Notes

2 polis yg ada di yunani yg bersangkutan dengan bidang olahraganya, keadaan alam memiliki andil yg tidak kecil Dalam pembentukan peradaban yunani. Keadaan geografis juga mempermudah adanya desentralisasi politik. Gunung gunung dan teluk teluk di Yunani tak terhitung banyaknya menghalangi komunikasi melalui darat. Lembah-lembah dan dataran-dataran rendah yg terpisah-pisah Merupakan unit-unit geografis dan ekonomi yang bersifat alami. Juga merupakan pemisah kesatuan unit politik yg disebut polis atau Negara kota, yang wilayahnya meliputi kota itu sendiri dan daerah-daerah sekitarnya.
Yunani walaupun kecil, memiliki banyak polis. Dua polis yg terkenal dan paling menonjol dalam hal kegiatan jasmani adalah SPARTA dan ATHENA. Kedua polis itu juga dipergunakan untuk Memberi ilustrasi adanya dua kutub pencapaian yg berbeda dalam sistem pemerintahan di yunani. SPARTA memiliki sistem pemerintahan Oligarkhi militer yg keras dan terisolasi, sedangkan ATHENA merupakan pusat percobaan besar dibidang demokrasi.
Bangsa yunani menganut kepercayaan terhadap dewa dewi (polytheisme). Dengan membaca karya Homerus (seorang penyair buta dari asia minor) Memudahkan pemahaman tentang adanya hubungan yg erat sekali antara dewa dewi dan manusia sebagaimana kepercayaan orang yunani yang Telah mengakar itu.
Polis SPARTA yg terletak didataran rendah Laconia betul-betul Terbentuk pada tahun 600 SM.
SPARTA membangun konstitusinya di atas sistem kasta yg kuat, untuk menjaga kemungkinan timbulnya Pemberontakan baik dari dlm maupun dari luar, dengan membagi penduduk menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Citizens atau org" SPARTA sendiri Merupakan 5%-10% dari seluruh penduduk dan mempunyai hal pilih, terdiri dari para penguasa dan tentara.
2. Kaum Helot adalah sebagian Besar penduduk SPARTA yg terdiri dr kaum tani, buruh tani dan pelayan org" SPARTA.
3. Kaum Perioikoi atau org yg tinggal di pinggiran (Sub-urban), hidup sebagai petani, pekerja tambang, dan pedagang.
Sistem SPARTA yg militeristis dan defensif menuntut latihan Kemiliteran yg keras dalam masyarakat. Penduduk hidup dalam tradisi yg penuh dengan kedisiplinan. Begitu pula dengan sistem Pendidikannya, juga bersifat konservatif-sosial dan aristrokratis yg bertujuan untuk mempersiapkan tenaga" terampil di bidang Kemiliteran agar mampu membela serta mempertahankan negara dan bangsa dari serangan bangsa lain. Pendidikan di SPARTA hanya ditujukan Pada pendidikan kejasmanian saja dan mengabaikan pendidikan intelektual, sehingga SPARTA tidak mempunyai ahli-ahli filsafat, sejarah ataupun pengarang.
Sifat aristrokratis dan sosialis dalam pendidikan di SPARTA terlihat pada sifat solidaritas yg terdapat pada kaum Yg berkuasa.
Pada usia 7 tahun, anak laki laki harus meninggalkan org tuanya untuk memasuki pusat Pelatihan militer. Mereka dididik bernagai hal dan diindokrinasi untuk cinta pada tanah air. Membaca dan musik juga diajarkan, namun Lebih dari itu mereka juga berlatih berkelahi, pentathlon (lempar cakram, lempar lembing, lompat jauh dan gulat), serta menggunakan senjata.
Gadis-gadis juga menjalankan latihan fisik yg keras yg juga nantinya dapat menjadi seorang ibu yg kuat pula. Pada usia 18 tahun, remaja-remaja tersebut disebar keseluruh daerah untuk bertugas sebagai pengawas kaum Helot dan Prioikoi, juga bertugas sebagai Pengawas daerah. Berburu merupakan salah satu bentuk ujian yg digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan tubuh yg dicapai.
Pada usia 30 tahun, setelah dibina dan dilatih dengan cara berat yg penuh tantangan dan resiko, para pemuda diakui dan diberi hak Sebagai org dewasa. Pada masa dewasa inilah mereka baru diijinkan untuk berumah tangga dan berpolitik.
Penendidikan kepada anak" Gadis di SPARTA ditekankan pula pada perkembangan jasmaninya, sehingga mereka juga melakukan latihan jasmani bersama dengan para pemuda.