Notes

[ Job Plot as Detective ]

Saya pernah terjebak di antara ilusi dan realita, antara tidak nyata dan nyata. Hingga kiranya tak mampu saya mendefinisikan apa yang ada di hadapan saya, sebab akal telah melayang separuhnya.

Saat itu Jum'at malam. Ketika saya hampir terpejam padahal telah berjanji mempelajari kasus Xavier (adik laki-laki saya) untuk mengisi kekosongan. Ketika berkas beramplop cokelat hadir di meja saya, dengan kopi kalengan sebagai pelengkap.

Adalah Danu, manusia yang hadir malam itu. Serta merta mengisi ruang pada kursi empuk di depan meja kerja saya.

Seorang detektif junior, yang baru saja menyelesaikan studi magisternya di universitas ternama di Amerika. Yang akhir-akhir ini kerap menempel pada saya dengan dalih ingin belajar lebih banyak.

"Kasus, Teh." dia berujar.

Sebuah catatan bahwa Danu adalah pemuda asal tanah sunda. Lantas selalu memanggil saya dengan sebutan /teteh/ yang berarti kakak perempuan. Saya terpaksa tidak keberatan demi Danu.

Saya tidak pernah tega untuk menolak laki-laki muda itu, termasuk ketika Danu menyerahkan lembar berkas itu pada saya, padahal saya baru dapat bernapas dengan lega pagi tadi.

"Kenapa saya?" dahi saya mengerut.

"Sebenarnya dibebankan kepada Petra dan saya. Tapi, ayolah Teh, bantu Danu." ia merengek.

Nah, mana saya sanggup menolak?

Maka ditemani Danu, juga kopi instan kalengan, kuasa saya mengenyampingkan berkas milik Xavier, lantas menggantinya dengan yang diberikan Danu.

Saya biasanya tak banyak bicara bila hal itu berkaitan dengan mempelajari berkas-berkas yang menuntun saya pada jalan keluar. Tapi lain halnya kali ini, sebab kernyitan di dahi nampak sebelum saya sempat membuka lembar kedua.

"Ini apa, sih?" saya bertanya, disambut dengan endikan bahu.

"Danu juga nggak paham, Teh."

Danu ini anak yang cerdas. Jadi ketika ia menyampaikan pernyataan bahwa ia sendiri tidak paham, maka saya bisa menyimpulkan bahwa kasus yang dibebankan kepadanya dan Petra adalah sesuatu yang tidak pantas ditugaskan kepada junior.


Bukan kronologis singkat kasus yang saya temui pada lembar pertama, atau identitas korban yang biasanya hadir. Melainkan foto-foto asing disertai penjelasan yang saya yakini berasal dari internet.

"Dan, pernah membaca kasus Sherlock Holmes tentang KKK?"

Maka Danu menggeleng, "Danu bahkan tidak tahu apa itu KKK."

Saya bertanya demikian sebab bila Danu pernah membaca serial tersebut, maka sang pemuda dipastikan tak lagi asing dengan kasus ini. Bedanya ini berkaitan dengan sebuah kelompok yang tak pernah saya dengar sebelumnya, alih-alih KKK.

Dikatakan bahwa telah terjadi perampasan besar-besaran di pabrik di sisi kota yang jarang terjamah kehadiran manusia. Pelakunya tak lain adalah kelompok yang fotonya terpampang pada halaman utama berkas milik Danu, yang begitu sulit ditangkap kendati fotonya sudah tersebar luas di dunia maya.

"Petra bilang, bukan sekali ini saja mereka melakukan pencurian. Bulan lalu juga ada supermarket yang dirampas, tapi polisi menutupinya." Danu menambahkan informasi.

Saya mencatat kalimat Danu pada buku agenda, selepas frasa /unknown clan/ saya tuliskan besar-besar dengan tinta merah di halaman yang sama.

Saya juga menuliskan beberapa informasi yang Danu dapat dari internet, seperti kasus-kasus lain yang diperbuat si kelompok, pun kode-kode yang seakan diberikan sang pelaku dengan cuma-cuma.

"Danu," saya membuka suara kemudian, menghasil tolehan dari si laki-laki muda. "Kalau kamu perhatikan, mereka selalu menulis clue untuk target selanjutnya setelah melakukan tindak kriminalitas. Seperti apa yang mereka lakukan pada pabrik pekan lalu, ternyata clue-nya sudah tertulis, hanya saja tidak disadari."

Danu mengangguk mengerti. "Lalu apakah Teh Lily menemukan clue?"

Saya menanggapinya dengan kepala yang menggeleng. "Berhubung belum banyak bukti yang ditemukan, saya rasa kita harus ke tempat kejadian perkara besok pagi. Saya akan meminta pengawalan langsung dari polisi kalau perlu."

Danu tentu tidak bisa menolak pernyataan saya yang lebih terdengar sebagai perintah. Hingga kiranya dia mengangguk sekali lagi seraya berujar, "Saya akan menghubungi Petra kalau begitu."

Bersamaan dengan itu kuasa saya bergerak, guna menutup berkas perkara juga jurnal yang sedari tadi terbuka. Hendak pulang saya, bersiap untuk melakukan penyelidikan di sisi lain kota yang pasti akan memakan energi lebih banyak.

— selesai —