Notes

KHUTBAH HARI INI

https://www.facebook.com/ahmadrizky.dua/posts/1864937343551368?comment_id=1865002876878148&notif_id=1523600452742271&notif_t=feed_comment_reply&ref=notif


Khutbah di Multifaith Centre University of Queensland hari ini tumben-tumbennya menceritakan hal yang menarik. Panjang, seperti biasa, tapi di tengah-tengah dia menyentuh kesadaran kita untuk berpikir secara lebih 'struktural' tentang konsep Riba'. Tema khutbah kali ini sebetulnya adalah tentang fenomena bunuh diri yang trennya cenderung meningkat di Australia, setidaknya selama 10-20 tahun terakhir. Tapi menariknya, Khatib tidak berhenti pada penyebab khutbah hanya karena orangnya "jauh dari agama" (atau kurang paham tentang Islam) tapi mengajak kita untuk melihat fenomena ini dari berubahnya tren 'kerja' di Australia 10-20 tahun terakhir.

Khatib melacak perubahan tren di masa pemerintahan Liberal/Nasional di bawah John Howard. Sebelum Howard, perusahaan tidak bisa seenaknya memecat seorang pegawai, karena proses pemutusan hubungan kerja harus melibatkan negosiasi dengan Serikat Pekerja, yang kemudian memastikan hak-hak pegawai terpenuhi. Howard memutus semua ini, membikin sistem kerja fleksibel, yang konsekuensinya adalah membuat orang-orang menjadi susah dapat kerja, tidak dapat pesangon yang cukup, dan susah membuat usaha karena kompetisi yang timpang. Banyak orang-orang yang bercerita kepada khatib hadir dengan kondisi yang sedemikian ini.

Dari sini, kemudian, khatib bicara tentang satu konsep yang penting dalam Islam: "riba". Model finansialisasi sistem kerja di Australia berbasis pada bunga, dan orang bisa semakin kaya dengan bunga hasil dari keuntungan investasi (ada yang pernah ditawarin ini ketika bikin akun bank di sini? hehe). Islam menolak 'riba' dan menghalalkan jual-beli. Penafsiran yang kadang tidak diperhatikan ketika bicara riba adalah bahwa sistem 'bunga' ini sistemik; orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Secara jangka panjang, konsekuensinya adalah ketimpangan pendapatan - ketimpangan juga di antara kota-kota Timur dan Barat (di Inggris, antara "utara" dan "selatan"). Islam memotretnya dalam satu frasa: Riba' mengakibatkan kesengsaraan, sementara shadaqah menghasilkan kebahagiaan. Pada akhirnya, khatib mengajak kita untuk memikirkan kembali soal kerja, hidup, kebahagiaan, dan agama dalam konteks masyarakat semacam ini.

Jelas, khatibnya bukan seorang aktivis kiri dan saya juga kurang yakin khatibnya pakar ekonomi atau politik. Tapi khatib Jumat kali ini mengajak kita untuk memikirkan kembali soal kerja dan, secara tidak langsung, kapitalisme dalam Islam. Meskipun khutbahnya panjang, saya kok jadi terinspirasi nulis lagi, ya. hehe.

#IngatEDeadline.