeom mendapatkan izin mengendarai kuda milik ayahnya.

"Aku ingin cepat ke pendeta! Aku ingin menikahi Yuju secepatnya!" Dokyeom mulai menaiki kudanya.

"Hei! Aku tau tentang wanita itu! Apa kau yakin? Cincin pernikahan itu ada di jari wanita menyeramkan itu!!"

Dokyeom berpikir sejenak. "Ikut aku!"

.
.
.

Butuh waktu hingga pagi saat Dokyeom dan Seungkwan menuju desa tempat Yuju berada. Dokyeom menuju gereja katedral tempat ia akan menikah dengan Yuju. Disana berkumpul beberapa pendeta.

"Pendeta!"

Salah satu pendeta yang paling tua menghampiri Dokyeom dan Seungkwan.

"Ah. Ini anak muda yang akan menikah dengan Nona Choi. Ada yang bisa kubantu, Anak Muda?"

"Pendeta. Apakah ... jika seseorang mengucapkan ikrar pernikahan dan menari tarian tradisi apakah pernikahan tersebut sah hukum pernikahannya, Pendeta?"

Dokyeom menunggu jawaban dengan pasti dari sang Pendeta. Namun si Pendeta tau ada yang aneh dengan sikap Dokyeom.

"Mengapa kau tanyakan pertanyaan konyol yang bahkan kau sudah tahu jawabannya, Anak Muda?"

Dokyeom langsung menciut hatinya. Seungkwan hanya menatap Dokyeom dengan tatapan ketakutan.

Dokyeom tiba-tiba tersenyum. "Ah, bukan apa-apa, Pendeta. Aku... hanya bertanya saja..."


"Dia tidak bertanya!"


Seluruh isi gereja terkejut saat angin berhembus menghantam pintu utama gereja. Sosok mayat wanita bernama Momo tadi tampak di depan pintu. Seungkwan dan Dokyeom sudah ketakutan kuadrat.

"Dia sudah menyematkan cincin pula di jariku! Aku hanya meminta hakku sebagai pengantin wanita!"

Terlalu berkilau cincin emas putih tersebut hingga jelas terpampang di mata para pendeta di gereja katedral tersebut.

"T-tenang. Bisakah kami mendiskusikan terlebih dahulu?" Pendeta muda menyela sejenak.

Mayat wanita bernama Momo tersebut menyetujuinya. Seungkwan dan Dokyeom menunggu di sudut gereja dengan was-was. Entah sudah berapa jam desas-desus kejadian di gereja terdengar di seluruh desa. Bahkan rombongan keluarga Dokyeom yang baru saja sampai ke desa. Membutuhkan waktu lama pula para pendeta berdiskusi sementara mayat Momo sudah uring-uringan ingin mendapatkan haknya.

"Ayolah! Kenapa lama sekali! Aku hanya ingin mendapatkan malam pertama bersama suamiku!!"

.

Dokyeom terkejut saat sang calon istri, Yuju datang tergopoh-gopoh menerobos kerumunan dan masuk gereja.

"Apa yang terjadi?"

Dokyeom hanya menangis menyesali perbuatannya. Ia tak berani cerita pada Yuju. Seungkwan pun memberanikan diri menceritakan semuanya kepada Yuju.

Yuju terkejut. Menatap si mayat dengan nanar.

"Maafkan aku Yuju.. aku tidak bermaksud.."

Dokyeom hanya melihat Yuju terdiam menatap si mayat wanita. Tak lama berselang, para pendeta keluar dari dalam satu ruangan di gereja menemui Dokyeom dan seluruh warga desa.

"Kami akan mengumumkan hasil diskusi kami.." ucap si pendeta muda.

"Kami menyimpulkan bahwa .. apa yang dilakukan oleh Tuan Lee Dokyeom itu sah. Ikrar pernikahan, penyematan cincin dan tari tradisi pernikahan. Semua itu sah.."

Dokyeom teriris hatinya. Kesalahan kecilnya berakibat fatal. Ia batal menikahi Yuju. Seungkwan tak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan Dokyeom di sebelahnya. Seluruh warga desa tampak terkejut sama seperti Yuju.

".. tapi.." Pendeta tua menyela. "Kami tidak mengakui adanya pernikahan dengan orang yang sudah tiada. Jadi. Kami simpulkan. Penyematan cincin tersebut tidak sah.."

Momo si mayat wanita terkejut.

"Tidak... tidak. Kumohon aku hanya ingin menikah dengan semua impianku. Aku hanya memiliki impian... menikah dan memiliki keturunan!!"

Mayat Momo seperti terbakar, perlahan menyusut hingga menyisakan tulang berulang. Seakan lemas dan tak berdaya, mayat Momo jatuh terduduk jika tidak ditangkap oleh Yuju. Momo menatap Yuju tak mengerti.

"Aku akan mewujudkan impianmu"

Momo semakin menyusut hingga menyisakan tulang dan tengkorak. Gaun putih yang dikenakan masih utuh seperti ia menghantui Dokyeom dan Seungkwan semalam. Yuju mengumpulkan tulang berulang tersebut, mengambil cincin di tulang jarinya dan membawa tulang berulang Momo ke tepi sungai.

Yuju memerintahkan sejumlah pria untuk menggali tanah dan menguburkan tulang Momo disana, bersama gaun pengantin tersebut.

"Hei. Kami semua tidak akan melupakanmu. Kau akan senantiasa diingat. Bukan hanya aku, tapi seluruh keturunanku nanti," ucap Yuju sembari mengambil bunga kamboja yang tergeletak tak jauh dari sana untuk menghiasi kubur Momo.

Dokyeom berlari menghampiri Yuju di saat Yuju akan berjalan kembali ke gereja.

Mereka saling bertatapan. Yuju meletakkan cincin emas putih di tangan Dokyeom, lantas mengelus pipi sang calon suami.

"Kau melakukan hal yang benar.." ucap Dokyeom. Yuju hanya tersenyum simpul.

"Dia istrimu juga, kan? Hahaha.."

"Tidak! Istriku hanya kau!"

Mereka berdua hanya tertawa setelah itu. Berpelukan dan berciuman tanda permintaan maaf telah diterima.

.

Pesta pernikahan mereka berdua pun tetap digelar sesuai rencana. Acara dihelat dengan megah. Dokyeom tampak gagah menggandeng Yuju yang anggun dengan gaun putihnya setelah ikrar pernikahan diucapkan. Menaiki kereta kencana dan pergi berbulan madu.

.

Yuju tak main main dengan ucapannya. Ia dan Dokyeom hidup bahagia dengan anak-anak mereka. Yuju kerap menceritakan cerita The Corpse Bride, asal muasal tragedi yang menimpa Momo, kepada anak-anaknya. Dilanjutkan kepada cucu-cucunya. Terus-menerus dilakukan agar Momo tidak terlupakan. Dokyeom dan Yuju kini hanya menikmati hari tua mereka mengenang Momo dan rona bahagia anak cucu mereka.




--selesai
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.