NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io



Bounded Episode 1

Scene 1 :
Cheongwoo tengah duduk santai. Cuaca yang bagus tentunya membuat sang adam memilih berada di luar rumah, tepatnya ia ada di halaman yang terdapat kursi panjang dan meja kecil disampingnya. "Liburan yang menyenangkan." Ujarnya pelan bersamaan kedua tangan menopang di belakang kepalanya, bersikap santai dan memejamkan kedua matanya. Sudah hampir 2 minggu, Cheongwoo menikmati liburan sekolah umum dan ia barusaja merayakan kelulusannya disana. Sebenarnya masih ada tingkat tertinggi untuknya pijak, tentu saja ia berfikir bagaimana cara memilih pendidikan baru untuk masa depannya. Demi sang ayah yang sudah tua. Cheongwoo sangat ingin sang ayah bangga dengan usaha nya sendiri dalam pendidikan yang ia idamkan beberapa tahun terakhir. "Apakah aku harus ke Seoul?" Ia berucap begitu pelan, bahkan angin deras dari pantai barat pun hampir menenggelamkan baritonnya.

'Krieettt' suara berisik besi itu cukup mengganggu Cheongwoo, lantas sang adam menegak tubuhnya menemukan sosok pria sebaya, Jeongin.

"Cheongwoo-ya.." Jeongin berlari menghampiri Cheongwoo. "Astagaㅡ kau tampak seperti pengangguran dalam 2 minggu ini." Candanya kemudian duduk di samping Cheongwoo. Sedangkan sang adam, hanya diam dan berdecak menemukan Jeongin menunjukkan cengiran saat sedang mengejeknya.
"Lihatlah, kau bahkan semakin tua dariku!" Jeongin semakin kencang mengejek Cheongwoo, apalagi ia melihat kekesalan temannya saat ia muncul. "Berisik! Apa yang kau lakukan? Kenapa datang kemari?" Cheongwoo berdesis dan menurunkan tangannya dari bahu Jeongin.
"Aku lama tak bertemu denganmu, jadi aku kemari.. Yak! Bagaimana dengan pendidikan mu nanti? Sudah menemukan akademi baru?" Jeongin menyandarkan tubuhnya, menatap Cheongwoo.
"Belum, aku tak tahu harus mengambil akademi yang mana.." Cheongwoo menggeleng, wajahnya nampak bingung setelah ia ditanya seperti itu. Ia sejak tadi memikirkan akademi terbaik di Seoul. Namun sedikit jauh dari Boryeong, dan meninggalkan ayahnya seorang diri? Ia belum bisa melakukannya.
"Aku sempat berfikir mengambil akademi yang ada di Seoul, tapi aku memikirkan Abeoji." Ia menutup kedua wajahnya, terlihat jika Cheongwoo frustasi. Jeongin hanya menatapnya kemudian menepuk pundak Cheongwoo. Memberi sedikit dukungan yang di lakukannya, Jeongin tahu, temannya ini sangatlah pekerja keras, begitu menyayangi ayahnya setelah sang ibu meninggal akibat kecelakaan kerja.
"Ya Song Cheongwoo, ini bukanlah dirimu.. Kau tak perlu khawatir dengan ayahmu. Kau masih memiliki paman yang tinggal dua blok dari rumahmu, bukan?" Jeongin berucap. Namun sepertinya ia salah berucap, terlihat wajah Cheongwoo sama sekali tak setuju dengan ucapannya. Ia pun menghela nafas. "Kita masih memiliki banyak waktu mencari akademi." Jeongin kembali berbicara, berharap apa yang ia katakan ini membuat perasaan Cheongwoo membaik. "Sejujurnya disini masih banyak akademi yang bagus.. Ayahmu akan mengerti.." Tambah Jeongin.
"Akupun berharap begitu, Jeongin-ah.. Aku tak mungkin meninggalkannya. Disini pun aku bisa bekerja dan belajar. Tak perlu aku mengambil akademi di Seoul dan kesulitan untuk kemari." Cheongwoo memijit pelipisnya, banyak sekali ujian yang harus ia hadapi. Sang ayah yang tua dan sakit-sakitan, apalagi tak ada yang mengurus ayahnya. Siapa yang akan menolongnya? Paman? Tidak. Ia tak mungkin mempercayai adik dari ayahnya itu. "aku harus pulang, Sooyeon pasti mencariku. Hubungi aku jika kau perlu bantuan. " Jeongin kembali menepuk pundak sahabatnya sebelum beranjak dari kursi, meninggalkan Cheongwoo yang barusaja mendongak menatap punggung Jeongin yang berlalu keluar dari halaman rumahnya. Cheongwoo terdiam, ia tak bisa percaya pamannya untuk menjaga sang ayah selama ia pergi nanti. Entah bagaimana jadinya jika ayahnya dirawat oleh sang paman. "Hah..." Ia menghela nafas sebelum beranjak masuk kedalam rumahnya. Didalam rumah, ia melihat sosok tuan Song berdiam diri dengan menatap kosong jendela di kamarnya. "Bagaimana bisa aku meninggalkan Abeoji disini? Tapi.. Abeoji menginginkanku sekolah disana sampai selesai." Cheongwoo bergumam kecil, ia nampak menatap sang ayah begitu lirih, sebelum beralih menuju kamarnya. Melakukan rutinitas seperti biasanya.

