Notes

To my best friend,
Seribu Perhiasan Pemberian Allah Yang Baik Sekali
(Alfiani Zukhruful Fitri Rifa'i)

Mengingat yang tadi, gimana ya ngejelasinnya. Maaf kalo bahasaku di bawah ini menyinggung, kurang jelas, dan yang lainnya. I can't express what is in my brain well, bahkan ke kamu yg notabene orang yang kupercayain buat menerima semua keluh-kesahku

Aku yang salah. Otakku kacau kemaren, habis nyari² jas lab gak ketemu, tugas ngecat seni budaya yang entah baru ada niatan ngerjain malam itu dan tekanan dari kelompok inggris peminatan yang gak mau kerja.

Yesterday, I was faced on two choices which was very hard to do. Your best friend, or your "principle". Prinsip gak pacaran karena dilarang oleh Islam. Ntah kenapa aku tiba-tiba ada pikiran gitu lewat. Ya kayak weird aja seh kalo ada temen yang manggilnya kayak gitu. (Ye ini salahku juga seh gampang baper :( ), dan aku nanggepnya ya kayak omongannya orang pacaran.

So, I spoke up and told you what I think. And sorry if my words and sentences really hurt your feeling really deep until you drop your priceful tears :( sumpah aku gak nyangka reaksimu bakal gitu. I trusted you as the best companion i've ever met yang bakal mendengarkan dan bersikap b aja, ternyata beda 180°. Damn, my brain screwed me up real hard :'(

Still, pagi itu aku bingung harus ngapain. Apakah harus mengikuti angin (diem aja dan melihat apa yang bakal terjadi) atau melawan angin (berusaha ngehubungin kamu dengan risiko cuman R doang, pertanda kamu malah mangkel). Walau biasanya kalo ada permasalahan gini, aku bakal ngikuti angin. But, I know that I can't AND MUST NOT let things went wrong too far, because I know how precious you are in my live, and I can't let you go from my live, Meine Alpha. I realize that there's a high chance to make matters worse, and I dared to take the risk. But it failed. It's okay though, memang udah konsekuensinya, dan aku udah menerima dengan sepenuh hati. Udah tak maafin kok kalo misalnya kamu mau minta maaf.

Sumpah, hari itu aku gak fokus seharian. Memikirkan hal buruk yang kulakuin ke kamu. Lyk, "what have you done to the person that puts all her hopes, feelings, thoughs, and especially TRUST on you, and you just screwed her in a matter of seconds! Malu woy!". Jadi aku memutuskan untuk ngomong ke salah satu orang yang memang bener-bener tak percayain buat membicarakan permasalahan ini. Sikap terbaik apa yang sebaiknya kuambil.

He said "Fik, perempuan itu memang kayak gitu. Intinya gini, Ketika kamu ngomong hal yang memang baik kepada seseorang yang tidak mau mendengar perkataan, ya percuma. Mending diamin aja, ntar bakal sadar sendiri apa yang telah dilakuin dan bakal ngomongin apa yang ada di pikirannya". So that's it. Aku mencoba mengaplikasikan prinsip burung dan sarang ku lagi kali ini, walau aku mulai goyah apakah persahabatan ini bisa dilanjut atau nggak, dan berusaha mengikhlaskan seandainya kamu memang bener² meninggalkan orang yang kau anggap "rumah" ini, walau hal ini sangat sulit dilakukan.

Cutting our strong bond is the least thing that I wanted in my live, mengingat betapa bahagia dan berartinya aku dalam hidupmu, dan betapa bangganya aku bisa menjadi "rumah" bagi seseorang, padahal tidak pernah ketemuan secara langsung. Dan aku tidak ingin membayangkan apa yang terjadi pada kamu ketika aku memutus ikatan ini.

Okay lanjut. Tadi pagi aku memutuskan untuk memancing kamu buat ngomong setelah berdiam diri seharian penuh dengan menanggung banyak hal² buruk yang terjadi di sekolah yang sebenernya bisa dicurahkan langsung kalo kamu ngomong ke aku, berharap kondisi kita gak canggung kayak kemaren. But that's it, some wounds left marks, like this one. Both on you, and me. Dan aku bener² nyesel telah melukai perasaan orang yang menjadikanmu sebagai tempat untuk beristirahat setelah seharian penuh yang melelahkan 😥

Lalu kamu menanyakan, "Who am I to you?". Dengan keadaan yang agak tertekan karena takut salah jawab, tak jawab "a really close friend". Soalnya aku bingung gimana ngejelasin kamu di kehidupanku.

Because, YOU ARE EVERYTHING. Kau adalah buku tempat aku mendapatkan ilmu. Kau adalah cermin tempat aku merefleksikan diri. Kau adalah guru yang bisa menjelaskan fisika kepada orang yang membenci fisika. Kau adalah "rumah" tempat aku bercerita dan membuang uneg² negatif yang ada di pikiranku. Kau adalah "malaikat" yang mampu menyejukkan hatiku yang terkadang berbolak-balik melebihi air yang mendidih. Kau adalah salah satu dari orang yang beruntung yang mendapatkan kepercayaan penuh dariku. Kau adalah teman yang selalu ada tatkala aku ada masalah dan kegundahan yang menghampiri. Banyak lagi kalo mau tak sampein

Dan sekarang aku nyadar
"Ketika dia mengucapkan panggilan manis untuk menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya padamu, kenapa kau melarangnya? okelah ada tujuan lain. Tapi, apakah yakin dia bertujuan untuk itu? Nggak!"

Dan aku nyadar, ya memang caramu gitu dalam menyampaikan terima kasih. Dan dengan menghentikan kebiasaan menyebut "Meine Alpha" yang telah berhasil memotivasi harimu bakal ngena banget gaenaknya.

Jadi, aku nyesel bilang gini (walau implikasinya nanti sangat baik). Aku harus narik kata-kataku tadi pagi.

Maukah kamu kupanggil "Meine Alpha" lagi?

Dan akhirnya aku merumuskan sama yang pernah kamu twit (yang telah kamu hapus sekarang :v)

"I don't want you to leave. Please? Although I have no idea how to make you stay."

It's your choice. I deserve all the things you say and will gladly accept :))