Notes

Kerap kali orang menganggapnya sosok yang sombong dan tak bersahabat lantaran wajahnya yang terlihat meninggalkan kesan pertama seperti itu. Namun jauh lebih dekat lagi, Minha ialah sosok yang hangat dan tidak sunkan tertawa bersama. Memang dulu ia adalah sosok yang jarang tersenyum lantaran memang ia sangat berbeda dengan kakak dan ayahnya. Namun perlahan sifatnya yang acap kali jutek, dan jarang tersenyum meluruh kala seorang wanita kembali hadir menghangatkan keluarganya, dan kala ia bergabung di antara banyaknya orang, dan merasa nyaman.

Kini Ia mau berbicara pada siapa saja yang berada di sekitarnya. Ia tidak pemilah dalam hal bermain keluar dan semacamnya. Hanya saja ia masih sosok yang tidak banyak bicara, dan tidak mudah terbuka pada siapa saja karna dirinya yang tak mudah percaya pada orang lain. Ia maskb Minha yang mempunyai kesan tak bersahabat pada paras wajahnya. Seseorang yang ambisius, namun sedikit pemalas. Sosok yang keras kepala lantaran sikap /sedikit/ manjanya yang tanpa ia sadari timbul karna kasih sayang kedua orang pria yang lebih tua darinya yang selalu memenuhi keinginannya, dan menjaganya dengan protektif.

BACKGROUND STORY

"Summer 2000. A woman cries in Seoul National Hospital. Silence, then a child cry answers. Some say it was divine intervention others a cruel experiment. I am born.” ( Kutipan diambil dari bio Jamie Bow )

Terlahir di tengah-tengah keluarga yang bisa dibilang /cukup/ berkecukupan. Shin Minha tumbuh dengan sifat yang berbeda di antara keluarganya yang lain. Bukan. Keluarganya bukan merupakan keluarga kaya yang isinya ialah orang-orang berwajah datar dengan garis ketegasan yang kentara pada tiap lekuk garis yang membentu mata, hidung, dan yang lainnya. Justru kebalikannya. Keluarganya memang bisa dibilang keluarga yang memiliki harta yang cukup lantaran keluarganya merupakan pemilik beberapa hektar kebun buah pear yang ada di kampung halamannya. Meski begitu, keluarganya ialah keluarga yang hangat, ramai, dan menyenangkan. Ayahnya, Shin Yongguk ialah sosok pemimpin keluarga juga pengusaha yang menyenangkan dan humoris, sedang Ibunya sudah meninggal kala ia berumur enam tahun karna tumor yang hinggap pada tubuh rampingnya. Kakaknya sendiri ialah sosok pria yang cukup banyak bicara seperti Ayahnya, tak heran kalau pemuda yang berusia lima tahun di atasnya itu kerap kali menggoda Minha sejak mereka masih balita.

Awalnya ia merasa beruntung memiliki seorang ayah yang walau tidak lagi memiliki seorang isteri, ayahnya terlihat tidak pernah menunjukkan tanda-tanda akan menghadirkan sosok wanita lain di antara mereka. Namun rasa senang dan pikiran itu berubah seratus delapan puluh derajat tatkala ia berusia delapan tahun. Ayahnya membawa seorang wanita saat makan makan malam, dan meminta izin untuk kembali menikah. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Minha dan sang kakak, terlebih Minha ialah sosok yang selalu menuruti perkataan sang kakak. Maka saat kakaknya berkata menyetujui pernikahan kedua sang ayah, Minha pun terpaksa untuk ikut menyetujuinya dan membiarkan Ayahnya menikah dengan wanita yang setelahnya diketahui bernama Han Jiwon atau nanti akan berganti menjadi Shin Jiwon.

Han Jiwon merupakan wanita berusia tiga puluh delapan tahun yang bekerja sebagai seorang guru seni di salah satu sekolah negeri di Seoul. Wanita yang memiliki wajah yang Minha akui sedikit mirip dengan ibunya itu nyatanya ialah sosok wanita yang ramah, baik hati, dan sangat keibuan. Minha yang cukup lama tidak bisa menerima kenyataan kalau ia memiliki seorang ibu lagi, nyatanya berhasil membuka hati untuk Jiwon lantaran kelembutan hati, juga sikap wanita itu. Semenjak kehadiran Jiwon pula, sifat jutek Minha perlahan meluruh, dan seiring pertumbuhannya, Minha kerap kali belajar bermain musik dengan Jiwon, dan saat berumur sepuluh tahun juga Jiwon mengajak Minha untuk mendaftar di salah satu kursus musik untuk anak dan remaja yang dimiliki temannya. Minha pun tak menolaknya, terlebih dirinya yang sangat merindukan sosok 'ibu', Minha pun menuruti semua yang ditutun Jiwon kepadanya.

Bisa dibilang semenjak itu pula, Minha menyukai dunia musik. Ia menyukai bagaimana ia bisa dibawa mengalir oleh lantunan nada dari hasil jarinya yang bersetubuh dengan not-not piano miliknya. Meski tak ada satupun dari pihak sang Ayah dan Ibu kandungnya yang bergelut dalam bidang musik, Minha rupanya memiliki bakat untuk lihai bermain musik dan melantunkan suara yang merdu. Ia bersyukur memiliki Han Jiwon di samping Ayahnya, hadir di tengah-tengah keluarga kecilnya. Ia mencintai musik sebagaimana ia mencintai Jiwon dan Tuhan yang tengah mengaruniakan berkat untuknya. She said, beauty is so much more than surface. It’s deep, and comes from the entire makeup of who we are. It’s our actions…words…feelings..

Mengikuti perkumpulan teater musikalisasi, bergabung dengan tim paduan suara, mengikuti lomba-lomba kecil di bidang musik. Jiwon membimbing Minha untuk aktif dalam membangkitkan jiwa seninya lebih lagi. Hingga beranjak remaja pun Minha lebih memilih saran dari sang Ibu, dari pada sang Ayah dengan tak mengurangi sedikit pun rasa hormatnya. Hingga saat Jiwon menuntun Minha untuk memasuki sekolah kejuruan musik, dan /beruntung/ Ayahnya setuju dengan memilihkan salah satu sekolah terbaik di negeri ini. Minha menganggukkan kepalanya pertanda menyetujui. Ia sadar, di dunia ini—bahkan di negara ini—ia beruntung memiliki orangtua dan kehidupan yang sesuai dengan keinginannya, disaat yang lain mungkin harus berjuang mendapat izin untuk menggapai mimpinya, ia justru mendapat dukungan besar.. Ia bersyukur, dan apakah kau mau tahu sekolah mana yang menjadi pilihannya dalam mencari ilmu tentang mimpinya? Yongsan International School of Seoul. Kita berdoa saja, ia bisa berhasil memasuki sekolah yang menjadi incaran ratusan—atau bahkan ribuan—pelajar di Korea Selatan.