Scene 2 :
Sebuah sekolah dengan bangunan seperti sebuah kerajaan pun penuh dengan beberapa anak muda dengan berbagai map di tangan mereka, termasuk sosok pria muda dengan setelan jas mewah berjalan tanpa menatap orang-orang di sekitarnya. Myungjin hanya lewat begitu saja ketika keluar dari pintu besar utama akademi Boryeong Kingdom. Ia mendengar berita yang beberapa hari kemarin tengah ramai di bicarakan orang-orang keturunan bangsawan seperti dirinya. Jika akademi terkenal itu tengah membuka jalan pendidikan bagi kaum rakyat biasa. Hal yang tak pernah ia pikirkan bagaimana sekolah elit yang hanya didirikan untuk keturunan bangsawan melakukan hal itu. "Pendaftar pun semakin banyak.. Bukan begitu, Eunseo?" Ucapnya dan berhenti melangkah, dihadapannya sosok Eunseo tengah berdiri membelakangi Myungjin.
"Myungjin? Apa maksudmu?" Ia mengerut dahinya, terkejut karena ia bertemu dengan temannya yang terkenal bijaksana namun angkuh, dan juga bingung dengan ucapan Myungjin. Pria itu menyeringai, menggeleng seakan ia menyesalkan ketidak-pahaman Eunseo akan ucapannya. "Sepertinya akan menarik jika rakyat biasa ikut diakademi ini.." Sebuah senyuman tipis Myungjin sematkan untuk sang puan. Ia kini berdiri di samping Eunseo dan menatapnya sesaat.
"Yah... Lebih baik seperti itu, rakyat biasa harus bisa merasakan pendidikan seperti kita." Eunseo ikut tersenyum, berfikir memang akademi ini harusnya dari dulu membuka jalan untuk orang-orang yang bukan memiliki keturunan bangsawan/kaya-raya, jenjang untuk masa depan masing-masing orang pun dapat tercapai disana. "Tapi, menurutmu apa yang membuat akademi ini melakukannya?" Myungjin kembali bersuara, sedaritadi ia berfikir, apakah ada alasan khusus pihak akademi melakukannya? Berfikir jika jumlah anak-anak bangsawan menipis? Konyol. Mana ada hal yang begitu. Myungjin pun melangkah mendahului Eunseo, meninggalkan gadis itu disana.

