Notes

"Hei? Sepertinya kau betah ada di sini?"

Moon menoleh, rekan kerjanya seorang petugas polisi yang sempat ia kenali dengan nama Jay telah berdiri di dekat pintu masuk. Sepertinya si pria baru saja selesai menanyai beberapa tetangga di sekitar tempat kejadian. Sedangkan dirinya, sejak dua jam yang lalu bersandar di salah satu dinding dan memperhatikan ruangan ini bersama segudang pertanyaan.

Kasus kali ini sangat unik. Seorang kepala rumah tangga yang mengalami kelumpuhan otak jatuh dari balkon ruang makan. Saksi matanya adalah sang istri, anak yang duduk di kelas satu bangku sekolah dasar, dan beberapa tetangga yang sedang berada di bawah gedung apartemen. Mereka bersaksi bahwa pria itu jatuh karena pagar balkonnya rusak.

Tapi, bukankah pagar tersebut tidak akan rusak bila tidak didorong?

Apartemen ini tidak memiliki kamera pengawas di dalamnya. Sang istri dan anaknya terlihat sedih atas kematian si pria, namun Moon tidak bisa menganggap bahwa ini murni kecelakaan biasa. Ada yang janggal, otaknya terasa gatal.

"Hmm, masih ada satu jam sebelum semuanya berbenah."

"Dan masih ada hari esok untuk menyelidiki."

Moon tersenyum, pandangannya tak lepas dari pemandangan balkon ruangan yang telah dibatasi oleh garis kuning. Sesekali ia melirik ke area dapur lalu kembali lagi ke awal. "Kalau aku berdiri di balkon, apa orang yang berada di bawah sana bisa melihatku?"

"Tentu, para tetangga tidak melihat orang lain di belakang tuan James. Mereka mengatakan bahwa tiba-tiba saja pria itu terjatuh dengan pagar pembatas, lima detik kemudian sang istri muncul dan bergegas ke bawah."

Menurut alibi dari si istri, saat itu suaminya sedang menikmati udara pagi di balkon bersama anaknya seperti biasa, sedangkan dia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selang lima belas menit, anaknya berkata bahwa ia ingin ke kamar kecil. Baru satu menit berlalu, tiba-tiba saja dia mendengar teriakan dari bawah dan bunyi hantaman keras.

Jarak balkon dan area dapur juga tidak terlalu jauh. Bila saat itu dia sedang memasak dan terkejut, tentu si istri akan menengok terlebih dahulu sebelum berlari memeriksa saat sadar suaminya menghilang. Dan lagi, tidak mungkin bila sang istri mendorong suaminya, sosoknya dengan tinggi seratus tujuh puluh dua pasti terlihat jelas dari bawah.

"Apa menurutmu tuan James dibunuh oleh istrinya?"

"Entahlah." Moon menghela napas, "Tetangganya berkata bahwa istri tuan James sangat perhatian dan mencintai suaminya. Meski dalam keadaan sakit parah dan tidak bisa melakukan apapun, dia selalu merawatnya tanpa lelah. Apa menurutmu orang seperti itu akan membunuh suaminya?"

Kini Jay yang mengusap dagu sembari memperhatikan beberapa petugas yang mulai berbenah dan membagi tugas untuk giliran jaga di tempat kejadian, "mungkin itu hanya akting belaka? Bukannya kau ahli dalam hal menebak kebohongan?"

"Pfft-" Moon hampir saja tertawa, "aku profiler, bukan Tuhan yang bisa tahu semuanya kebohongan atau bukan dalam sekejap." Bahunya mengendik, posisi berdiri si gadis juga ikut berubah, kini punggungnya tak lagi bersandar pada dinding. "Kalaupun itu adalah akting, kurasa si istri sungguh sabar telah melakukannya selama sepuluh tahun. Jika aku berada di posisinya, aku akan membunuh suamiku kurang dari setahun demi uang asuransi."

"Inilah mengapa dia disebut istri idaman, sedangkan kau pasti lebih cocok jadi peran wanita jahat."

Tawa Moon lepas begitu saja, dia tak enggan untuk mengakui bahwa ia memilih uang daripada merawat suami yang tak punya kemungkinan sembuh, untuk apa? Tak adakah rasa sungkan telah menjadi beban di benak si suami?

Ah.

Bisa saja tuan James memutuskan untuk bunuh diri.

Tapi bergerak untuk mendorong pagar rasanya mustahil bagi penyandang cacat sepertinya. Untuk makan saja ia perlu disuapi, apalagi merusakkan pagar pembatas meski kondisi benda itu sudah cukup rapuh.

"Apa kau sudah mewawancarai si anak?"

"Harus?"

"Tentu saja, mungkin dia yang mendorong ayahnya."

Jay memasang ekspresi horor, "itu mengerikan."

"Kelainan psikologis seseorang tidak bisa diukur dari umur, bisa saja dia memiliki alasan untuk membenci ayahnya." Untuk kedua kalinya Moon mengendikkan bahu, dia belum bertemu dengan sang anak. Istri tuan James berkata bahwa dia menitipkan anaknya di rumah temannya sementara sampai keadaan membaik.

"Tapi kita tidak bisa menuduhnya karena dia pergi ke toilet saat ayahnya jatuh, 'kan?"

"Hmm..." Sejenak, Moon melirik ke arah balkon lagi. Satu persatu lampu di ruangan mulai dipadamkan mengingat mereka harus kembali ke kantor setelah ini. "Kadang kata-kata bisa membunuh orang."

Diam, tak ada yang bersuara hingga bibir si profiler kembali melengkung saat dia berhadapan dengan petugas Jay seutuhnya. "Jangan terlalu dipikirkan, aku masih punya kasus negara yang lebih penting di markas pusat. Ah, ini melelahkan sekali."