Notes

Herbal

Menurut kamus bahasa inggris, herb atau herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan.

Menurut salah satu dosen di Indonesia, Prof. Maksum Radji, agar sebuah obat herbal bisa dinyatakan aman, produk tersebut haruslah terlebih dulu dibuktikan secara ilmiah keamanannya melalui serangkaian uji klinis. Antara lain uji toksisitas akut, uji toksisitas sub-akut, uji toksisitas kronik, dan uji teratogenik. Obat herbal juga harus diuji dosis, cara penggunaan, efektivitas, monitoring efek samping, dan interaksinya dengan senyawa obat lain. Menurutnya, kebanyakan obat herbal yg beredar di Indonesia tergolong dalam kategori jamu dan OHT (Obat Herbal Terstandar).

Keduanya merupakan jenis obat tradisional yang belum terbukti keamanannya berdasarkan uji klinik. Hasil percobaan praklinik inilah yg seringkali dijadikan dasar bahwa obat herbal dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara itu, jamu yang biasanya menggunakan rebusan kombinasi rempah dan variasi resep turun temurun, tidak memiliki dosis dan indikasi yg pasti.

Sedangkan menurut Dr. Peter Canter dan Prof. Edzard Ernst dari Peninsula Medical Selandia Baru, mengungkapkan bahwa sampai sejauh ini bukti klinis kuat yg dapat membuktikan efektivitas jamu dan obat herbal untuk menyembuhkan penyakit masih sangat terbatas. Dan karena potensi efek samping dicurigai lebih besar dari manfaatnya, kurangnya bukti medis ini dapat diartikan bahwa penggunaan obat herbal tidak direkomendasikan.

Meski terbuat dari bahan alami, semua rempah juga mengandung senyawa kimia yg berpotensi menimbulkan risiko efek samping merugikan. Contohnya yaitu Jamu Temulawak. Temulawak diklaim ampuh sebagai obat peningkat nafsu makan dan mengatasi sembelit, namun tak banyak yg tahu bahwa temulawak memiliki sifat pengencer darah yg bisa menyebabkan perdarahan ginjal akut pada penderita penyakit hati.

Resiko efek samping juga mungkin termasuk dari produk impor yg terkontaminasi dengan bahan kimia pertanian atau organisme asing lain selama proses pembuatan di negara asalnya. Misalnya, obat-obatan herbal yg diragukan kesegaran dan kualitasnya berpotensi mengandung jamur Amanita Phaloides yg memproduksi Aflatoksin yg bisa merusak hati.

Selain itu, sejumlah suplemen viagra herbal impor asal Cina telah dibuktikan mengandung hingga empat kali lipat dosis campuran senyawa kimia dari obat medis resep yg biasa digunakan untuk menangani obesitas dan anti-impotensi, yang dapat menyebabkan efek samping serius seperti gangguan jantung dan tekanan darah. Padahal, produk suplemen herbal sama sekali tidak boleh mengandung obat sintetik.

Mengonsumsi jamu dan obat-obatan herbal sebagai alternatif pelengkap dari obat sintetik baik resep maupun nonresep sebenarnya boleh saja dilakukan. Obat herbal racikan berupa rebusan relatif aman karena zat-zat toksik yag mungkin terkandung di dalamnya seperti misalnya, daun singkong mengandung sianida yg sudah mengalami perubahan struktur kimia sehingga aman untuk dikonsumsi. Obat herbal racikan dengan metode lain juga harus selalu dipertanyakan keamanannya.

Tapi, suplemen herbal biasanya baru menampakkan manfaatnya jika dikonsumsi rutin dalam jangka panjang. Karena itu obat herbal sebaiknya hanya dikonsumsi untuk menjaga kesehatan, pemulihan penyakit, atau menurunkan risiko dari penyakit — bukan untuk menyembuhkan.

Untuk penggunaannya, perhatikan juga dosis dan waktu penggunaan jamu herbal jika sedang dalam mengkonsumsi obat lain. Obat-obatan herbal jangan diminum sebelum obat medis, untuk menghindari risiko interaksi senyawa kimia, dan sebaiknya dikonsumsi 1-2 jam setelah obat medis.

Suplemen herbal juga tidak bisa diminum sembarangan karena reaksi tiap orang terhadap obat-obatan bisa berbeda satu sama lain. Meski punya keluhan sama, belum tentu obat herbal yg ternyata cocok untuk kita, akan memberikan khasiat yg sama pada orang lain.