Eunseo terdiam, benar juga. Perkataan Myungjin terus berputar pada otaknya, memenuhi pikiran Eunseo sampai ia tak menyadari sang adam sudah melangkah jauh beberapa meter darinya. "Im Eunseo?" Suara lembut memecahkan pemikiran keras Eunseo. Seorang wanita berbalut jas hitam dan tinggi semampai kini berdiri di belakang Eunseo, memberikan senyumannya kala ia menatap punggung gadis itu.
"Kau disini? Kau mendaftar?" Tanya nya. Eunseo kemudian berbalik, sosok Hwang Jihee merupakan guru di akademi itu, kedua orang tua Eunseo sangat mengenal Jihee. Wanita yang memiliki pribadi yang baik, sopan, cantik dan berpendidikan. "Selamat siang, Jihee saem!." Sapa Eunseo begitu ramah. Ia membungkukkan tubuhnya pada wanita yang 15 lebih tua darinya itu. Sebuah senyuman Eunseo pertunjukkan untuk Jihee. "Nde, ssaem! Saya tengah mengirimkan form registrasi disini. Mohon bimbingannya, Jihee Saem!" Kembali, Eunseo berbicara kemudian membungkukkan tubuhnya, menunjukkan rasa antusias untuk memasuki akademi elit itu pada Jihee.
"Aku senang jika Eunseo diterima di akademi ini.. Semoga berhasil, aku harus masuk kedalam. Sampai nanti." Jihee berbalik, memunggungi Eunseo sebelum seringai licik nan tipis tersemat pada paras cantiknya, meninggalkan Eunseo dan masuk kedalam gedung akademi.

Scene 3 :
Pendaftaran akademi Boryeong Kingdom sangat penuh dan ramai. Rakyat biasa maupun keturunan bangsawan berbondong-bondong memberikan Map berisikan form register kepada panitia. Termasuk Myungjin dan Eunseo. Keduanya berjalan beriringan memasuki ruangan dimana 4 panitia tengah duduk dengan beberapa map di samping mereka. "Lihatlah, map nya saja sudah sebanyak itu.." Eunseo menyenggol lengan Myungjin, melirik sang adam agar atensi lelaki itu tertuju pada apa yang di maksud oleh Eunseo. Anggukan kecil itu terlihat pada Myungjin, membenarkan ucapan sang puan kemudian ia memberikan sebuah map pada seorang wanita. Jihee, yang kebetulan menjadi salah satu panitia disana.

"Wah-wah.. Myungjin dan Eunseo.. Kalian benar-benar daftar." Jihee tersenyum ramah. Menerima map dari Myungjin dan membukanya sedikit. Menghitung beberapa lembar yang terlampir didalamnya. "Tentu saja, bukankah akademi ini HANYA khusus para bangsawan seperti kami?" Myungjin sedikit menekankan ucapan 'hanya' dengan suara kecil. Senyuman ramah Jihee masih terpatri di wajahnya, menutup map itu dan menulis sebuah angka. "Tapi, kami merubah peraturan itu dari beberapa tahun yang lalu, karena begitu banyak rakyat biasa yang memiliki kecerdasan yang baik, sayang sekali jika mereka yang pintar namun tak memiliki atitude yang baik?" Ucap Jihee, ia menyampirkan map milik Myungjin dan mengambil map milik Eunseo.
"Tenang saja, dengan peraturan baru ini.. Kalian akan menikmati fasilitas dan pelajaran yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya." Tambahnya kemudian menatap Myungjin dan Eunseo secara bergantian. Eunseo hanya diam sesaat Myungjin dan Jihee saling berbicara. Ia menarik pelan lengan baju Myungjin, bermaksud mengajak pria itu keluar dari ruangan. "Terima kasih, Ssaem!" Eunseo membungkuk, tangannya masih menarik Myungjin agar lelaki itu ikut bersamanya.
"Myungjin-ah.. Apa maksud ucapanmu?" Eunseo berbisik ketika keduanya keluar dari ruangan itu. Terlihat wajah Jihee menunjukkan senyuman meremehkan, namun wajah itu kembali berubah kala seorang pria tua dan wajah yang sedikit pucat itu memberikan sebuah map. "Oh, untuk anak anda, pak?" Jihee menatap isi formulir itu dan menangkap nama seseorang di dalam sana.

"Apa? Memangnya aku salah berkata seperti itu?" Myungjin berkomentar, entah mengapa ia merasa Eunseo tak menyetujui ucapannya barusan pada Jihee. Ia memang merasa janggal dengan peraturan ini. Atas dasar apa? "Tidak.. Tapi kau seakan menyinggung peraturan baru itu." Eunseo menjawab. Myungjin menghela nafasnya dengan kasar, ia pasti akan kalah dengan sahabatnya ini.
"Mianhae.." Ucapnya agar Eunseo tak berkomentar lagi mengenai dirinya. Langkah Myungjin mulai melebar, melangkah keluar gerbang akademi.

