Notes
Notes - notes.io |
13/05/18
Depersonalization Disorder
Gangguan depersonalisasi (depersonalization disorder) terjadi ketika seseorang terus-menerus atau berulang kali memiliki perasaan bahwa hal-hal di sekitarnya adalah tidak nyata. Atau ketika memiliki perasaan bahwa dapat mengamati diri dari luar tubuhnya. Perasaan depersonalisasi dapat sangat mengganggu dan mungkin merasa seperti kehilangan pegangan pada realitas atau hidup dalam mimpi. Tetapi ketika perasaan depersonalisasi terus terjadi atau tidak pernah benar-benar berhenti, maka hal tersebut dianggap sebagai gangguan depersonalisasi. Gangguan depersonalisasi lebih umum pada orang yang pernah mengalami pengalaman traumatis. Gangguan depersonalisasi dapat parah dan mungkin mengganggu hubungan dengan orang sekitar, pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari lainnya.
Depersonalisasi mencakup kehilangan atau perubahan temporer dalam perasan yang biasa mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap depersonalisasi, orang merasa terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Mereka mungkin memiliki perasaan hidup dalam mimpi atau film atau bertingkah laku seperti robot (Maldonado, Butler, & Spiegel, 1998).
Gangguan Depersonalisasi lebih sering muncul pada remaja dan dewasa muda dengan ditandai perasaan hilangnya eksistensi diri. Mereka tiba-tiba merasa berbeda, tubuhnya secara drastis berubah dan menjadi berbeda. Sering mereka merasakan dirinya terlepas dari badan mereka sendiri dan menyaksikan apa yang terjadi pada badannya (out-of-body experiences) yang diikuti persepsi mengunjungi planet atau tempat lain. Depersonalisasi umumnya digambarkan sebagai perasaan terisolasi, tak bernyawa, aneh, dan asing; diri sendiri dan orang lain dianggap sebagai ‘otomat’, berperilaku mekanis (seperti robot), tanpa inisiatif atau pengendalian diri" (Kihlstrom, 2001 , hal 267).
Perasaan depersonalisasi biasanya datang tiba-tiba dan menghilang secara bertahap.Gangguan depersonalisasi sering diakibatkan stress akut akibat penyakit menular, kecelakaan atau kejadian traumatik.
Seringkali mereka dapat berfungsi normal diantara dua episode gangguan. Pengalaman itu sendiri sering begitu menakutkan dan tak terpahami, yang mengakibatkan korban mengalami kecemasan berkaitan dengan keruntuhan mental seketika. Walaupun demikian, penentuan diagnosis ini tidaklah mudah karena perasaan depersonalisasi dapat muncul sebagai akibat dekompensasi atau pada kondisi Psikotik.
Perkembangan klinis gangguan Dipersonalisasi:
- Gangguan di mana adanya perubahan dalam persepsi atau pengalaman individu mengenai dirinya.
- Individu merasa “tidak riil” dan merasa asing terhadap diri dan sekelilingnya, cukup mengganggu fungsi dirinya.
- Memori tidak berubah, tapi individu kehilangan sense of self.
- Gangguan ini menyebabkan stress dan menimbulkan hambatan dalam berbagai fungsi kehidupan.
- Biasanya terjadi setelah mengalami stress berat, seperti kecelakaan atau situasi yang berbahaya.
- Biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis (dalam waktu yang lama).
Kriteria Diagnostik Gangguan Depersonalisasi Berdasarkan DSM-IV:
a. Pengalaman terus menerus atau berulang dari perasaan terpisah dari tubuh atau proses mental seseorang dan seolah-olah diri adalah seorang pengamat luar (misalnya, merasa seperti dalam mimpi).
b. Selama pengalaman depersonalisasi, uji realitas tetap utuh.
c. Depersonalisasi disebabkan oleh distress klinis yang signifikan atau gangguan di bidang sosial, bidang pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya.
d. Pengalaman depersonalisasi tidak terjadi secara khusus sepanjang gangguan mental lain, seperti skhizofrenia, gangguan panik, gangguan stress akut, atau gangguan disosiatif lain, dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya epilepsi lobus temporal).
Perspektif & Penyebab Berdasarkan Biopsikososiokultural:
1. Perspektif Biologis
Penelitian mengenai perilaku disosiatif yang dihubungkan dengan disfungsi otak masih berada dalam tahap-tahap awal, namun bukti terakhir menunjukkan perbedaan dalam aktivitas metabolisme otak antara orang dengan gangguan depersonalisasi dan subjek yang sehat (Simeon dkk, 2000). Penemuan ini, yang mendekatkan pada kemungkinan adanya disfungsi di bagian otak yang terlibat dalam persepsi tubuh, dapat membantu menjelaskan perasaan terpisah dari tubuh yang diasosiasikan dengan depersonalisasi.Gangguan depersonalisasi dapat disebabkan oleh masalah psikologis (stress yang berat), neurologis (depersonaisasi biasanya merupakan gejala awal adanya masalah neurologis seperti misalnya tumor otak atau epilepsy) dan penyakit sistemik (gangguan tiroid atau pankreas).
2. Perspektif Psikososial
Menurut perspektif Psikodinamik, pada gangguan depersonalisasi orang berada di luar dirinya sendiri agar aman, dengan cara menjauhkan diri dari pertentangan gejolak emosional dalam dirinya. Menurut perspektif teori belajar dan teori kognitif melihat depersonalisasi sebagai suatu respon yang dipelajari yang meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang mengganggu dalam rangka menghindari perasaan bersalah dan malu yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman tersebut. Kebiasaan tidak berpikir tentang hal-hal negatif dikuatkan dengan adanya perasaan terbebas dari kecemasan, atau dengan memindahkan perasaan bersalah atau malu.
3. Perspektif Sosiokultural
Gangguan depersonalisasi dapat muncul karena pengaruh keluarga dan kelompok sosial lainnya. Faktor budaya tidak berpengaruh terhadap gangguan ini, karena pada orang dewasa sebagian besar bisa mengalami depersonalisasi dalam keadaan stress berat. penyebab dan kejadiannya pada masyarakat tidak diketahui.
Pencegahan:
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
1. Konseling psikologis
Konseling psikologis akan membantu pasien memahami mengapa terjadi depersonalisasi dan melatih pasien untuk berhenti khawatir mengenai gejala yang terjadi. Gangguan depersonalisasi juga dapat membaik ketika konseling membantu dengan kondisi psikologis lain, seperti depresi.
2. Obat-obatan
Meskipun tidak ada obat khusus, namun sejumlah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan juga dapat membantu kondisi gangguan depersonalisasi. Beberapa contoh yang telah ditunjukkan untuk meredakan gejala tersebut termasuk:
- Fluoxetine (Prozac)
- Clomipramine (Anafranil)
- Clonazepam (Klonopin)
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team