Notes

[ Job Plot as Drug Lord ]

Tak terdengar apapun selain ketuk antara hak tinggi dengan lantai marmer di sepanjang koridor malam itu. Kiranya penunjuk waktu telah terhenti di angka sepuluh, selaras dengan mentari yang telah terganti takhtanya dengan rembulan, menjadi penanda bahwasanya hari tak lagi dinamai dengan siang. Sepatutnya saya telah berada di atas ranjang, atau paling tidak berada di rumah, melakukan apapun yang jauh kaitannya dengan pekerjaan. Namuj kepatutan tersebut nyatanya tak terjadi, sebab apa yang saya lakukan ialah hal yang mereka sebut dengan bekerja.

Saya sudah terlampau biasa dengan dunia malam. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan berkutat dengan hal serius yang berhubungan dengan nyawa. Iya, pekerjaan saya berbahaya.

Karenanya tak lagi mengherankan bila saya masih berkeliaran di gedung mewah di tengah kota kendati langit gelap gulita. Sembari membawa-bawa kotak sepatu, saya meyakini bahwa para pegawai sudah paham apa yang saya lakukan.

Isinya bukan sepatu, tentu saja, melainkan barang terlarang yang mereka namakan dengan narkoba. Pekerjaan sebagai—ekhem—bandar serta-merta membuat saya mengakrabkan diri dengan barang-barang itu.

Kali ini kokain, barang yang menjadi kawan saya. Menilik pada pesanan di siang bolong akan tiga kilogram kokain dengan harga tinggi.

Jadi langkah kaki saya menuju ruang nyaman yang biasa digunakan untuk bertransaksi, guna menemui klien saya kali ini.

"Nona Moon?" adalah sapa yang saya dengar kala tungkai tiba pada destinasi. Pun netra berjumpa pada sosok pria dewasa (kalau tidak mau disebut tua) bergaya perlente yang saya tebak merupakan klien saya.

"Sir Alex?" jadi saya menyapa, selagi bibir mengulas senyum sok ramah yang dibalasnya dengan senyum yang betulan ramah.

"Kokain 3 kilogram, betul?" segera duduk saya di sofa di hadapan sang pria. Serta merta menyerahkan apa yang menjadi tujuannya jauh-jauh datang kemari.

Kuasa yang disebut Alex tergerak, memeriksa pesanannya dengan teliti sedang saya menunggu dengan sabar. Hingga dirasa puas, baru selembar cek dengan nominal yang ditentukan saya terima, menghasil senyum manis dari saya.

"Terimakasih atas kerjasamanya, Tuan."

Kawan bicara saya mengangguk, tanpa berkata lagi melainkan segera angkat kaki dari ruang pertemuan tersebut. Dan saya mengekorinya, sebelum berubah haluan menuju lapangan parkir untuk menuju district 51.

—selesai—