Notes

Jinwoo duduk di atas dipan dalam biliknya dengan komputer jinjing yang menampilkan pusat peluncuran berbagai aplikasi di hadapan, masih bersahabat dengan hening hingga akhirnya pintu didobrak oleh seorang gadis yang kira-kira seusianya. Satu tahun lebih muda. Seorang adik kelas semasa kuliah (yang entah bagaimana bisa menampakkan batang hidung di sana). Seiring dengan terbukanya pintu, sontak pandangan sang teruna yang semula dipaku pada layar dialihkan kepada satu yang berhasil mengusik itu.

"Tidak bisakah kau mengetuk pintu atau setidaknya masuk dengan cara normal?" tanya teruna itu sembari memutar kedua manik eboni miliknya. Hanya deru napas berikut suara mesin komputer jinjing yang diredam oleh dipan yang terdengar untuk beberapa detik pertama, sebelum vokal nyaring menyusul, berucap, "Jinwoo. Kau harus membantuku."

Alih-alih memberi sebuah persetujuan ataupun penolakan, salah satu alis sang teruna justru terangkat barang sejenak. Oleh sebab itu, beranjaklah sang gadis dari ambang pintu, mendekati Jinwoo, sedang teruna itu sendiri perlahan beringsut dari tengah dipan ke salah satu sisi yang berlawanan dari arah kedatangan sang gadis tatkala distansi dikikis. "Kumohon," pinta sang gadis, kali ini dengan wajah memelas. Jinwoo yang sama sekali tidak berniat membeli aksinya itu hanya mengulurkan salah satu kuasanya untuk meraih komputer jinjing dan menariknya ke sisi, sebelum membuka mulut.

"Kau tahu aku tidak meretas untuk kepentingan pribadi," jelas sang teruna masih bertahan di tempatnya setelah menyadari dengan baik sedikit banyaknya latar belakang dari kedatangan gadis itu. Pasalnya ia baru saja mengirim aplikasi pekerjaan ke salah sebuah perusahaan ternama di Singapura kira-kira tiga minggu yang lalu, dan perjuangannya untuk mempersuasi Jinwoo agar ia bersedia meretas pangkalan data yang hanya dapat diakses oleh pegawai tetap perusahaan bukan didasari atas (sekurang-kurangnya) sebuah alasan yang logis melainkan ketidaksabaran akan pengumuman yang dipublikasikan lima hari mendatang. Menjadikan kemungkinan agar permohonan itu disetujui justru semakin kecil.

Rengekan sang gadis kemudian memecah hening yang sempat kembali. Lalu terjadilah perdebatan yang cukup lama sebelum Jinwoo dinyatakan kalah dalam perdebatan itu berkat sifat keras kepala sang gadis. Walau demikian, teruna itu menyampaikan bahwasanya ia hanya akan mengerjakan bagian rumitnya saja untuk gadis itu, tidak seluruhnya.

Kursor tetikus mendarat pada satu aplikasi yang kemudian mendominasi layar. Sederet angka bercampur huruf menyambut sebelum dilanjutkan hingga angka berikut huruf lainnya mengambil alih layar yang semula kosong. Tak banyak waktu yang dibutuhkan Jinwoo untuk menyusup ke dalam server dalam wujud file sampah yang biasanya dibersihkan tiap dua minggu sekali. Melalui serangkaian komando, sejumlah informasi yang dibutuhkan akhirnya didapatkan tanpa mengusik pegawai perusahaan yang menurut pelacak tengah bekerja dalam jaringan. "Aku tidak tanggung kalau sempat ketahuan," ujar sang teruna kemudian mendorong komputer jinjing itu setelah pekerjaannya selesai.