Hari-demi-hari berlalu, pengumuman pendaftaran Boryeong Kingdom sudah di tutup 3 hari yang lalu, dari ratusan calon murid, hanya dipilih 80 calon yang akan di terima. Berbondong-bondong mereka menghampiri papan mengumuman. Termasuk Jeongin dan Cheongwoo, kedua pria itu berjalan menghampiri papan pengumuman disana. "Kau yakin diterima di akademi ini lagi?" Cheongwoo melirik Jeongin yang begitu antusias, yah sebelumnya Jeongin mengabari Cheongwoo bahwa ia mendaftarkan diri di akademi Boryeong Kingdom. Tentu saja Cheongwoo terkejut, pasalnya disana adalah akademi yang dikhususkan untuk anak-anak yang memiliki keturunan bangsawan. Sedangkan ia dan Jeongin berasa dari rakyat biasa. Namun ucapan Jeongin yang membuatnya mengerut dahi, kalau akademi itu telah membuka pendaftaran untuk rakyak biasa. Bahkan Cheongwoo tak tahu hal itu.
"Tentu saja aku yakin! Sekarang, aku bahkan masuk dalam kriteria calon bangsawan. Kau tak percaya?" Jeongin berucap begitu bangga, bahkan tangannya tengah menepuk dadanya. Lelaki itu pun langsung menerobos melewati kerumunan. Cheongwoo hanya berdiri terdiam, ia bahkan tak memiliki niat sedikitpun untuk ikut daftar di akademi tersebut. Berlagak seperti bangsawan apakah bisa menyembuhkan ayahnya? 'Sungguh konyol.' Batinnya. Ia sangat bingung dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Mengapa begitu banyak peminat akan akademi ini? Yah, sedikit yang Cheongwoo tahu. Sekolah ini meluluskan murid terbaik. bahkan murid itu sudah sukses dan berada di luar negeri. Akademi ini selain mengasah otak, mereka mengasah keterampilan seorang bangsawan, etika dan tentu terselip pelajaran umum disana.
"Ya.. Bagaimana?" Tanya Cheongwoo ketika melihat Jeongin keluar dari kerumuman. Wajah Jeongin nampak murung, menundukkan kepalanya hingga suara Cheongwoo dapat ia dengar. "Cheongwoo-ya.. Aku gagal." Ucap Jeongin. Dahi Cheongwoo mengerut, gagal? "Lagi-lagi tahun ini aku gagal untuk masuk akademi ini. Beberapa tahun yang lalu juga begitu." Yah, sebelumnya Jeongin juga mendaftarkan diri, namun ia gagal dan kali ini, adalah kedua kalinya. "Sudahlah, akademi yang lain pun lebih baik." Cheongwoo menggaruk tengkuknya, bagaimana caranya ia menghibur temannya ini?
"Cheongwoo-ya.. Bagaimana kalau tahun ini kau yang masuk ke akademi itu?" Jeongin menatap Cheongwoo, wajah itu menunjukkan jika ia cukup serius dengan ucapannya dan menunggu lelaki itu menjawabnya. "Tidak, aku bahkan tak ada niat untuk mendaftarkan diri." Cheongwoo sama sekali tak memiliki niat untuk menjadi murid di akademi itu, bahkan ia memilih untuk menganggur daripada harus belajar menjadi seorang pangeran atau apapun itu.
"Tapi.. Aku melihat namamu di papan pengumuman.." Jeongin berkata dengan pelan, yah. Saat ia mencari namanya, ia tanpa sengaja menemukan nama Cheongwoo di papan pengumuman, nama sahabatnya itu terletak pada nomor 65. Ia tentu terkejut, namun Jeongin tak memiliki rasa iri pada Cheongwoo. "Aku serius, Cheongwoo ya.. Ada namamu.. Lihatlah di nomor 65." Jeongin mulai menarik lengan besar Cheongwoo, menyuruh lelaki itu untuk melihat apa yang dilihatnya barusan. Cheongwoo masih tak percaya, sejak kapan ia mendaftarkan diri?
"Tidak mungkin.. Aku.. Masuk akademi ini?"

-end of First Episode-
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.