Notes

SNOW FLOWER : EDELWEISS


 Bunga ini hanya tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu yang dingin. Nama lain edelweiss yang terkenal adalah everlasting flower atau bunga abadi. Edelweiss merupakan tumbuhan endemik zona alpina yang adanya di daerah pegunungan Eropa. Contohnya Pegunungan Pirenia, Pegunungan Alpen, Pegunungan Carpathia. Meskipun edelweiss adalah tanaman endemik dari daerah pegunungan-pegunungan yang saya sebutin tadi, tapi edelweiss sebetulnya cuma baru bisa tumbuh di Pegunungan Alpen. Bisa dibilang nama pegunungan yang lain hanya jadi patokan saja.

Bagian bunga dari Edelweiss hanyalah yang bewarna kuning. Bagian ini biasanya layu sekitar satu sampai tiga hari dari bunga mekar, menyisakan kelopaknya yang warna putih sendiri.  Edelweiss umumnya tumbuh pada ketinggian dua kilometer sampai tiga kilometer di atas permukaan laut. Bunga ini juga butuh sinar matahari yang banyak supaya bisa tumbuh dengan baik. Ini salah satu alasan kenapa edelweiss hanya tumbuh di daerah pegunungan saja.  Edelweiss yang mendapatkan banyak sekali sinar matahari bisa mencapai ketinggian optimal, yaitu delapan meter. Tapi, mayoritas hanya sampai kurang lebih satu meter, sementara tinggi batangnya sekitar tiga sampai empat puluh sentimeter.

Bunga ini jenis tanaman favorit pendaki. Jadi, sering dicabut, walau hanya kelopaknya. Ada larangan tersendiri buat mengambil edelweiss. Ada beberapa trivia edelweiss diantaranya :
1. Edelweiss dijadikan simbol nasional Swiss.
2. Ternyata bunga ini juga merupakan bunga nasional Austria.
3. Ada mitos tentang bunga ini.



Cerita / Legenda tentang Edelweiss

Dulu, ada cerita yang mengatakan bahwa terdapat sebuah kerajaan peri yang berada di dalam gua di salah satu puncak pegunungan Alpen. Raja tersebut memiliki seorang putri dikenal sangat cantik, tetapi memiliki hati sedingin es. Oleh karena itu, banyak pendaki yang ingin membuktikan kebenaran cerita tersebut, sekligus bertemu dengan sang putri. Karena letak kerajaan di puncak pegunungan, banyak pendaki yang menyerah terhadap cuaca dingin pegunungan tersebut. Namun, tidak bisa disangkal pula ada pendaki-pendaki yang berhasil mencapai puncak pegunungan dan akhirnya bertemu dengan sang putri. Karena cantik, putri sering dirayu oleh para pendaki. Tapi, sesuai dengan cerita, putri memiliki hati yang dingin dan tidak tersentuh dengan perkataan pendaki. Sampai suatu hari, ada seorang pendaki lain yang berhasil melihat istana dan putri tersebut. Berbeda dengan pendaki lainnya, ia justru tidak menyempatkan untuk berbicara dengan putri. Putri penasaran, lalu memanggil pendaki tersebut. Sang pendaki langsung berkata bahwa ia hanya seorang pendaki miskin yang tidak punya apa pun untuk ditawarkan kepada putri. Sang putri tahu bahwa pendaki tersebut memang apa adanya. Ia mengizinkan pendaki berkunjung ke istana kapan pun. Pendaki pulang, lalu mengunjungi istana sekali setiap hari secara berturut-turut, sampai keduanya punya perasaan lebih. Namun, bagaimana pun sang putri adalah seorang peri yang tidak ditentang oleh ayahnya untuk menjalin hubungan dengan manusia. Sang raja memberikan sang putri kesempatan terakhir untuk berbicara kepada pemuda tersebut. Dikatakan bahwa setelah perpisahan, air mata putri yang jatuh terbentuk menjadi bunga edelweiss.