NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Aku sekarang mengerti beberapa hal. Berkat ponselku, aku mengetahui bahwa aku hanya kembali ke sepuluh hari sebelum, yeah, itu.. aku tak ingin menyebutkannya.

Dan hari ini sudah hari kelimanya.

Kami melakukan banyak hal lima hari ini. Kami memang selalu melakukan banyak hal juga sebelumnya. Dan rasanya pun sama, tidak pernah cukup bagiku—dan baginya juga, mungkin—pada setiap dua puluh empat jam yang kami lewati. Terkadang aku ingin waktu berhenti untuk kami yang tidak pernah ada habisnya dalam melakukan banyak hal, hanya berdua.

Selama lima hari ini pun aku belum menceritakan apapun mengenai hal aneh ini. Aku bahkan berusaha melupakannya, menganggap kejadian hari itu adalah mimpi dan di sinilah kenyataannya.

Namun sayang, keduanya merupakan kenyataan.

"Hey, nona. Apa yang bisa kubantu?"

Aku menghentikan kegiatan memotongku untuk sekadar menoleh padanya dan mendapatinya tengah bersandar pada dinding dekat akses keluar-masuk dapur—ya, dapur kami tidak berpintu.

Mendengus, "Siapa nona?" aku bertanya dengan nada ketus. Lalu kembali pada kegiatanku yang tertunda, "Kalau hanya ingin menggangguku, lebih baik kamu keluar saja sana!"

Dia tertawa, sepertinya sangat puas membuatku kesal. Ketika tawanya sudah tak kudengar lagi, sepasang tangan sudah melingkariku dan sapuan ringan bibirnya di tengkukku. Otomatis membuatku berjengit dan langsung mendorong jauh tubuhnya sampai dia terduduk di salah satu kursi makan. Dan dia melanjutkan tawanya.

Entah karena aku lupa menaruhnya, alhasil kini posisiku ada di hadapannya dan tengah menodongnya dengan pisau dapur. Hingga bayangan bagaimana dia tergeletak tak bernyawa kembali hadir dipikiranku..

Posisi fetalnya..

Luka tubuhnya..

Genangan darahnya..

Astaga! Apa yang tengah kulakukan?!

Aku segera menjatuhkan pisau itu ke lantai. Bodoh, bodoh, bodoh! Aku meringkuk, tremor menyerangku. Aku kembali menangis, memeluk kedua lututku. Apa yang sudah kulakukan, Tuhan...

Pikiranku benar-benar kacau. Lima hari ini aku sudah sebaik mungkin menjalani hidup kembali bersamanya tanpa bayang-bayang mengerikan itu agar dia tak curiga. Namun sebilah pisau tadi menghancurkan semuanya, meluapkannya dalam sekali genggam.

Kurasakan kehangatan menyelimutiku. Lalu tepukan di punggungku. Dan aku kembali pecah.

"Sssh, tenanglah." ucapnya, mencoba menenangkanku.

Aku pun berusaha tenang tapi semuanya berujung gagal. Histeria masih melandaku. Bayangan itu, rasa kehilangan itu, semuanya itu nyata. Tak bisa kuabaikan sedikitpun.

"Sebenarnya kamu kenapa?" Dia bertanya karena ketidaktahuannya, jadi bukan salahnya aku masih tidak dapat menenangkan diri.

Sekali lagi aku berpikir. Apakah tepat untuk memberitahukannya? Apakah semua akan baik-baik saja setelahnya? Atau malah aku melanggar hukum alam dan berakhir petaka bagiku dan baginya?

Semakin aku memikirkannya, semakin aku ingin menyerukannya.

"Kamu tahu,"

Dan aku memutuskan untuk menceritakannya.

"Jangan menyelanya sebelum aku selesai," setelah ia mengangguk, aku melanjutkannya.

"Jadi, ada—tidak, banyak hal yang membuatku tidak karuan. Aku sudah ingin menceritakannya padamu tapi aku.. aku masih tak yakin dengan semua hal ini. Apalagi kamu itu orangnya terlalu kritis! Kuyakin, begitu kuceritakan kamu akan melontarkan banyak pertanyaan."

"Aku.. aku belum mendapatkan kata yang pas. Aku tak ingin membuatmu sama kacaunya denganku begitu.. begitu.."

"BEGITU AKU BILANG KALAU SEHARUSNYA KAMU SUDAH MATI!"

Dan aku mengatakannya.

Hening mendominasi suasana. Aku memperhatikan wajahnya yang airnya berubah setiap selang detiknya, seperti kebingungan. Aku juga melihat jakunnya bergerak turun, seperti menelan sesuatu yang mungkin saja itu liurnya.

Entah sudah berapa lama kami bertahan pada posisi ini, aku tak menghitung. Respon diamnya tidak terprediksi olehku. Apakah dia marah? Atau mungkin dia menganggap apa yang kuucapkan tadi sudah kelewatan? Ah, aku tak ingin membuatnya berpikir begitu..

Seketika aku kembali menangis dalam diam. Memeluk kedua lututku dan menyembunyikan wajahku di sana. Aku pasti benar-benar membuatnya marah..

"Jien," tepukan pada pundakku dan aku mendongak karenanya, "Hey, kenapa kembali menangis?" ketika kedua tangannya menangkup kedua sisi pipiku, ibu jarinya bergerak menyeka air mata yang turun.

"Tenangkan dirimu dulu, ya? Kupikir kita membutuhkan ruang yang lebih leluasa." dan dia menuntunku ke ruang tengah, menuju sofa untuk melakukan sesi penenanganku yang biasanya. Ya, aku membutuhkan itu, kurasa.

Dan kami melakukan hal yang seperti biasanya, di mana dia akan duduk, dan aku pun duduk. Kedua tangannya melingkari bagian pinggangku, memberi kenyamanan yang biasa kusuka. Aku bersandar padanya dan dia pun bersandar padaku, walau tubuhnya lebih condong ke depan.

Aku melihat refleksi kami pada layar hitam televisi di depan. Kedua iris mata miliknya tengah menangkapku, aku yakin itu, meskipun jaraknya cukup jauh dariku.

"Jadi, sudah tenang, hm?" dia bertanya setelah beberapa menit terlewati, memastikan. Dan aku menjawabnya dengan anggukkan lemah.

Aku berganti menatap langit-langit ruangan yang hanya putih. Sedikit membantuku menenangkan diri lebih lanjut.

"Jadi, seperti kataku tadi," aku menjeda, menurunkan volume untuk kata selanjutnya, "Kamu seharusnya sudah mati.."

Dan kurasakan pelukannya melonggar. Lalu tahu-tahu aku sudah berputar, menghadapnya. Detik pertama aku melihat wajahnya, aku terkesiap. Tatapannya memancarkan banyak kebingungan dan tengah mencari jawabannya sendiri melalui kedua mataku. Aku tak bisa mengalihkan padangan. Aku tak mau memandangnya di saat aku tak punya jawaban yang cukup untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

"Apa maksudmu? Bisa kamu perjelas sedikit, mungkin? Tapi tidak perlu terburu-buru, waktu kita masih banyak." dan dia tersenyum mengakhiri kalimatnya.

"Banyak? Waktu kita tak banyak.." emosiku sedikit naik, "Hanya tinggal lima hari lagi, dab apa itu banyak?"

"Jadi, aku sebenarnya adalah aku di beberapa hari yang akan datang. Sebelumnya kau sudah mati, dan aku melewati hari-hari berat mengurusi pengebumian ragamu. Dan setelahnya, entah kenapa aku bisa terdampar ke sepuluh hari sebelum kematianmu.. lalu hari ini sudah hari kelima yang kulewati.. dan lalu.."

Dan aku kembali terisak, begitu menyedihkannya mengingat hari-hari itu dan hari ini di mana aku memberitahunya sesuatu yang bersangkutan dengan ya.. hal itu.

"Aku, awalnya sangat senang dapat kembali bertemu denganmu. Jadi aku bisa menyatakan bahwa kejadian itu hanyalah mimpi semata dan aku mendapatkan kehidupanku kembali bersamamu."

"Namun entahlah, jam alias waktu tak pernah bohong. Dia menunjukkan waktu yang sebenarnya. Membuatku tidak bisa kembali mengharapkan fakta bahwa ini mimpi.. karena sepuluh hari dan setelahnya benar-benar aku lewati."

Lalu kami kembali terdiam. Isakanku sudah dapat kukontrol dan aku sudah tenang. Sekarang aku menunggu respon darinya, yang entah aku tidak mau mencoba menebaknya. Terlalu, terlalu sulit bagiku..

"Hey, Jien." dia mulai membuka kembali suaranya. Aku menatapnya takut-takut, senyumnya tidak ada di sana.

"Kurasa, aku membutuhkan waktuku sendiri."

Suhu kalimatnya menurun. Aku otomatis menyingkir darinya, memberinya jalan untuk keluar. Dan ia melangkah pergi.
     
 
what is notes.io
 

Notes is a web-based application for online taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000+ notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 14 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.